Aduhai, Dilema Listrik

Halo Ibu,

Sudah baca post “Pandemi dan Pembagian Kerja Domestik” -nya Ibu @BritaPutri belum?

Memang pandemi ini membuat pekerjaan rumah tangga semakin menantang ya karena semuanya beraktivitas di rumah. Ayo kita ajak suami dan anak ikut berpartisipasi dalam tugas rumah tangga, sekalian meningkatkan aktivitas fisik walau #dirumahaja.

Selain bantuan dari orang lain, kehadiran teknologi rumah tangga juga bisa membantu mengurangi waktu dan tenaga kita melakukan pekerjaan rumah, misalnya: Air Fryer, Robot Vacum, Dishwasher, dan apa lagi yah yang biasa Ibu pakai?

Dari tiga teknologi diatas, saya baru menggunakan Air Fryer yang dibeli saat Oktober lalu. Hasilnya? Puas! Keputusan itu berhasil membantu saya menghemat banyak waktu dalam memasak, juga lebih sehat kan. Tentu saya “meracuni” teman lain untuk ikut beli Air Fryer dong supaya menghemat waktu masak mereka, dan jadi punya waktu untuk me-time.

“Eh… tapi listriknya tar mahal gak?”

Biaya listrik memang tak luput dari perhatian Ibu cerdas, para manajer keuangan di rumah, apalagi ketika pandemi #dirumahaja membuat penggunaan listrik semakin naik. Jadilah membuat dilema antara menghemat waktu atau menghemat biaya listrik.

Hmm… kira-kira berapa yah biaya listrik jika “menggoreng” ayam di Air Fryer 1.400 watt selama 15 menit?

Ini dia kotretan-nya (Tanpa menghitung temperatur yang dipakai):

Daya : 1.400 Watt = 1,4 kW (kilo watt)
Waktu : 15 menit = 0,25 jam

Energi yang digunakan = 1,4 kW x 0,25 jam = 0,35 kWh (kilo watt per hour)

Saat ini tarif listrik sekitar Rp1.500,- per kWh, jadi setiap memasak ayam di Air Fryer biaya listriknya adalah 0,35 kWh x Rp1.500,- = Rp525,-

Cukup terjangkau kan? Apalagi bisa menghemat penggunaan minyak goreng.

Rumus ini bisa Ibu gunakan untuk menghitung biaya listrik berbagai teknologi rumah tangga lainnya, dengan catatan untuk teknologi yang dipakai terus-menerus misalnya kulkas atau freezer saat idle biasanya tidak menggunakan listrik secara penuh tapi sekitar 0,4% - nya (bervariasi tergantung umur dan kondisinya).

Cara berhitung diatas tak terbatas untuk kebutuhan rumah ya, jika Ibupreneur membutuhkan teknologi tambahan untuk kebutuhan bisnispun bisa lakukan perhitungan ini dulu agar lebih rinci menghitung biaya produksi.

Misal, saya memproduksi homemade frozen food, supaya menghemat waktu dan meningkatkan kapasitas produksi, saya menggunakan steamer dan menambah freezer. Karena produksi masih dilakukan di rumah jadi tagihan listriknya masih menyatu. Nah, dengan menghitung seperti ini saya pun bisa memisahkan biaya listrik yang harus dibayar untuk rumah atau bisnis secara lebih tepat.

Semoga informasi di atas bisa membantu Ibu memilih keputusan yang tepat dalam mengadopsi teknologi di rumah dan bisnis :smile:

Sumber foto: www.mashed.com dan Canva

3 Likes

Waaah Bu @Feby bahasannya pas banget, langsung ku fwd ke suami dooong :rofl: Karena Si Budhe belum pulang (curhatnya ini lagi :upside_down_face: :rofl:), jadi mulai mempertimbangkan mau menghadirkan bantuan teknologi untuk mempermudah pekerjaan rumah tangga. Sayangnya proposal masih ditolak oleh suami. Semoga dengan artikel ini, suamiku mendapat pencerahan bahwa biaya listrik yang harus dikeluarkan masih sepadan. Terimakasih banyak, Buuu! :hugs: :hugs: :hugs: