Assalamualaikum.
Hai, panggil saya Oldi saja ya. Kalau di rumah, saya biasa dipanggil Umma oleh anak dan suami saya. Ah, jadi terngiang suara mungil yang biasa memenuhi setiap sudut rumah saya hahaha sekarang sepi karena ketika menulis ini, dia sedang tidur pulas hingga pagi nanti.
Kalau ditanya apa makanan atau minuman favorit saya, agak bingung jawabnya karena saya tipe omnivora alias apa aja suka terlebih es jeruk, buah mangga, atau sate ayam bumbu kacang hahaha.
Saya suka baca buku, tapi akhir-akhir ini saya lebih sering baca buku non fiksi yang tidak jauh-jauh dari self-development atau tentang parenting. Padahal dulu saya sanggup menamatkan satu novel tebal dalam tiga hari saja disambi kerja. Tau kan buku Raden Mandasia itu? Waaah sekali baca langsung jatuh cinta deh. Jangan jiper duluan ya lihat halamannya karena sangat-sangat-sangat worth isinya.
Kalau film favorit saya, apa yaa… saya jarang nonton film. Mentok-mentok hanya series yang judulnya Ted Lasso, itu juga suami saya yang merekomendasikan. Ada yang suka juga?
Senang sekali rasanya dapat bergabung di media tumbuh dan belajar ini. Lagi-lagi, saya nekat mengikuti satu pembelajaran yang menurut saya akan saya nikmati sekali karena saya suka dengan materi atau temanya. Padahal, saya punya masalah memanajemen waktu dengan berbagai peran yang saya ambil sekarang, sebagai ibu, istri, anak, menantu, sahabat, juga sebagai seorang pegawai di kantor.
Saya kecil suka sekali menunggu loper koran langganan kakek yang tiap pagi tak pernah absen melempar koran harian ke teras rumah. Saya selalu memperhatikan kebiasaan kakek saya waktu itu, tiap pagi membaca koran Suara Merdeka, dan ternyata dari situlah saya mulai suka membaca.
Saya kecil mengimitasi kegiatan kakek saya, membaca koran dengan mengangkatnya dan membukanya lebar-lebar, bahkan turut menumpuk dan membawa bahan bacaan saat pergi buang air ke toilet.
Kebiasaan membaca itu ternyata saya bawa hingga dewasa. Dimulai dari membaca koran, komik, hingga novel. Dan dari kebiasaan membaca itu, muncul juga rasa ingin menulis. Saya kecil beberapa kali mengirimkan hasil tulisan cerita pendek karangan saya sendiri ke penerbit koran, meskipun seingat saya tak pernah dimuat, tapi rasanya saya puas telah membuat satu tulisan yang bersumber dari ide saya sendiri.
Saya juga menyukai anak-anak dan dunianya. Kalau diingat-ingat, agak konyol juga ya saya waktu itu dengan senang hati menawarkan diri untuk menjaga anak-anak di kids section Ketika ada acara besar di kantor, padahal teman-teman yang lain berlomba-lomba untuk menjadi panitia dengan tugas yang paling kompleks dan padat. Tapi saya, yang minim pengalaman alias sotoy dan belum menikah waktu itu sangat bersemangat untuk bertemu anak-anak kecil yang setelah menikah ini saya baru sadar bahwa mengawasi anak kecil tidak sesederhana itu hahaha.
Mungkin… ini hanya analisis saya sendiri ya, mungkin… kecintaan saya pada anak-anak itu berawal dari ibu saya. Jarak usia saya dengan adik saya yang nomor dua alias yang terakhir adalah limabelas tahun. Itu jarak usia yang cukup lebar. Saya resmi menjadi kakak dengan dua orang adik Ketika saya duduk di bangku kelas tiga SMP, yang mana daya serap dan logika otak saya cukup mampu memproses banyak sesuatu yang kompleks termasuk memperhatikan bagaimana ibu saya merawat adik saya yang kedua dengan cara-cara yang menurut saya mengagumkan.
Berbicara tentang ibu… beliau lah satu-satunya orang yang sejak kecil selalu mendukung mimpi-mimpi saya. Menjadi penulis, pembawa acara, reporter, jurnalis, atau seorang penyiar radio seperti yang biasa saya dengarkan waktu kecil ketika menemani ibu memasak atau mencuci. Ibu saya adalah orang pertama yang bangga atas pencapaian-pencapaian kecil dalam hidup saya yang kalau saya tengok kembali ke belakang, justru pencapaian kecil itu yang membawa saya ada di titik sekarang.
Saya yang selalu semangat belajar sesuatu yang saya suka. Saya yang berusaha memberikan yang terbaik untuk orang yang saya cinta. Meskipun beberapa tahun belakangan agak tertatih menjalani keseharian dengan banyak peran, nyatanya api di dada saya belum padam. Justru saya baru sadar bahwa banyak peran ini membuat saya belajar, untuk bersabar, untuk lebih menerima, untuk lebih keras berjuang, untuk lebih keras mengupayakan, dan untuk lebih mengenal saya, mengingatkan tentang diri dan mimpi saya, membuat saya jauh lebih dekat dengan diri saya.
Menulis ini membuat dada saya hangat. Kembali menilas balik keseharian kecil saya, apa yang saya suka dan saya kagumi. Terlepas dari segala peran yang saya jalani saat ini, rasa-rasanya perjalanan untuk kembali menjadi saya yang seutuhnya baru dimulai. Tentu saja semuanya tak lepas dari dukungan orang-orang terdekat dan support system saya.
Bersama rekan-rekan di kelas Ibu Penulis ini, yuk kita bergandeng tangan berjalan bersama.