Aware With Our Self

AWARE WITH YOUR SELF

Menurut para peneliti seseorang yang memiliki sikap awarnes terhadap diri sendiri, ia akan lebih sukses terhadap orang lain (Laman Tempo, 2020)

Saya baru tahu bahwa tubuh kita itu punya sinyal sinyal yang perlu diperhatkkan. Kesehatan mental dibentuk bukan karena sehat rohaninya saja. Namun ada beberapa faktor pendukungnya.
Beberapa faktor diantaranya adalah dengan aware terhadap diri sendiri.
Contoh: jika lelah ya istirahat, jangan paksa untuk melakukan aktvitas.
Jika lapar segera makan, jangan ditunda.
Jika butuh refreshing yang berlibur meski hanya ke sawah.
Jika butuh perawatan meski di rumah saja. Self love.
Jika butuh pujian ya dipuji diri sendiri depan cermin. Mensyukuri ciptaan Allah.
Jika butuh bercerita ya tulis saja di buku harian, dst. Hanya contoh.

Dulu, sebelum menikah tidak pernah berfikir aware dengan diri sendiri.
Buat apa liburan? Buang buang waktu fikir saya. Bahkan ketika sudah lelah dan masih ada kerjaan ya sudah kerjain saja. Lelah saja tidak apa apa. Parahnya sering lewat waktu makan minum, dll.
Terjang saja hal hal itu.
Bahkan jika sudah bekerja pas malam pun ya sudah lanjut saja.
Tidak peduli mengantuk atau bahkan kesehatan diri sendiri.
Sampai pada akhirnya setelah menikah ada yang mengingatkan.
Dibatasi semua hal yang kemungkinan membuat sakit. Dibatasi lembur kerjaan dan istirahat cukup. MasyaaAllah.
Efeknya luar biasa. Saya yang dulunya sering sakit.
Mulai yang ringan sampai penyakit dalam, sudah mulai membaik.

Dulu mana berfikir sih Diyah. Kalau ditanya teman, Mbak Diyah kalau disuruh milih nanti mau mati umur berapa?
Kujawab jangan terlalu tua. Alhasil, dulu sama sekali tidak aware dengan diri sendiri. Dulu, bisa ikut banyak kegiatan. Hingga kelelahan dan paling parah adalah opname dan ada penyakit organ dalam. Namun, setelah memiliki keluarga.
Saat saya sering tanya, nanti kalau ibu meninggal bagaimana nak?
Ya aku nangis. Kata anak balita saya.

Ada kata pepatah: Mungkin kita hanya seseorang bagimu. Namun, bagi orang lain, kita adalah dunianya.

Maka, sejak saat itu saya mulai aware dengan diri sendiri. Mulai self love.
Mulai memberi reward pada diri sendiri. Mulai memberi pujian terhadap diri sendiri. Sejak saat itu, saya putuskan untuk full menjadi ibu yang berupaya berkarya dari rumah saja. Dimanapun dan apapun profesinya akan selalu hal yang bisa dipelajari. Apapun profesinya asal bisa memberi manfaat bagi orang lain.

Hidup adalah pilihan. Setiap pilihan perlu diselesaikan dengan bertanggung jawab.
Setelah melalui pengamatan yang panjang berdasarkan kesehatan fisik dan mental yang dilatarbelakangi oleh masa lalu. Maka, inilah jalan terbaik yang Allah berikan. Alhamdulillaaah berkah pandemi bisa mengikuti kelas kelas yang sangat bermanfaat.
Life is a journey.

Do what your love.
Love what you Do.

Begitu kira kira. Kerjakan apa yang kamu cintai. Cintai apa yang kamu kerjakan.
Alhamdulillah, saya mencintai pekerjaan menjadi ibu rumah tangga. Berdasarkan pengalaman masa lalu dimana saya selalu ditinggal oleh orangtua saya. Saya dibesarkan oleh nenek saya yang sudah sepuh. Menjadikan saya berniat untuk benar benar mendidik anak dengan tangan saya sendiri. Maka, resikonya kita harus kehilangan pekerjaan yang selama ini saya tekuni yaitu sebagai guru. Saya berharap saya bisa menjadi orang yang bisa lebih bermanfaat untuk orang lain.
Saya bisa membantu perekonomian keluarga, masyarakat, dan anak anak yatim. Saya berharap bisa mempunyai rumah tahfidz yang bisa menampung anak anak yatim untuk bisa sekolah gratis disana. Semoga kelak mimpi itu satu per satu mampu saya penuhi. InsyaAllah.

4 Likes