Mimpi yang Tak Sekedar Mimpi

Aku ingin mengisahkan pengalamanku tentang mimpi ibu. Ini bukan kisah tentang aku ingin menjadi ini dan itu. Ini bukan kisah tentang target eksistensi diri ataupun passion seorang ibu beberapa waktu mendatang, tapi ini benar-benar kisah tentang mimpi, literally tentang mimpi. Si bunga tidur yang menariknya mampu membuatku tersadar akan makna bahagia itu sendiri. Tentang apa kisahnya? Mari kita mulai bercerita.

Di suatu malam, aku pernah bermimpi cukup indah. Dalam mimpi itu aku sedang jalan-jalan berdua dengan suami. Jujur saja aku juga heran kenapa aku sampai mimpi begitu. Barangkali karena efek melihat orang-orang di media sosial yang saat itu sedang banyak yang liburan (inilah salah satu efek scrolling kehidupan orang ya… Hehe)

Aku pergi hanya berdua. Dalam mimpi itu anak-anak tidak ikut. Kalau dipikir-pikir itu momen romantis ya. Bisa pergi jalan-jalan hanya berduaan suami hehe. Sesuatu yang sangat langka terjadi.

Perjalanan mimpi pun membawaku ke sebuah ruangan yang penuh dengan buah anggur. Dalam mimpi itu aku ceritanya sedang menikmati buah anggur bersama suamiku. Aku sungguh menikmatinya. Waktu itu kondisinya sudah malam.

Aku tampak takjub melihat buah anggur yang begitu banyak karena memang buah anggur adalah salah satu buah favoritku. Kumakan buah anggur hijau itu satu demi satu. Suamiku pun memeluk pinggangku sambil duduk disisiku. Semua terasa romantis. Semua seakan berjalan sesuai harapan, hingga tiba-tiba aku terhenyak, karena aku teringat sesuatu.

Anak-anak!!

Apa kabar dengan anak-anak?? Apakah mereka sudah tidur?? Sekarang kan sudah malam? Si adek gimana tidurnya? Dia kan gak bisa tidur tanpa aku! Jangan-jangan sekarang dia sedang menangis kencang (saat itu bayangan anakku yang sedang menangis tiba-tiba terlintas di pikiranku).

Seketika aku jadi gelisah. Perasaanku campur aduk. Tak bisa aku mendeksripsikannya. Yang jelas rasanya sungguh tidak nyaman. Kebahagian yang kurasakan sebelumnya seakan langsung menghilang.

Dalam mimpi itu aku segera menghubungi keluargaku yang dalam mimpi itu sedang menemani anak-anak. Herannya ternyata tidak ada yang bisa memberikan kejelasan, apakah si adek sudah tidur atau belum (sungguh mimpi yang aneh).

Dan entah bagaimana, akhirnya aku pun memutuskan tidak jadi liburan. Aku gelisah, aku tidak tenang. Aku mau pulang!! Aku harus segera pulang! Itu saja yang ada dalam pikiranku saat itu. Dan kemudian aku pun terbangun, bertepatan pula dengan bunyi alarm di smartphoneku.

Dalam kondisi mata yang masih kreyep-kreyep, kulihat si adek dan kakak masih tertidur pulas. Damai rasanya. Aku pun merasa lega dan langsung memeluk mereka yang masih tertidur.

Semenjak itu entah kenapa masih saja terbayang perasaanku tentang mimpi tadi malam. Berbagai pertanyaan berkecamuk. Kenapa mimpiku harus berakhir seperti itu ya? Bisakah aku bermimpi lebih lama lagi tanpa ada adegan terakhir itu? Bisakah aku mimpi sedang berlari-larian berdua dengan suami di pantai biru berpasir putih? Atau mimpi kami makan malam berdua di bawah temaram lampu dengan diiringi alunan musik romantis seperti di film-film. Kenapa malah “liburan”ku jadi begitu? Aku kecewa.

Namun, di sela “kekecewaanku” itu aku pun tersadar. Aku ternyata tak sanggup meninggalkan anak-anakku. Aku tak bisa pergi tanpa mereka, sekalipun itu untuk bersenang-senang. Sekalipun itu hanya dalam mimpi. Ternyata tidak ada rasa senang sedikitpun dalam hatiku ketika aku tersadar bahwa mereka tidak ada disisiku.

Padahal selama ini kalau lagi dirumah rasanya ada kondisi ketika aku hanya ingin sendirian saja tanpa anak-anak. Aku sampai berpikir bahwa mungkin aku akan lebih bahagia jika punya waktu sendiri. Tapi mimpi tadi malam menyadarkanku, ternyata aku tak sanggup berpisah dengan anak-anakku. Aku ternyata tidak bahagia tanpa mereka!

Ah ibu… Memang terkadang jadi dilema. Di satu sisi rasanya ingin tenang dan bersenang-senang sendirian, tapi disisi lain rasanya tak ingin anak-anak lepas dari pandangan.

Mimpi itu menyadarkanku bahwa anak-anak adalah justru sumber rasa senang dan ketenangan itu! Mereka adalah sumber kebahagiaan. Lalu kenapa aku harus mencari dengan cara lain atau bahkan mengeluh, padahal sumber kebahagiaan itu sangat dekat. Sangat dekat masya Allah…

Tentu sebagaimana ibu-ibu lain, aku juga punya harapan dan mimpi untuk diriku. Aku ingin jadi penulis, aku ingin jadi guru, aku ingin bermanfaat bagi masyarakat dan dikenal sebagai diriku sendiri. Aku juga ingin eksis dan berkarya.Tapi mimpi malam itu juga menyadarkanku akan arti bahagia yang tak boleh aku lupakan.

Mungkin suatu saat aku bisa request kepada Allah supaya bisa bermimpi jalan-jalan ke luar negeri. Dimimpi itu, aku juga tak hanya berdua, aku akan mengajak anak-anakku untuk ikut serta. Yah syukur-syukur kalau bukan hanya sekedar mimpi ya. Mudah-mudahan siapa tahu mimpi itu bisa benar-benar jadi nyata.

Untukmu ibu, semoga kita semua bisa mengejar mimpi-mimpi kita ya. Apapun itu. Mimpi yang tak hanya sekedar mimpi. Mimpi yang tak hanya membawa bahagia untuk diri sendiri, tapi juga bisa membawa berkah dan bahagia untuk seluruh keluarga. Selamat bermimpi wahai Ibu. Selamat berjuang untuk mewujudkannya! Kita sama-sama ya… :heart:

9 Likes

Yaampun relate sekali… jadi ibu memang dilema ya, banyak sekali perasaan yamg dirasakan. Terima kasih ya bu sudah bercerita… Cukup menjadi pengingat juga bahwa kita memang berhak bermimpi tetapi boleh juga untuk tetap mengikutsertakan anak2 ke dalam mimpi kita🥰