Air Mata di Ujung Sajadah: Drama Keluarga yang Sukses Mengaduk-aduk Emosi Penonton

image

Air Mata di Ujung Sajadah merupakan film dengan genre drama keluarga yang mengusung tema tentang pengorbanan dan perjuangan seorang Ibu. Film ini sangat cocok ditonton oleh seluruh usia karena banyak hikmah yang bisa dipetik dalam kehidupan. Tema dan inti cerita dalam film ini juga hal yang realistis dan bisa kita jumpai di sekitar kita.

Karakter dan pemain

Sepanjang film, penonton dibuat seolah menaiki wahana roller coaster, terutama yang sudah merasakan menjadi seorang Ibu akan sangat terbawa emosi dengan konflik yang ada. Cerita mengalir dengan alami karena karakter utama sangat apik dibawakan oleh aktor kawakan seperti Fedi Nuril (Arief), Citra Kirana (Yumna), dan Titi Kamal (Akila). Beberapa aktor pendukung juga memainkan karakter mereka dengan baik sehingga cerita dan pesan dalam film ini dapat disampaikan dengan menarik dan penonton seolah ikut terbawa suasana dalam film.

Plot dan alur film

Cerita berawal dari seorang Ibu yang sangat berambisi dan diktator terhadap anaknya, Akila, hingga sang anak kabur dari rumah dan menikah dengan kekasihnya. Tak berapa lama setelah menikah, Akila hamil muda dan sang suami meninggal dunia akibat kecelakaan. Akila menjalani masa kehamilannya seorang diri hingga saat akan melahirkan dia pulang kembali ke rumah Ibunya.

Karena Ibu Akila sangat berambisi terhadap masa depan anaknya, bayi yang baru dilahirkanpun diberikan secara diam-diam kepada Arief dan Yumna yang sudah lama menikah namun tidak memiliki anak. Ibu Akila berbohong kepada Akila bahwa anaknya tidak selamat saat dilahirkan. Akila sangat terpukul dan memilih menetap di luar negeri.

7 tahun berlalu hingga tiba-tiba Akila datang kembali mencari anaknya, setelah Ibunya membongkar rahasia bahwa sebenarnya sang anak, Baskara, masih hidup. Hingga setelah beberapa waktu mencari, Akila bertemu dengan Arief dan menanyakan keberadaan anaknya. Arief berusaha mengelak dan menceritakan kepada Yumna bahwa Akila telah kembali. Ketenangan dan kebahagiaan Arief dan Yumna terusik, berganti dengan kegelisahan jika Akila akan mengambil kembali anaknya di saat mereka telah menganggap Baskara sebagai anak kandung sendiri dan sangat menyayanginya.

Konflik

Di sinilah terjadi pergolakan batin seorang Ibu dengan pengorbanan dan perjuangannya masing-masing. Yumna yang sangat menyayangi Baskara tidak mau berpisah dan tetap mempertahankan Baskara di sisinya, sedangkan Akila yang merupakan ibu kandung Baskara ingin merasakan kebersamaan dengan anaknya setelah terpisah bertahun-tahun. Mereka bergelut dengan kegalauan dan pikirannya masing-masing, hingga cara keduanya untuk tetap mempertahankan sang anak di sisi mereka terkadang membuat kecewa satu sama lain tanpa disadari.

Dalam film ini, peran suami dan support keluarga dalam menghadapi masalah juga sangat ditonjolkan. Peran Arief sebagai kepala keluarga, suami, sekaligus Ayah yang selalu mendukung dan harus berani mengambil keputusan dalam kondisi yang sulit demi kebaikan bersama.

Pesan pada film

Film ini mengajarkan tentang keikhlasan, ketabahan, kepasrahan diri, dan cinta yang (seharusnya) membebaskan. Kasih sayang seorang Ibu yang tak terbatas kepada anaknya dan akan melakukan segalanya demi anak walaupun harus mengorbankan dirinya sendiri.

Juga sebagai pasangan dan keluarga yang harus selalu bergandeng tangan bersama untuk menghadapi permasalahan yang ada. Semua beban hanya bisa diadukan di atas sajadah kepada sang Pencipta saat akal tak mampu berpikir lagi dan saat hati sudah ingin menyerah. Walaupun harus dilalui dengan derita dan air mata, namun pada akhirnya semua pengorbanan itu akan terbayar indah dan cinta sejati akan menemukan sendiri jalan pulang.

Nah, kalau mau nonton film ini jangan lupa siapkan tissue, ya?

2 Likes