Ibupreneur, pernah enggak sih merasa kerjaan rumah kok enggak selesai-selesai? Padahal rasanya tenaga sudah lewat dari batasnya. Capek, tapi enggak bisa istirahat. Akhirnya, emosi pun meledak, kalau enggak marah-marah, ya nangis. Apalagi buat ibu yang mempunyai suami dan keluarga tetapi tidak bisa berperan sebagai support system ibu, atau sebaliknya memiliki support system tetapi terasa masih kurang dan tidak terbantukan. Saya teringat 1 film diawal tahun 2020 lalu yang membuat saya makin memahami betapa pentingnya menjaga kesehatan mental seorang “Ibu”.
Judulnya “Kim Ji Young: Born 1982” dan film ini diangkat dari novel yang disusun oleh Cho Nam-Ju dengan judul serupa. Dari judulnya sudah tersirat cerita ini lebih menitiberatkan sebuah karakter “Kim Ji Young” (diperankan oleh Jung Yu Mi). Ia adalah ibu rumah tangga yang baru melahirkan dan memiliki putri berumur 1 tahun. Kim Ji Young menikah dengan pria yang ia cintai, Jung Dae Hyun (diperankan oleh Gong Yoo). Karakter suaminya adalah family man , pengertian bahkan ia bisa dikatakan support system terbaik. Kehidupan mereka pun terlihat lebih dari cukup karena sudah memiliki hunian tetap dengan fasilitas baik. Namun ternyata menjadi menantu perempuan tidaklah mudah. Ji-Young kerap ditegur, disalahkan, dan dirundung oleh ibu mertuanya. Di mata sang mertua Ji-Young adalah menantu yang tidak pernah benar.
Awalnya Ji-Young adalah seorang pegawai swasta namun karena kehamilannya membuat ia terpaksa berhenti bekerja. Keputusannya untuk membesarkan anak perempuannya membuat ia harus menanggalkan banyak hal dalam hidup termasuk cita-citanya. Ia berkorban menukar segalanya demi menjadi ibu rumah tangga seutuhnya.
Rutinitas menjadi ibu rumah tangga membuat Ji-Young sering bingung. Ia merasakan lelahnya pekerjaan rumah, membesarkan anak, namun ia masih harus berdamai dengan keadaan. Part yang membuat cerita ini pelik adalah ketika Ji-Young sekeluarga berkunjung ke rumah mertuanya. Tampak seluruh anggota keluarga berkumpul untuk menikmati kebersamaan namun Ji-Young terlihat sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan bagi anggota keluarga tanpa dibantu oleh siapapun. Sementara suaminya menjaga putrinya sembari melihat betapa sedihnya raut wajah istrinya. Emosi Ji-Young makin meningkat ketika Adik iparnya datang, lalu ibu mertua menyambut dengan manis sampai tidak boleh bantu apa-apa. Padahal, Ji-Young masih di dapur. Lalu, tiba-tiba Ji-Young marah dan meninggalkan pekerjaannya. Pertanyaannya Siapa orang yang sadar dengan ini? Tentu saja Dae-Hyun, suaminya. Tetapi, dia tidak berani untuk memberitahu ke Ji-Young dan orang lain.
Komunikasi Pasangan
Suaminya tidak berani mengatakan bagaimana kondisi saat ini istrinya, ia hanya bisa melakukan yang terbaik. Sampai ia memberanikan diri mengajak Ji-Young untuk ke psikolog. Suatu waktu Ji-Young ditawari kembali bekerja. Sempat izin ke suaminya, tetapi Dae-Hyun keberatan. Sebetulnya, Dae-Hyun melarangnya bukan karena takut akan disaingi. Namun ia khawatir dengan kondisi istrinya yang mungkin akan double stress.
Tapi lagi-lagi karena masalah komunikasi yang tidak benar, maksud Dae-Hyun jadi nggak sampai ke Ji-Young. Stress lagi. Muncul lagi kepribadian lain di dirinya. Suaminya sampai menangis lihat kondisi ini. Ia bahkan merasa bersalah ke Ji-Young. Dia merasa Ji-Young begini karena menikah dengannya. Akhirnya, Dae-Hyun izinin Ji-Young kerja. Dia milih buat sama-sama asuh anak. Bahkan, Dae-Hyun rela ambil cuti pasca melahirkan. Sebagai informasi di Korea ini juga berlaku ke suami. Meskipun, banyak yang akhirnya kesulitan untuk kembali bekerja.
Kehilangan Jati Diri
Lambat laun Ji-Young kehilangan jati dirinya. Ditambah berusaha menerima tudingan momchung . Istilah untuk ibu yang tinggal di rumah dan mengeksploitasi suami mereka. Adegan ini memuncak ketika mertua perempuan Ji-Young tahu jika ia kembali bekerja dan membuat anak laki-lakinya harus cuti lama dari pekerjaannya. Ibu mertuanya khawatir jika karier anaknya terancam lalu dia marah. Ji-Young kembali stress. Ji-Young muncul dengan kepribadiannya yang lain. Ji-Young berubah menjadi orang lain. Terkadang seperti ibunya. Kadangkala seperti kakak perempuannya. Sampai di suatu titik ia tidak menyadari sikapnya, ia masih bersikeras bahwa ia baik – baik saja . Ia mengelak dari kenyataan bahwa ia lelah menjalani kehidupan yang membebani.
Tapi suaminya sadar. Disini Dae Hyun menjadi support system terbaik untuk Ji-Young. Kemudian Kim Ji Young mulai mendapatkan perawatan medis dari psikiater. “Kim Ji Young, lakukan hal yang membuatmu bahagia. Ini semua bukan salahmu. Kamu berhak bahagia” - pesan motivasi dari psikiater.
Ibupreneur , ada beberapa poin yang dapat saya simpulkan dari cerita ini bahwa baby blues itu nyata . Dahulu saya tidak terlalu percaya sampai akhirnya merasakannya dan menyembuhkannya sendiri. Saya paham bahwa baby blues adalah kondisi yang amat dekat dengan perempuan yang baru saja melahirkan. Kondisi ini dipicu karena perubahan hormon yang amat drastis. Jika lingkungan sekitar tidak memahami si Ibu justru memicu aneka tekanan, ya memungkinkan sekali baby blues ini datang. Selain itu dari film ini kita juga belajar bagaimana pentingnya sebuah *komunikasi pasangan suami istri. Apabila ada keterbukaan diantara keduanya apapun masalahnya bisa diselesaikan bersama dan tidak berlarut. Memang banyak yang bilang komunikasi antara suami istri itu tidak semudah teorinya. Banyak sekali perdebatan yang terjadi, yang dimulai dari obrolan. Pada intinya kita sama-sama belajar, belajar memahami pasangan dan bagaimana menyampaikan maksud kita. Yuk ibupreneur mulai sekarang belajar berkomunikasi sama pasangan, ungkapkan dan jangan memendam yang akhirnya akan menjadi beban buat Ibu.
Review Film: KIM JI-YOUNG: BORN 1982
by. Othe