Apakah ibu pernah jadi Reseller?

Hey Ibu,

Aku penasaran untuk ibu yang akan atau sudah menjalani bisnis nih, tentang Reseller. Kebetulan aku lagi ngobrol dengan Stratups yang fokusnya marketplace untuk reseller, aku jadi tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai ini. Mungkin ini menjadi topik yang bisa diangkat ke Rumii.

  1. Apakah Ibu pernah menjadi Reseller? Boleh cerita suka dukanya?
  2. Apakah Ibu pernah menjadi Supplier untuk Reseller?
    Kalau jawabannya Pernah, sistemnya biasanya seperti apa?
  3. Apakah pernah terbesit ide untuk menjadikan Reseller sebagai channel untuk akuisisi penjualan juga? Langkah apa yang pernah dilakukan untuk ini?

Jika ada yang mau share lebih lanjut silahkan yaa bu, semoga dengan diskusi ini jadi bisa ada benefit untuk bisnis-bisnis Ibu.

9 Likes

Hi Ibu Marisa, saya coba jawab ya :

  1. pernah, senengnya kita ga perlu keluar modal untuk beli barang, jadi bisa langsung tawarin via online maupun online, dukanya ya ketika profitnya hanya dapat sedikit dibanding dengan beli langsung ke supplier untuk eijual.

  2. Pernah juga, sistemnya sama seperti saya jadi reseller, barang kita titip ke reseller untuk di jual secara offline, ataupun kita kirim foto untuk dijual online… dan harga jual ke reseller di ptg sekitar 20-30%.

  3. Pernah, dengan menghubungi penjual-penjual di instagram dan di WA group.
    tapi sampai sekarang no luck… harus semangat lagi dan mungkin evaluasi harga barang yang saya jual mungkin kemahalan.

Terima Kasih.

3 Likes

Hai @marisa,

  1. Saat ini aku jadi salah satu reseller minuman lemon yang sebelumnya sudah berjalan penjualan secara pusat selama 3 tahun. Suka nya, semua sudah disediakan mulai dari template order sampai marketing kit dan update update fotonya. Duka nya, aku pribadi ternyata gak comfort menjual sesuatu yang aku tidak tau in details, sumber bahan baku, proses pembuatan, legalisasi dokumen dan pilihan packagingnya.

  2. Apakah Ibu pernah menjadi Supplier untuk Reseller? NOPE

  3. Apakah pernah terbesit ide untuk menjadikan Reseller sebagai channel untuk akuisisi penjualan juga? Langkah apa yang pernah dilakukan untuk ini?
    Saat ini belum ya, karena aku masih mencintai proses demi proses yang aku lalui untuk membuat produk panna cotta jualanku. Tapi barusan banget temenku ide, gimana kalo jualanku di drop di beberapa cafe yang masih terjangkau untuk dilakukan pengiriman daily. Cuma masih gak kebayang profitnya akan seperti apa sih, Bu

4 Likes

Wah topik yang menarik Mba @marisa, saya dulu pernah ingin jadi reseller printing hijab voal dari Bandung gitu. Dengan membeli sejumlah pieces hijab dengan harga di bawah pasaran, tapi risiko ditanggung kita. Artinya kalo barang tidak keluar, kerugian ada di kita (reseller). Tadinya pgn coba supaya bisa kenal dan tahu market, atau setidaknya bisa melihat bagaiman proses produksi dan pemasarab printing hijab. Tapi saat itu tidak jdi karena tdk mendapat izin suami, dan marginnya kecil sekali.

Sempet membuat brand hijab sendiri, tapi ternyata tidak telaten dan tekun di situ. Akhirnya hanya 2 kali launching berhenti. Karena brand development ternyata banyaaak sekali tantangan ya. Makasi bu @YohannaJ dan @Levi.from.SAEstory sharingnya sangat membuka wawasan…

3 Likes

Hai ibu,

  1. Pernah, saat saya masih berkuliah tahun ke 2 (masuk semester 3) sekitar tahun 2009, sudah mulai berjualan baju online lewat BBM, bisa dibilang saya reseller tangan pertama saat itu (gimana cara nemu supplier? Dulu di BBM ada jasa jual contact supplier2 gtu kalau ga salah biaya nya 250rb), dan saya juga punya reseller dari Bali, bahkan ada yg owner toko fashion di Luwuk Banggai, Sulawesi kebetulan org bali tapi tinggal di sana. Kenapa reseller saya kebanyakan orang bali, karena saat itu contact BBM saya kebanyakan sodara2 saya di bali, jadi awalnya sodara2 saya yg beli, mereka akhirnya cerita ke inner circle nya, karena saat itu harga saya jauh lebih murah daripada baju2 cewe kekinian di bali saat itu.

