4 Hal Yang Saya Pelajari Tentang Mimpi


Dari pengalaman hidup, buku yang saya baca, dan orang yang saya temui ada beberapa hal yang ingin saya tuliskan mengenai apa saja yang sejauh ini saya pelajari tentang mimpi.

1. Saya belajar bahwa mimpi itu bermacam bentuknya.
a. Berbentuk profesi – ingin menjadi: dokter, pesepak bola, designer, enterpreneur
b. Berbentuk achievement: ranking 1, menang lomba, penjualan untung 257%, sertifikasi profesional, kuliah S2, bisnis sukses
c. Berbentuk kondisi hidup: sampai tua punya kesibukan sendiri, berdampak bagi sekitar, punya investasi hari tua yang matang, badan dan kulit terawat, hidup sehat gluten free, badan fit hingga tua dengan olah raga, memperjuangkan sesuatu yg kita anggap penting (climate change, kemerdekaan, worlds ignorance)
d. Bersama seseorang – seperti Do San di drama Start-Up, mimpinya bukan “sukses” tapi bersama Dalmi. #ea #sarange #maafhaludrakor


Saya percaya tiap orang punya perannya masing-masing di dunia ini, jadi tentu tidak semua “cocok” menjadi influencer, ibu rumah tangga atau jadi enterpreneur. Ada yang panggilan hatinya kombinasi menjadi ibu bekerja 80% memasak kue 20%, ada yang ingin membuat perubahan, ada yang ingin mempertahankan kenyamanan, ada yang mimpinya ingin membahagiakan orang tua.

Karena sangat beragam, bagi saya penting untuk menyelami diri, mencari, menemukan yang cocok untuk kita itu mimpi yang seperti apa – kalau mau bentuk “menjadi” atau “sukses” pun yang seperti apa :blush:

2. Setiap manusia perlu punya mimpi.
Termasuk ibu. Termasuk anak, termasuk bapak-bapak. Semua. Selain karena dampak baik untuk fisik,emosi,mental,pikiran. Mimpi bagi saya merupakan pendorong progres hidup, ini instinct natural. Seperti jika lapar diisi dengan makan, jika lelah diisi dengan istirahat. John Dewey seorang philosopher mengatakan bahwa setiap manusia memiliki “desire to be important” (dikutip dari buku Dale Carnegie), dan sangat alami jika kita mengisi keinginan tersebut dengan mimpi. Ada manusia yang memenuhi “desire to be important”nya dengan menjadi istri yang diprioritaskan suaminya, ada yg ingin menjadi ibu yang sangat dekat dengan anak2nya hingga dewasa, ada yg ingin menebar kebahagiaan hingga ke sanak saudara, menjadi apa yang dicita-citakan, berinovasi membuat sesuatu yang baru, berlayar ke benua lain penuh resiko, dan lain sebagainya.


Pak David Attenborough mimpinya ingin menjelajahi alam sampai pelosok-pelosok.

Pak Hans Rosling mimpinya ingin menyadarkan orang-orang di dunia (melalui buku dan perkuliahan) tentang fakta penting yang justru diabaikan kebanyakan orang.

Tanpa keinginan tersebut yang diisi dengan mimpi – orang yang miskin akan tetap terperangkap dalam kemiskinan, orang yang tidak berpendidikan tidak akan terdorong untuk sekolah, dan orang yang terjajah tidak akan repot-repot ingin mencoba untuk merdeka. Sehingga layaknya hak dan kebutuhan kita untuk makan dan istirahat, punya mimpi bagi saya juga merupakan kebutuhan dalam hidup.

images
Setiap orang berhak dan butuh memiliki mimpi. Mimpi yg diracik sendiri, untuk hidup bahagia - utuh, dengan caranya masing-masing :heart:

3. Manusia berprogress dan mimpi bisa disesuaikan.

Saya belajar bahwa,
Manusia berprogres: “Kok kamu sekarang berubah sih?” Komentar seperti ini perlu disambut dengan senang, karena artinya saya telah belajar dan menerapkan sesuatu yg baru, tumbuh/berprogress dalam hidup, atau minimal telah bergerak dan mencoba kondisi baru di “kamu yang sekarang”.

Mimpi saya bisa disesuaikan: Saya belajar bahwa penting untuk bisa dengan senang dan terbuka mengakui bahwa “Saya tidak tahu”. Hal itu juga berarti - saat saya punya suatu opini, saya bersiap untuk merubahnya saat menemukan fakta baru. Dengan tidak merasa harus mempertahankan opini lama jika ternyata memang sudah tidak relevan. Oleh karena itu, bila saat berprogres sebagai manusia saya menemukan bahwa mimpi yang A sudah tidak lagi relevan, saya perlu siap menyesuaikan dan mengupdatenya menjadi A.2 atau merubahnya menjadi E.
Sebagai ibu dan manusia, seiring saya berprogres, (kebetulan) mimpi saya termasuk yang disesuaikan dengan cara dirubah. Bisa berubah contohnya waktu sekolah saya suka matematika dan bermimpi memiliki profesi yang banyak terlibat dengan ilmu tersebut, namun semakin dewasa semakin mendalami diri saya menyadari ternyata sejak sekolah saya juga punya ketertarikan konsisten dan keterampilan pada bidang kesenian, itu adalah fakta yang baru saya sadari, dan seiring waktu semakin kuat semakin relevan, sehingga mimpi saya berubah.
satria-baja-hitum-kamen-rider
Tentu tidak semua harus begitu, ada juga mimpi yang tidak berubah seiring dirinya berprogres dan tentu itu tidak apa. Skenarionya juga tidak hanya 2 (berubah atau tidak berubah). Hidup terlalu sempit jika hanya digeneralisir menjadi 2 kategori. Mimpi juga bisa tertunda, bisa bertambah, bisa dikombinasikan, bisa disederhanakan, bahkan bisa dikurangi jika merasa itu hal yang realistis dan sudah cukup, dan masih banyak lagi.

4. Mimpi berproses.
Saya belajar bahwa tiap orang berada dalam tahap perjalanannya masing-masing mencapai mimpi. Perjalanan itu bukan lomba. Dengan kecepatan yang berbeda. Tujuan yang berbeda. Dan arahnya pun tidak selalu kedepan – ada saatnya kita harus belok, putar balik, atau mundur, baru maju lagi. Di tahap manapun saya belajar bahwa yang terpenting adalah untuk terus bergerak, siap menyesuaikan, dan terus berusaha.


Banyak jalan menuju ke Roma, tapi pun tidak semua orang mau ke Roma, bisa saja ada yang mau ke Surabaya, dan itu tentu tidak apa. Sekian ibu, terima kasih sudah membaca.

Disclaimer: saya bukan profesional, hanya enthusiast yang rentan dengan bias dan eror. Saya sangat terbuka untuk feedback dan masukan dari ibu-ibu semua.
Salam love, peace, and friendship ibu semua :heart: