Keseharian kita sebagai ibu kadang terasa menjemukan, dari bangun hingga menjelang tidur ada saja urusan yang perlu kita bereskan. Entah cucian piring yang tak pernah sepi, pakaian kering yang harus dimasukkan ke lemari, drama sibling rivalry, atau urusan menu yang bikin galau, “besok masak apa lagi ya…terong balado, atau bubur manado?”.
Hal yang dianggap sepele tapi tak ada habisnya dapat menyebabkan ibu jadi over stimulus, rungsing, spaneng, sampai lupa mengisi tangki cinta ibu sendiri.
Ibu juga perlu memiliki kegiatan yang membuat happy dan waktu berkualitas untuk diri sendiri.
Diantara banyaknya alternatif kegiatan ‘rekreasi’ yang bisa ibu pilih, salah satunya adalah menulis.
Dikutip dari Buku “Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata”, Penulisnya yang juga merupakan seorang Psikolog mengatakan bahwa menulis dapat merilis emosi-emosi negatif. Saya sependapat, kegiatan menulis membantu kita untuk mengalirkan kata-kata dan perasaan yang mungkin sudah terlalu lama tertahan.
Dengan menulis, ibu bisa menyalurkan perasaan, kreativitas, ide dan gagasan.
Bukan hanya jadi rekreasi dan sarana healing, menulis ternyata juga bisa jadi pundi-pundi cuan.
Tapi, Bagaimana caranya?
Bu, disadari atau tidak, hari ini kita hidup di dunia digital yang sangat membutuhkan ide dan tulisan sebagai bahan konten harian. Inilah kesempatan bagi Ibu untuk belajar dan mencoba jadi penulis “Part Time”.
Menjadi penulis paruh waktu memungkinkan ibu tetap berkarya di sela kesibukan. Ibu bisa tetap mendampingi anak-anak dirumah, sambil jadi copywriter yang bekerjasama dengan brand tertentu, menulis cerita bersambung di platform menulis yang kini menjamur, menjajal dunia microblogging dengan niche dunia perdapuran, atau bahkan sedikit demi sedikit menyusun sebuah buku yang berisikan tips menarik, yang ibu rasa akan bermanfaat untuk ibu-ibu lainnya di luar sana.
“Tapi aku gak yakin tulisanku pantas dibaca orang lain”, sanggah keraguan yang mampir di hati.
Memang, melakukan apapun dari dasar biasanya tidak akan mudah, mungkin awalnya tertatih-tatih, namun semua hal Insya Allah bisa dilatih. Karena menulis bukanlah masalah bakat, tapi seberapa keras latihan dilakukan. “Paksakan setiap hari untuk menulis dek! makin sering, makin bagus. Insya Allah”, kata seorang kakak tingkat saya dulu, yang kalimatnya amat membekas di hati.
Maka sejak saat itu saya mulai memaksakan diri untuk menulis, baik dalam bentuk curhatan di diary, maupun tulisan-tulisan sederhana di status whatsapp, yang terinspirasi dari kegiatan sehari-hari.
Jika ketiadaan inspirasi kadang menjadi alasan yang membuat kita stuck saat menulis,
mungkin beberapa saran yang saya dapatkan dari buku “Uktub!” karya Akbar Zainuddin, dapat menjadi sumber inspirasi ibu dalam menulis:
1. Dari Perjalanan yang Ibu Lakukan.
Ibu pernah melihat atau membaca short review mengenai sebuah tempat yang menarik? Percayalah, ibu juga bisa membuat tulisan dari perjalanan yang ibu lakukan. Banyak sekali hidden gem di dunia ini, yang barangkali pernah ibu temukan dan menurut ibu tempat tersebut underrated, padahal sangat layak untuk disebarluaskan ke orang banyak.
Kita bisa menulis kehidupan penduduk setempat, makanan khas, budaya tradisional dan banyak hal menarik yang ibu temukan dalam perjalanan, dengan gaya tulisan ibu yang mengalir dan asyik.
2. Dari Peristiwa yang Ibu Rasakan.
Semua peristiwa akan sangat menarik jika dituliskan, apalagi jika ‘dibumbui’ dengan konflik dan perjuangan yang sengit.
Sebuah novel best seller bisa jadi terinspirasi dari peristiwa-peristiwa yang pernah dirasakan oleh penulisnya, dan diramu dengan cantik sehingga sangat menarik untuk dibaca.
3. Dari Kesulitan yang Ibu Alami.
Misalnya dulu Ibu kesulitan memasak, lalu ibu belajar dengan gigih dan berhasil membuat aneka masakan yang rasanya enak namun dengan bahan yang sederhana dan cara yang cepat. Kenapa tidak ibu kumpulkan resep-resep tersebut dan membukukan nya jadi “Kumpulan Resep Masakan Sat-set”?, tulisan ibu dapat membantu ibu-ibu lainnya diluar sana yang sedang membutuhkan resep makanan yang lezat dengan waktu memasak yang singkat .
Dan banyak sekali inspirasi menulis yang bisa ibu jelajahi, asalkan ibu memberikan waktu khusus untuk itu. Dari sehari penuh, berikan beberapa jam untuk menulis dan mengeksplor tulisan ibu.
Jangan lupa untuk berkumpul dengan komunitas support system, dan menawarkan tulisan ibu untuk diberikan feedback yang membangun ya bu,
Insya Allah dengan semakin seringnya berlatih, tulisan ibu akan semakin matang untuk layak tayang.
Jika jam terbang menulis sudah semakin banyak dan tulisan ibu disukai banyak orang, maka menulis bukan hanya jadi wadah tempat mengalirkan perasaan, namun juga bisa jadi ladang pendapatan tambahan.
Ibu bisa tetap jadi full time mother, dengan tambahan uang jajan dari part time writer.
Semangat ya bu! kita ulang lagi kalimat di paragraf-paragraf sebelumnya; mungkin awalnya tertatih-tatih, namun semua hal insya Allah bisa dilatih.
Ganbatte Kudasai!~