Suka duka nya jadi reseller, saat jadi reseller suka nya, barang nya bagus, supplier fast respon, kalau PO pun sesuai deadline. Jadi tidak pernah mengecewakan customer
Dukanya jadi reseller baju, cukup banyak baju sisa penjualan ecer yang tidak laku, walau kadang sudah saya SALE di akhir bulan, kadang masih ada sisa, sampai saat ini pun masih ada sisa 2 kresek :joy:
Duka nya saat punya reseller, tahun 2013 yang bikin saya akhirnya berhenti jualan baju, karena ditipu reseller hampir 6jt an… Kondisi saat itu saya pas pertama kali diterima kerja di Bali, lalu reseller2 di bali banyak yg lgsg ambil barang ke kos an drpd kirim ekspedisi, nah ada reseller baru, tmn sepupu saya, sebelum2nya dia lancar pembayaran, bulan2 berikutnya mulai gak lancar dan utk reseller saya ada fasilitas ikut grup BBM PreOrder utk pengambilan grosir, nah saat orderan dia ready semua, dia mulai ga bisa dihubungi, kesalahan saya adalah karena dia selalu ambil orderan langsung ke tempat saya, saya tidak minta data dia (foto KTP, alamat lengkap) karena terlanjur percaya.

  1. Karena saya saat itu masih mahasiswa ya, blm banyak ilmu bisnis, modal nekat bisa dibilang, tapi cukup lancar sampai 4tahun berjalan dan bisa membiayai kuliah S1 saya dan kebutuhan kuliah lainnya sendiri saat itu. Sistem saya dulu adalah, kalau customer saya ambil laba 20% untuk pembelian ecer, untuk reseller sharing profit separuhnya, jadi potongan 10% (dari harga ecer) untuk reseller dengan pembelian grosir minimal 1 seri.

  2. Untuk saat ini, dari pengalaman saya gonta ganti bisnis dari fashion, kosmetik, face mask, sampai kuliner, saya baru sadar kalau saya lebih suka bisnis kuliner.
    Nah untuk produk saya yang saat ini sedang saya rintis, ke depannya ingin sih buka sistem distributor/agen/reseller untuk kemasan botol. langkah saya adalah saat ini saya belajar dulu ttg sistem nya, saya beberapa bulan lalu sempat ikut training Manajemen Reseller yang diadakan Womenwill by Google. Dan saya juga perhatikan pattern sistem reseller pebisnis lain di bidang yang sama yaitu Beverage/Minuman, tp produknya berbeda. Setelah saya sudah mantap dengan ilmu manajemen reseller yang saya miliki, dan SOP nya, baru nanti saya berani open agen/reseller.

Dan saya juga sedang belajar scale up bisnis Minuman, saya tonton di youtube sistem bisnis pebisnis lainnya yang nantinya bisa saya adaptasi sistem nya. Saya pernah ikut seminar nya founder BaBa Rafi ttg franchise, tp saya masih kurang sreg dgn sistem franchise. Yang saat ini menarik bagi saya adalah sistem dari Gufron Syarif (founder Haus),sistem yang dia gunakan adalah, buka cabang dengan menggandeng investor, bisa dibilang 1 investor 1 toko/kedai/cabang, operasional dll tetap pihak Haus yang pegang. Nah ini yang seperti nya cocok dengan keinginan saya, tinggal nanti saya harus banyak belajar lagi ke depannya,sampai nanti ada di fase atau titik siap untuk gaet investor.

Panjang yaaaa bu @marisa, hehehe…
Sekian curhatan saya… :smile::smile:

5 Likes

Ikut jawab ya Bu @marisa

  1. Pernah jadi reseller produk muslim. Sudah disediakan bahkan sampe websitenya (dengan nama toko kami), barang murni dari mereka. Sukanya ya cukup mudah, lalu margin untungnya besar. Mereka juga menyediakan website khusus utk setiap reseller di mana buyer langsung membayar dengan harga buyer dan keuntungan reseller diakumulasikan via website itu. Bisa ditarik kalau memenuhi saldo tertentu. Idenya bagus menurut saya. Tapi dukanya kemarin karena ini bentuknya ecommerce dan baru, mereka juga ga punya kuasa atas produk yang merchantnya taro, jadinya ga kekontrol aja kualitas produknya. Yang kena komplain ya saya. Dukanya lagi, info trackingnya buruk, tidak terupdate soalnya infonya harus diinput merchantnya sendiri, kalau merchantnya lupa input resi, kami jadi gatau status baranf sudah di mana dan kami gaada cara whatsoever untuk ngontak si merchantnya (harus melalui sistem ecommercenya dengan customer rep yang berbelit-belit).

