Komunikasi antara ibu dan anak sering menghadapi tantangan, terutama ketika melibatkan perintah dan tanggung jawab.
Tanpa komunikasi yang efektif, situasi ini bisa menimbulkan ketegangan dan ketidakpuasan dari kedua belah pihak.
Contoh percakapan tidak efektif
Ibu : " Dani, sebelum kamu pergi bermain, pastikan kamar kamu beres, ya. Jangan lupa!"
Dani : “Oke, bu, tapi aku mau main dulu.”
Ibu : “Jangan lama-lama. Sebelum jam 5, kamarmu sudah harus dibereskan.”
Beberapa waktu kemudian…
Ibu : “Dani, kenapa kamarmu belum beres? Kamu udah lebih dari satu jam di luar.”
Dani : “Tapi, aku sudah bilang, aku mau main dulu. Aku kira kamarnya bisa aku bereskan setelah aku pulang.”
Ibu : “Ibu sudah bilang harus beres sebelum jam lima. Kamu itu, nggak pernah dengar kalau dibilangin. Besok-besok, nggak usah main sekalian !”
Dani : “Ibu nggak adil !”
Apa penyebab komunikasi tersebut tidak efektif?
1. Kurangnya penjelasan.
Ibu tidak menjelaskan alasan mengapa kamar harus dibereskan terlebih dahulu. Tanpa pemahaman yang jelas, Dani mungkin tidak menganggap perintah tersebut penting.
2. Ketidakselarasan harapan.
Ibu dan Dani memiliki harapan yang berbeda tentang kapan kamar harus dibereskan. Dani berharap bisa menyelesaikan tugas setelah bermain, sementara ibu menginginkan hal tersebut dilakukan sebelum bermain.
3. Komunikasi satu arah.
Percakapan berlangsung satu arah dengan ibu memberikan perintah dan Dani hanya merespons. Tidak ada ruang untuk diskusi atau kompromi.
4. Kurangnya empati.
Ibu tidak mempertimbangkan keinginan Dani untuk bermain terlebih dahulu. Ketidakmampuan untuk memahami perspektif anak dapat menyebabkan perasaan tidak adil.
5. Respons emosional dan ancaman.
Ibu menggunakan ancaman sebagai respons terhadap ketidakpatuhan, yang dapat memperburuk situasi dan meningkatkan ketegangan.
Jadi, bagaimana pendekatan komunikasi yang lebih efektif?
1. Jelaskan alasan.
Misalnya, “Dani, kita perlu membereskan kamar dulu supaya kita bisa menjaga kebersihan dan tidak kesulitan mencari barang nanti.”
2. Berikan waktu yang realistis.
Tentukan waktu yang realistis untuk menyelesaikan tugas. Misal, “Kita harus selesai membereskan kamar sebelum jam 5 supaya ada waktu untuk bersantai setelah itu.”
3. Dengarkan dan diskusikan.
Tanyakan kepada Dani apakah ada kesulitan dengan waktu yang ditetapkan dan diskusikan solusi bersama.
Misal, " Kamu kesulitan beresin kamar, Dani? Atau butuh waktu yang lebih lama? Coba ngomong dulu sama ibu."
4. Tawarkan pilihan.
Berikan beberapa opsi untuk menyelesaikan tugas.
Misalnya, " Kamu bisa memilih untuk membereskan kamar sekarang selama 20 menit atau setelah makan siang. Mana yang kamu pilih?".
5. Apresiasi dan motivasi.
Berikan dorongan positif setelah tugas selesai.
Misalnya, " Terimakasih sudah membereskan kamar. Sekarang, kamu bisa main dengan tenang."
Dengan pendekatan ini, komunikasi antara ibu dan anak dapat menjadi lebih jelas dan produktif.
Pssst, bu. Ternyata menjalin komunikasi efektif dengan anak itu bisa mendukung perkembangan emosional dan sosial anak, lho !.
Apakah ibu sering mengalami konfliks serupa dengan anak ibu? Cobalah tips komunikasi efektif ini dan lihat bagaimana perbedaannya.