Menulis sebagai Makanan Jiwa: Rutinitas untuk Ibu Menjadi Penulis Handal

Tahukah Ibu bahwa secara garis besar kepribadian manusia terbagi menjadi dua? Menurut psikiater asal Swiss, Carl Jung, manusia terbagi menjadi dua kepribadian yaitu Ekstrovert dan Introvert. Secara umum, orang ekstrovert mendapat energi ketika berinteraksi dengan manusia lain, sementara orang introvert mendapat energi ketika sendirian/tidak berinteraksi dengan manusia.

Tapi apa hubungan kedua kepribadian tersebut dengan judul artikelnya?

Hubungannya adalah, apapun kepribadian Ibu, ketika sudah menikah, diamanahkan putra/putri dan menjadi Ibu, dunia berubah. Baik Ibu melahirkan secara normal atau caesar, Ibu Pekerja atau Ibu Rumah Tangga, dengan menyandang titel baru sebagai “Mamah Aisyah/ Ummu Muhammad/ Bunda Kenzo”, Ibu telah memasuki sebuah universe yang terasa asing.

Ibu ekstrovert mendadak tidak bisa bepergian dengan teman-teman, hangout secara impulsif. Ibu introvert mendadak tidak bisa membaca buku atau mendengar musik sendirian karena ada anak yang harus disusui setiap 2-3 jam.

Tidak dapat dipungkiri, bertemu dengan anak dan suami/orang rumah selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, berjibaku dengan rutinitas sehari-hari seperti memompa ASI, memasak, mencuci baju, membersihkan rumah, terkena macet dalam perjalanan ke kantor dan kegiatan rutin lainnya dapat menghilangkan sisi manusia seorang manusia. Ibu seperti zombie, berjalan dan beraktifitas secara fisik namun jiwanya hilang.

Ilustrasi Emosi Sedih

Menulis, Makanan Jiwa

Dengan jiwa yang kosong, fisik yang lelah serta mental yang overload, jangankan menjadi Ibu, menjadi manusia saja sudah jauh dari fitrah. Lalu, apa yang dapat Ibu lakukan? Salah satu cara untuk memberi makan jiwa adalah dengan menulis.

Ya, menulis dengan media dan teknik apa saja. Baik dengan mengetik di gadget atau menulis di kertas/buku. Baik Ibu seorang ekstrovert atau introvert, kegiatan menulis dapat dilakukan. Hal yang ditulis juga bisa bermacam-macam. Bisa curahan hati pada hari itu, to-do list/rencana kegiatan untuk besok, impian yang ingin diwujudkan, catatan keungan, dan banyak lagi.

Pentingnya kegiatan menulis bagi Ibu adalah untuk mengurai kekusutan pikiran, baik pikiran membangun atau hanya intrusive thoughts, menjadi hal-hal konkrit yang lebih mudah dicerna jiwa. Bayangkan ketika ibu bangun di pagi hari, kepala sudah penuh dengan pikiran,”Hari ini masak apa? Gas masih ada nggak ya? Mau bangunin Ayah tapi kok males karena kemarin bertengkar” dan lain sebagainya. Aduhai, kusut sekali.

Akan lebih baik apabila Ibu dapat mengurai kekusutan tersebut dengan menulis. Perasaan Ibu ketika berkonflik dengan Ayah bisa ditulis pada jurnal/journaling sehingga emosi dapat tervalidasi, pekerjaan rumah tangga dapat ditulis dalam to-do list harian, pandangan politik/sosial Ibu dapat ditulis dalam jurnal/blog, dan sebagainya.

Jadi, menulis memang makanan jiwa, kan?

Is Writing is MY Thing?

Kegiatan menulis memiliki segudang manfaat, mulai dari berdamai dengan inner child, tempat menuangkan khayalan, bahkan bisa sampai memperoleh penghasilan tambahan. Untuk memulainya juga tidak perlu dengan langsung menulis cerpen, cukup dengan selembar post-it dan tulis apa saja baik itu daftar belanjaan, resep masakan, atau jadwal harian. Setelah Ibu siap atau penasaran, Ibu sangat bisa terjun lebih dalam di bidang penulisan, baik sebagai hobi atau mata pencaharian.

Ilustrasi Ibu Penulis

“But writing is not my thing deh kayaknya. Jadi Ibu kan sibuk banget, masak ama nyuci aja lari-lari”

Nah, tepat sekali kalau Ibu sudah punya pikiran seperti ini, karena di bawah akan di-spill 5 tips rutinitas menulis yang dapat disesuaikan dengan kesibukan Ibu:

  1. Bergabung dengan Komunitas Penulis: Untuk para Ibu yang kurang bisa memotivasi diri sendiri (that’s okay, Bu) Ibu dapat memulai dengan mengikuti komunitas penulis/forum online/short course menulis untuk mendapatkan umpan balik dan dukungan sesama Ibu. Komunitas yang dapat diikuti seperti Ibu Punya Mimpi (@ibupunyamimpi)
  2. Ciptakan Ruang Menulis yang Nyaman: Temukan atau buat tempat khusus untuk menulis. Apabila tidak ada meja kerja/kamar khusus, Ibu dapat menggunakan meja lipat, dan sebagainya.
  3. Tentukan Jadwal Menulis: Bagi para Ibu, jadwal menulis tidak hanya penting untuk konsistensi, tapi juga menentukan ritme keluarga. Sebisa mungkin pilih waktu dengan distraksi paling minimal atau sesuaikan dengan waktu support system Ibu (suami, orang tua, mertua, dan lain-lain), misalnya konsisten 15 menit setiap malam setelah menidurkan anak atau 30 menit setiap pagi setelah mengantar anak ke sekolah.
  4. Buat Target Menulis dan Disiplin: Target ini untuk membantu Ibu tetap termotivasi dan membuat kemajuan yang terukur. Misalnya, journaling 1 halaman setiap minggu untuk melepaskan dan validasi emosi mingguan. Sesuaikan dengan aktifitas Ibu dan tidak perlu terlalu banyak, kecuali Ibu sudah ada deal dengan klien :wink:
  5. Tulis dengan Jujur: Singkirkan dulu label benar atau salah, layak atau tidak layak, tulisannya tidak jelas atau jelas. Jangan takut untuk mengekspresikan ide dan perasaan Ibu secara jujur. Ketika sudah selesai menulis, barulah dapat dibaca kembali dan diedit.

Bagaimana, Ibu? Sudah siap bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik dengan mencoba rutinitas yang baru? Semoga tips diatas dapat mempermudah perjalanan Ibu untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, ya. Karena:

2 Likes