Perjalanan Sebuah Mimpi

Survey yang dilakukan oleh majalah TIME menunjukkan bahwa working mom tidak lebih ambisius dalam berkarir dibandingkan wanita yang belum mempunyai anak. Ketidakambisiusan tersebut disebabkan karena prioritas keluarga. Fakta lainya adalah survey yang dilakukan oleh Sunlight menyebutkan bahwa 60 % perempuan indonesia adalah sosok yang ingin maju dan terus berusaha untuk mewujudkan mimpinya meskipun sudah bekerja dan berkeluarga. Masih menurut survey yang sama, 7 dari 10 wanita mengaku kesibukan sehari-hari menjadi hambatan untuk mengejar mimpi.

Bagaimana menurut ibu dengan data tersebut. Jika ibu merasa seperti hasil survey tersebut, kita sama.

Bagi saya, menjadi seorang ibu adalah kuat, dan mampu menjadi ibu yang berproses mengejar mimpi itu hebat. Namun saya akui, perlu sebuah proses yang panjang untuk menempa ketangguhan diri, untuk berani dan percaya bahwa diri ini mampu.

Hal yang saya sadari sepanjang motherhood journey adalah menjadi ibu merupakan anugerah dan berkah, namun disisi lain menjadi seorang ibu adalah millestone besar yang butuh perjuangan. Itulah yang membuat seorang ibu istimewa. Saya merasakan betul, bahwa menjadi ibu rentan mengalami existential crissis . Fase dimana saya sering bertanya banyak hal tentang hidup. Apakah saya cukup berharga? Apa makna keberadaan saya untuk orang lain? Untuk apa saya ada didunia ini. Pun menjadi ibu rentan merasa kehilangan diri sendiri. Tidak bisa dipungkiri, keimanan dan mentalitas saya tidak selalu prima dan optimal setiap kali berhadapan dengan ujian. Di saat titik terendah itu lah, munculah rasa kehilangan diri sendiri. Seperti sedang berhadapan dengan orang lain, tidak seperti yang saya kenal selama ini, kemana aku yang dulu.

Berhadapan dengan situasi yang kompleks dan tidak mudah, melibatkan pikiran dan juga psikis, bukan berarti ibu kehilangan segalanya. Menjadi ibu bukan berarti tidak bisa berkarya, memberi manfaat, melanjutkan kuliah dan angan - angan lainya. Pun tidak berati mengurangi peluang untuk terus berkarya dan bermanfaat. Satu hal yang pasti dan saya yakini adalah Allah tidak menciptakan kita dengan sia-sia. Setiap orang terlahir dengan tujuan sendiri, dengan keunikanya, potensinya, caranya, jalanya dan peranya. Masing-masing telah Allah rancang peran terbaiknya di dunia. Termasuk saya dan ibu yang sedang membaca tulisan ini. Jadi, stop compare kehidupan kita dengan orang lain! Stop merasa insecure ! karena Allah sang pencipta dan maha mengetahui dari awal sudah menciptakan kita dengan tujuan dan peranya masing - masing. Berperan dan bermanfaat untuk orang lain tidak hanya dengan menjadi pejabat, pegawai, dokter atau peran formal lainya. Begitu banyak karya yang bisa dilakukan tanpa menjadi peran tersebut. Teruslah berharap karena berharap itu adalah doa, berharap itu bagus dan berharap itu penting. Namun berharap saja tidak cukup, butuh usaha.

“Atas semua millestone kehidupan yang telah dirancang Nya dengan baik sedemikian rupa, apakah kita berani memberikan protes ada segala yang telah diatur Nya? Memangnya kita punya hak untuk protes dan mengajukan keberatan sementara kita tidak pernah benar benar tahu apa yang terbaik bagi kita? “

(Kutipan dari buku Heal Yourself)

Berbicara tentang mimpi. Saya perlu waktu yang cukup lama untuk memahami betul apa yang sebenarnya saya inginkan. Bukan yang ingin saya tampakan kepada orang, bukan ingin seperti kondisi orang lain…bukan. Fase Ini adalah momentum bagus bagi saya untuk lebih mengenal diri sendiri. Saya jujur pada diri sendiri dan berkontemplasi, apa yang sebenarnya saya sebut itu mimpi, apa betul kondisi saya yang lalu lebih baik untuk saya atau sekedar kangen karena penatnya keadaan sekarang, apa betul saya seburuk yang saya pikirkan.

Setelah lebih mengenal diri, hal yang saya lakukan adalah memvisualisasikan mimpi. Mimpi saya adalah menutup kesenjangan kondisi saya sekarang dan hidup yang saya inginkan pada berbagai aspek kehidupan. Seperti aspek personal, spiritual, hubungan sosial, kebermanfaatan, karir dst. Cara saya menuliskan mimpi seperti berikut :

  • Visualisasikan diri kondisi saya sekarang dengan hidup yang saya inginkan pada semua aspek kehidupan
  • Tulis dan prioritaskan semua tindakan yang pelu dilakukan untuk menutup kesenjangan

Contoh sederhanya seperti ini. Pada aspek personal kondisi saya sekarang adalah seorang ibu yang lebih sering menunda dan mudah membuang waktu. Padahal hidup yang saya inginkan adalah menjadi manusia yang terus bertumbuh dan produktif. Tindakan yang perlu saya lakukan adalah selain berdoa kepada Allah agar dimampukan, ikhtiar lainya adalah membentuk support system dengan suami, berinteraksi dengan orang produktif, menonton konten yang membangun, termasuk ikut komunintas ibu punya mimpi.

Memang betul tidak semua tindakan yang saya lakukan dapat membuahkan hasil. Tapi bukankah lebih baik untuk terus bergerak dibandingkan hanya berdiam diri. Karena akan ada selalu kesempatan untuk mereka yang berjuang. Jika Allah mentakdirkan iya, pasti akan Allah mampukan, yakinkan dan kuatkan. Sebaliknya, jika Allah berkata tidak, sengotot apapun saya melangkah pasti akan Allah buat berhenti.

Begitulah cara saya saat mempunyai mimpi. Kalau ibu, apa yang biasanya ibu lakukan ?

3 Likes