Mendapat restu suami

Saya beranikan diri untuk mengangkat pembahasan ini di sini. Jujur, saya bingung mulai dari mana dan sesungguhnya gak PD untuk menulis.

Saya memiliki bisnis katering rumahan yang baru aja di jalankan saat pandemi ini sekitar 3-4 bulanan. Awalnya untuk membantu finansial keluarga sebagai tambahan pemasukan karena gaji suami dipotong hampir 50% dari kantor. Sampai saat ini pelanggan saya adalah tetangga dan keluarga di dekat komplek rumah. Tanpa diduga-duga, pelanggan sangat puas dan terus menjadi langganan sampai pemasukannya cukup besar dan malah lebih besar dari gaji suami saya. Tapi ternyata itu menjadi permasalahan baru di keluarga. Suami jadi lebih suka sewot kalau saya sedang mengurus bisnis saya. Jadi malah lebih sering bertengkar soal uang… saya ingin sekali memperlebar usaha saya ini, tapi ada keraguan bagaimana nanti respon suami ya kalau pelanggannya lebih banyak lagi.

Saya ingin meminta pendapat ibu-ibu yang mungkin pernah mengalami atau punya tips bagaimana memberikan pengertian pada suami soal bisnis ini? karena saya sempat ikut kelas Ibu Inspiratif dengan Ibu Yuanita, dan beliau bilang memang perlu menego suami, cuma saya bingung mulai dari mana, bu.

6 Likes

Sharing sedikit, ya, Bu. Saya biasanya membahas sesuatu yang penting itu biasanya dalam kondisi suami moodnya sedang happy, baru saya ajak bicara. Tapi sebelum ke tahap pembicaraan penting ini, biasanya saya udah lobby-lobby dulu suami, jadi menyuarakan benefit dari bisnis dari sisi suami apa, begitu. Seperti, misal, “yang enak juga ya, bisa dapet tambahan segini, jadi bisa nambahin nih buat beli yang kemarin ayang mau beli.” Atau misalnya suami care dan peduli banget sama opini keluarganya, bisa, “ih asik deh kemarin Mama kamu bilang gini ttg bisnis aku. Ternyata Mama dukung banget loh yang.” Jadi dia pelan-pelan faham dan setuju.

Ibu lebih faham suami Ibu gimana, kapan waktu yang tepat untuk diajak bicara dan bagaimana cara melobby-nya. Emang menurut saya gamungkin langsung bisa 100% paham sih, tapi komunikasi dan menyampingkan ego sendiri itu pada case-case tertentu itu penting dan bermanfaat.

Sekedar sharing aja ya Bu aku hehe Semoga manfaat.

5 Likes

Hai ibu @KarinaAsri :disappointed_relieved: kalau dari aku tanamkan ke suami kalau ini bisnis bersama, setuju kata ibu @yofaramd, dengan begitu… suami akan merasa memiliki dan dilibatkan… ajak berdiskusi dengan minta pendapat… beliau… bagaimana kedepannya… itu juga salah satu cara untuk mengambil hatinya…

3 Likes

jadi memang perlu ada teaser2 dulu ya bu untuk liat juga responnya dia dan sayanya juga perlu adem pas ngajak ngobrol :sweat_smile:

2 Likes

dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sepertinya perlu saya terapkan.

Terima kasih ibu @yofaramd dan @Loveliest atas pencerahannya

2 Likes

Hai bu @KarinaAsri,

Aku jadi ingat talk bersama tante Yuanita Rohali. Waktu itu beliau cerita, kalau Ibu punya bisnis, Stakeholder yang utama itu suami, kedua anak-anak. Jadi bagaimana kita bisa bernegosiasi ke Stakeholder yang utama ini. Menurut aku bakal lebih santai kalo kita melihatnya seperti ini, jadi bisa lebih bisa objektif juga pendekatannya.

Aku setuju sama tips dari bu @yofaramd.

  1. Bernegosiasi dengan benefit untuk dia apa dan untuk Ibu apa. Ini mirip banget kalau aku bernegosiasi partnership, untuk mereka apa sih benefitnya partnership dengan kita dan apa sih misi kita dalam partnership ini. Penting sekali negosiasi ini di mulai tanpa ada ego, tapi untuk kepentingan bersama.
  2. Pendekatan melalui orang ketiga yang dipercaya oleh suami. Menurut aku ini cara yang efektif kalau eksekusinya baik, memang harus perlahan dan jangan agresif. Kalau terlalu agresif nanti malah dia merasa, semua orang bertentangan melawan dia (curcol)
  3. Melibatkan suami kalau kata @Loveliest, ini akhirnya tergantung juga yaa berpartner dengan suami untuk membangun bisnis. Tapi harus ibu tanya jangka panjangnya, apakah ini langkah tepat untuk dilakukan atau malah nanti menghambat ibu? Kalau menghambat mungkin bisa dilakukan cara yang lain. Kalau malah membantu, jadi lebih berhemat deh bisa ada tenaga bantuan.
  4. Cerita dari hati ke hati, pengalamanku pribadi. Jadi sengaja waktu itu set-nya adalah Date Night. Disini aku cerita mengenai impian hidup aku, goal hidup aku dan gimana langkah yang aku harus lakukan. Karena aku membagi Goal besar menjadi langkah kecil, jadi disana dia setuju untuk membantu karena tidak mengganggu ego sebagai laki-laki. Tapi ini harus rutin dilakukan minimal 6 bulan sekali untuk update Goal hidup aku dan bagaimana peran dia untuk membantuku itu sangat penting. Kalau ngga ada support dia, goal ini pasti tidak akan tercapai.

Semoga membantu yaa bu, menarik nih untuk jadi bahan diskusi kita,

4 Likes

Halo Ibu @KarinaAsri terima kasih sudah sharing. Kalau boleh sharing, menurut saya kunci utama adalah berkomunikasi Bu dengan mendiskusikannya bersama di moment yg tepat jadi kita bisa mendengar dari dua sudut pandang. Ya seperti curhat kepada suami bgmn Ibu melihat peluang di bisnis ini & dengan keadaan sekarang bukankah akan sangat lebih baik memiliki 2 income.Di free time suami Ibu jg bs ajak utk membantu agar bisa merasa feelnya. Selalu libatkan dalam pengambilan keputusan karena restu suami mdh2an bisa melancarkan usaha yg kita jalani Bu.:innocent:

2 Likes

Aku setuju dengan pendapat ibu @Loveliest buu… kalau aku pakai trik melibatkannya dengan bertanya pendapat di bidang yang kira-kira dia interest, misalnya dari sisi financenya atau marketingnya, distribusi, supplier/vendor. Lalu aku cerita bahwa aku ada kesulitan, kebingungan dan perlu sekali pendapatnya. Setelah dia menjawab, betul betul didengarkan dan direspon dengan baik. Semoga bisa diterapkan bu @KarinaAsri :grinning:

3 Likes