Membangun Narasi Diri Menjadi Ibu yang Berdaya dan Bahagia

Hai Ibupreneur,

Senang sekali akhirnya saya bisa ikutan Festival Ibupunyamimpi dalam rangka merayakan Hari Kartini tahun ini, banyak banget insight yang saya dapatkan. Meski diadakan secara daring, akan tetapi tidak mengurangi esensi yang diperoleh. Apalagi festival dibuka oleh Ibu Marisa Paramita (CEO & Co-Founder Ibupunyamimpi) dan Ibu Yohana Habsari (Founder Komunitas Indonesia Baby Wearers) yang sudah berpengalaman dan merasakan jatuh bangun dalam membangun komunitas dan bisnisnya hingga menemukan “sosok diri”nya kini.

Sesederhana cerita Ibu Yohana tentang memenangkan topping martabak yang selama ini diinginkannya. Dan dari sanalah Beliau berani memperjuangkan passion dan bisnisnya, Indonesia Baby Wearers. Menurutnya, setiap manusia pasti memiliki tujuan dan mimpi di dalam hidupnya. Maka, perjuangkanlah! Meski sempat diragukan oleh suami, Bu Yohana terus mencoba hingga komunitasnya bisa berkembang besar seperti sekarang ini.

Pun Ibu Marisa, yang menitipkan pesan kepada para Ibupreneur akan pentingnya bernarasi, melihat lebih positif akan kekuatan diri, melatih empati, dan terus mendorong kemampuan diri untuk mencapai goals yang kita inginkan atau hasil terbaik versi diri kita (bukan versi orang lain).

Lantas, bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari ya Bu? Saya yakin sebagian besar Ibupreneur di sini sudah terlatih untuk membuat to-do-list setiap harinya. Nah, ternyata dari to-do-list yang sering kita buat itu perlu juga kita terapkan OKR (Objective Key Result). OKR ini akan menjadi alat ukur mengenai apa yang akan kita capai. Ibu Marisa menambahkan sebaiknya OKR dibuat dalam 3 bulan untuk setiap peran yang Ibupreneur jalani.

Selain itu, penting juga untuk mengutarakan apa yang ada di hati dan pikiran kita kepada partner hidup (suami) atau anggota keluarga lain. Karena komunikasi adalah Koentji! Jika Ibu membutuhkan support dalam bisnis atau peran yang dijalani, tunjukkan atau utarakan langsung kepada pasangan. Sebab komunikasi itu terbagi menjadi dua yakni verbal dan non-verbal. Apabila pasangan masih belum merespon padahal kita sudah mengutarakan, maka bisa ditunjukkan dengan keseriusan Ibu dalam aktivitas bisnis. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibu Yohana, di mana saat itu suami beliau tidak menganggap serius apa yang dijalani oleh Ibu Yohana. Namun, secara konsisten dan persuasif pada akhirnya suami pun mendukung dan menjadi bagian dari komunitas yang Ibu Yohana dirikan.

Oh iya Bu, satu lagi yang saya pelajari dari sesi ini bahwa kita sebagai Ibu ternyata mampu menjadi inspirasi bagi anak-anak kita. Sehingga mereka akan tumbuh menjadi manusia-manusia yang punya mimpi. Meskipun Ibu hanya menjadi Ibu Rumah Tangga atau bekerja dari rumah, tetap tunjukkan kegigihan dan keseriusan Ibu dalam menjalani peran. Karena dari sanalah anak-anak kita akan belajar dan bangga bahwa mereka memiliki Ibu yang tangguh dalam kondisi apa pun. Teruslah tumbuh menjadi Ibu yang berdaya dan bahagia ya, Bu! :blush:

2 Likes