  2. Tidak pernah.

  3. Belum launching, jadi belum kefikiran. Lagipula bentuknya catering, jadi kalau reseller kayaknya ga suitable :slight_smile:

1 Like

Pembahasannya menarik

  1. Pernah, suka dukanya. Pernah alamin si Supplier yang belum punya sistem yang baik, jadi harganya dari mereka ga di sesuaikan dg harga reseller. sehingga aku kesulitan jual produk dengan harga lebih tinggi, atau malah untungku jadi sedikit sekali

Pernah juga jadi reseller, ketika penjualan bagus malah produknya yang ga ready terus. jadi pelangganku lama-lama juga males deh. hahaha

  1. Pernah juga jadi supplier, nah karena pernah punya pengalaman jadi reseller sebelumnya, jadi aku belajar untuk perbaiki sistem di resellerku. misalnya untuk menentukan harga, untuk jadwal ready barang. sehingga ga ngecewain dan ga buat bingung pelanggannya reseller

  2. Mau sih kedepannya, tapi aku masih merasa pelu belajar banyak hal dan memperbaiki sistem dulu untuk saat ini

2 Likes

Ibu seru yaa pengalaman menjadi Reseller / Supplier, banyak sekali yang bisa dipelajari. Aku jadi ingin ikutan curhat, tahun 2009 aku bikin Baby Bib namanya BOC. Dulu jualannya di Multiply. Ini productnya seperti ini:

Awalnya aku jualnya per pcs, tapi trend pada masa itu banyak yang jualan di Multiply dan masih ribet kirim barang ke antar kota. Tiba-tiba banyak peminat untuk jadi Reseller. Tapi caranya yaa minta beli putus dengan harga khusus. Perhitungan budget aku:

HPP dengan ongkos tukang jahit, kain dan gaji aku itu Rp 5,000 - 10,000,-
Aku jual Rp 35,000/pcs atau Rp 90,000 untuk 3 pcs.
untuk patokan harga jual reseller Rp 35,000,-/pcs, tapi karena ada beberapa yang memang limited, terkadang ada Reseller nakal yang bisa jual Rp 100,000/pcs
Barang yang nggak laku aku titip di toko dengan konsinyiasi sebesar 30%
Tiba-tiba Carrefour mau ikut beli putus, tapi supply aku ga sanggup.

Pelajaran disini yang bisa aku ambil sebagai Supplier:

  1. Jangan under-value barang jualan kita. Ketika sudah terbukti demand-nya ada, coba di cek lagi harganya. Apakah kemurahan? Dalam harga apakah sudah dihitung gaji kita? Pengganti waktu yang kita keluarkan harus dihitung juga yaa bu.
  2. Branding itu segalanya. Bikin foto product yang bagus, bikin cerita yang kena dengan calon pembeli dan bikin mereka senang ketika menerima product Ibu.
  3. Qoutes kata-kata Cynthia Co-Founder Kopi Kenangan: “Demand bisa dicari, tapi stabilisasi supply itu paling sulit”, ketika ibu bikin planning budgeting dan earnings. Bisa dilihat kalau memang sudah waktunya bikin supply yang lebih banyak. Aku agak menyesal (sampai sekarang) kenapa nggak terus dijalankan yang Carrefour mau, malah menyerah pas tau bahwa supply nggak cukup. Huft.

Untuk sekarang, aku mau simpulkan jawaban dari Ibu-ibu mengenai sharing Reseller:
Reseller
Keuntungan:

  1. Tanpa modal
  2. Template semua disediakan, jadi tidak usah repot bikin sistem
  3. Marketing Kit juga disediakan lengkap
  4. Photo termasuk
  5. Bahkan ada yang sampai menyediakan website

Kerugian:

  1. Profit lebih sedikit
  2. Effort selling sama dengan menjual barang sendiri
  3. Tidak bisa kontrol kualitas barang
  4. Kalau Beli-putus sulit mengetahui bisa laku atau tidaknya
  5. Sering menemukan celah di sistem dimana PO tidak tepat waktu, jadi waktu sudah dapat customer, mereka lari karena PO tidak ditepati.
  6. Tracking/service semuanya terkadang diluar kendali.

Ada lagi nggak bu yang terlewat disini?

8 Likes

Halo bu @marisa

  1. Saya pernah menjadi reseller beberapa brand perlengkapan bayi, sukanya karena bisa dropship, jadi tidak perlu repot stok barang, media flayer iklan sosial media sudah disediakan. Dukanya laba yang bisa diperoleh sangat minim, dan harus selalu cek stok barang secara manual dengan tanya produsen, karena saat itu mungkin perusahaan yang saya pilih belum begitu berpengalaman dalam mengelola sistem resellernya, alhasil respon menjadi terlalu lama dan berbelit2. tidak sistematis.

