Afirmasi Dalam Melangkah
Masyarakat Indonesia sebagian besar percaya bahwa kesuksesan itu, adalah hasil dari kerja keras. Tapi, beberapa persen masyarakat Indonesia juga percaya bahwa sukses itu karena kita punya uang dan hak-hak istimewa, untuk membuat kita cepat menapaki tangga kesuksesan. kita butuh keluarga kaya yang juga membantu kita untuk sukses. Dan juga ada sebuah survey bahwa 85% orang yang dilahirkan dalam lingkungan yang miskin, maka aka tumbuh dan menjadi anak yang miskin.
Bagaimana dengan kata-kata motivasi tokoh-tokoh pebisnis yang sukses, yang mengatakan “bukan salah kita, jika terlahir dalam kondisi miskin, tetapi salah kita jika meninggal dalam keadaan miskin.” Haruskah kita tidak percaya akan hal tersebut?. Hal tersebut benar adanya dan memang banyak orang diluaran sana, yang sukses diawali dari 0 dan yang sukses diawali dengan latar Pendidikan hanya lulusan SD dan sama sekali tidak berada di lingkungan yang mendukung untuk sukses.
Lalu teori manakah yang harus diyakini ibu-ibu untuk mengawali sebuah bisnis. Jawabnya yaitu, kedua teori tersebut harus kita yakini. Kedua peluang tersebut, sama-sama bisa terjadi pada diri kita. Bagaimana jika kita memilih untuk mengawali menjadi ibu rumah tangga atau pekerja dengan mempunyai bisnis sampingan. Tetapi ibu-ibu justru jatuh dalam kerugian, dibohongi, teman dan keluarga yang sering berhutang dengan barang dagangan kita, atau yang meminta harga teman.
Ilmu yang dikuasai oleh ibu-ibu pertama kali adalah ilmu afirmasi positif. Hal ini tidak hanya berlaku saat akan melangkah untuk memulai bisnis. Tetapi saat tugas terberat yang pertama kali dialami saat menjadi ibu, yaitu melahirkan dan hamil. Ibu-ibu dilatih, disarankan, dan diwajibkan untuk sering berkomunikasi dengan bayi, supaya bisa melahirkan dengan nyaman dan sesuai harapan ibu. Afirmasi positif seperti ini, terbukti berlaku 99% untuk ibu yang akan melahirkan. Tentunya dibarengi dengan Latihan fisik dan doa.
Sekarang kita coba terapkan afirmasi positif tersebut ke bisnis yang akan dijalani oleh ibu-ibu, yaitu diawali dengan niat ingin membantu perekonomian keluarga, ingin memberdayakan diri dengan membuka bisnis, ingin membantu mensejahterakan masyarakat dengan membuka lowongan pekerjaan baru.berdoa dan selalu jaga komunikasi dengan pasangan, saat akan memulai bisnis dan saat menjalankannya.
Bagaimana dengan modal? Bagaimana dengan ibu rumah tangga yang pemasukannya hanya bergantung uang bulanan dari suami, semuanya bisa diupayakan dan diberdayakan. Karena start masing-masing orang disini berbeda-beda, kalaupun harus dicicil dua ribu setiap hari untuk mengumpulkan modal, tidak apa-apa. Walaupun jika dihitung-hitung terkumpulnya mungkin tujuh bulan setelah itu, ya tidak apa-apa.
Asalkan tidak memotong anggaran makan, kesehatan, dan pendidikan anak-anak. Dimulai dari Langkah kecil, dan pelan-pelan. Karena berbisnis tidak hanya untuk terlihat keren apalagi untuk memperkaya duniawi, tetapi ada tujuan yang lebih besar daripada itu.
Apakah jika ibu-ibu memulai dengan afirmasi positif, apakah Langkah selanjutnya sudah bisa dipastikan positif?. Tidak, ibu juga manusia biasa, tidak mempunyai bisnispun kehidupan seorang ibu-ibu sudah penuh dengan drama. Tetapi, jangan sampai membuat bisnis ibu-ibu ini menjadi beban. Jika memang hanya bisa berjualan online, membalas chat, dan melakukan transaksi di malam hari, ya tidak apa-apa. Yang terpenting, tidak menomorduakan urusan keluarga dan anak-anak.
Setiap hari dan setiap malam cobalah untuk berdoa dan memasukkan kata-kata baik, dalam diri kita ibu-ibu. Baik itu, urusan bisnis, anak, suami, dan keluarga. Semoga sukses ya ibu-ibu dan kita tetap bisa jadi orang-orang yang memberikan manfaat untuk orang banyak.