  2. Paling enak rasa-rasanya menggunkan sitem member card, dengan biaya tertentu semisal selama 1 tahun biaya daftar keanggotaan 100k misalnya… dengan menyerahkan data identitas asli sebagai data reseller, dan reseller bisa labgsung aktif menjual product kita yang bisa di didropsihp oleh reseller…metode ini dipakai oleh salah satu e-commers ex. dropshipin aja. Ini untuk bisnis diluar kuliner ya…

  3. Yang nomor 3 ini saya pernah menemui bisnis dengan kuliner, yang menawarkan untuk membuka cabang bisnisnya, dengan membeli paket memulai bisnis contohnya kalau tidak salah banana nugget waktu itu saya pernah baca iklan, jadi mereka menawaekan sepaket bahan pokok langsung makanan dari nya untuk dijual oleh siapa pun yang ingin menjadi mitra bisnis yang sama . Dengan ini ada beberapa keuntungan sih yang bisa didpat, produsen jadi tidak perlu ribet ikut mengatur managemen penjualan itu sudah menjadi bagian tugas reseller itu sepenuhnya, produsen nggak perlu ribet sewa tempat dll… karena itu sudah jadi bagian dari tanggung jawab reseller. Meminimalisir kasus penipuan kasir, karena kita hanya menjual bahan saja, oprasional sepenuhnya berhak mengelola secara mandiri. Karena banyak sekali temen-temen yang usaha kuliner dg sistem frencise (maaf kalau salah ketik):grin: yang pada akhirnya kadang ditipu nih hasil penjualan nggak sama dengan jumlah barang / makanan yang sudah terjual…

Mungkin itu pendapat dari saya yang masih sangat minim pengetahuan soal ini bu @marisa :blush:

3 Likes

Hai Mba Marisa…

saya coba sharing sedikit pengalaman saya sebagai Reseller ya.

  1. Pernah jadi Reseller, sampai sekarang juga masih :grin: enaknya karena kita gak harus packing dan
    pengiriman barang, kita tinggal info pesanan barang dan kasih alamat pembeli. Nah ada juga gak
    enakknya, takut aja kalau Suppliernya salah cantumin nama pengirim (bukan nama toko kita), atau
    takut barang yang dikirim gak sesuai sama permintaan pembeli (salah kirim warna misalnya) soalnya
    bukan kita sendiri yang packing dan kadang minta no resi pengiriman yang lama ke supplier
    sedangkan pembeli udah nanyain (khususnya untuk case yang barangnya lama belum datang)
  2. Sejauh ini si baru jadi Reseller aja
  3. Sejauh ini belum terbersit ide untuk menjadikan Reseller sebagai channel untuk akuisisi penjualan,
    karena sejujurnya juga belum ngerasain income yang cukup baik sebagai Reseller.
    Segitu ya Ibu Ibu pengalaman saya sebagai Reseller. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
2 Likes

Hai ibu @marisa

Menarik sekali topiknya… saat ini saya sendiri jualan frozen food sosis homemade. Jujur sih sebenernya saya ingin banget cari reseller yang mau, tapi belum ada gambaran gimana sistemnya untuk dari supplier ke reseller. Saya belum ada gambaran bagi hasilnya seperti apa? Dan stocknya gimana, jujur saya juga agak keteteran di pemasaran karena saya produksi sendiri dan sambil membersamai toddler…

  1. Kalau untuk menjadi reseller pernah dulu waktu SMA saya jualan kaos ambil dari senior saya yg udah lulus, wah lumayan dulu bisa nambahin uang jajan.
  2. Nah ini yang ingin saya tau gimana sih sistemnya Supplier ke Reseller itu? Apa menaruh barang di supermarket itu juga sama hal dengan Supplier ke Reseller?
  3. Belum kepikiran sampai sejauh itu sih…
3 Likes

Wah, saya juga punya impian pny usaha gini…usaha minuman kemasan gini mba…next bisa share2 lg ilmunya donk mba…:blush:

3 Likes

Haiii ibu, salam kenal bu @DelfieYaneer
boleh bangeeet bu, :heart_eyes::heart_eyes::heart_eyes:
kita saling sharing berbagi ilmu dan pengalaman yaaa… Karena pengalaman adalah guru yang berharga juga…

Produk ibu seperti apa bu?

2 Likes
  1. Pernah… Beberapa kali
    Pengalaman reseller pakaian, buku, sm snack anak.
    Sukanya, praktis. Ga usah pusing mikir produksi. Modal lbh kecil.
    Dukanya, kalo pas udh kulak banyak ternyata ga laku. Apalagi klo kalah saing harga sama reseller lain yg lbh kakap.

  2. Jadi supplier blm. Tp pernah jd distributor, dpt barang lgs dr produsen. Sistem yg saya pakai adalah beli-putus alasannya supaya ga ribet retur. Harga saya buat beberapa level supaya memotivasi mereka njualin lebih banyak.

  3. Hopefully iya. Tapi berhubung bisnis saya belum benar2 matang, jadi belum kebayang mau gimana eksekusinya nanti.

4 Likes