Bagaimana memberikan interaksi yang berkualitas pada anak?

Hai, Ibu preneur! Bagaimana kabarnya?

Sebelumnya aku mau tanya, ibu-ibu disini kadang suka bertanya-tanya gak sih “kira-kira aku sudah ‘hadir’ sepenuhnya untuk anak belum ya?” Atau “apakah anakku sudah cukup merasa senang bermain denganku atau belum puas ya?”

Nah, di sela-sela kegiatan pengasuhan yang juga disertai mengurus bisnis maupun pekerjaan lain, kita kan juga sebaiknya perlu memikirkan kesejahteraan diri kita sendiri. Misalnya dengan menyempatkan untuk punya me-time yang bisa menjadi “re-charge” energi bagi diri. Jadi, ibu bisa menyempatkan untuk melakukan hal yang ibu sukai. Lalu, bagaimana agar porsi waktu untuk anak yang sudah terbagi tadi bisa menjadi interaksi yang berkualitas ya kira-kira?

Jadi, ibu perlu memerhatikan beberapa faktor yang merupakan kunci agar interaksi yang diberikan itu berkualitas. Interaksi ibu-anak dapat diartikan sebagai adanya perilaku saling memberi dan menerima isyarat atau umpan balik antara ibu dan anak, sehingga di antara keduanya terjadi saling merespon perilaku secara timbal balik satu sama lain (Sumner dan Spietz, 1994 dalam Witasari, 2019).

Roggman, Cook, Innocenti, Norman, dan Christiansen (2013) menyatakan ada sejumlah aspek kunci dalam interaksi orang tua-anak.
Apa saja sih faktornya? Jadi ada 4 faktor nih, bu…

  1. Afeksi (kehangatan) : Kehangatan, kedekatan fisik, dan ekspresi positif terhadap anak. Contoh tingkah lakunya kurang lebih seperti kedekatan fisik dengan anak, menunjukkan emosi hangat, teresenyum, berbicara dengan nada hangat, memuji anak, dan terlibat aktif dalam interaksi dengan anak. Jadi sebaiknya fokus dulu ya bu saat memberikan waktu untuk anak.

  2. Responsiveness (tanggap) : Berespon terhadap stimulus, emosi, kata-kata, ketertarikan, dan perilaku anak. Nah, contoh dari responsif adalah memberi perhatian pada aktivitas anak merubah kegiatan dalam memenuhi ketertarikan anak, fleksibel terhadap perubahan yang sesuai dengan minat anak, mengikuti kegiatan anak, merespon emosinya, dan menatap anak ketika berbicara.

  3. Encouragement (dukungan) : Dukungan aktif untuk eksplorasi, usaha, kemampuan, inisiatif, rasa ingin tahu, kreativitas, dan bermain. Diantara contohnya adalah menunggu respon anak setelah memberikan saran, mendukung anak membuat keputusan dan beraktivitas secara mandiri, mendorongnya mengurus mainan dan usahanya, menawarkan saran untuk menolong, dan antusias terhadap apa yang dilakukan anak.

  4. Teaching (pengajaran) : Percakapan dan bermain bersama, stimulasi kognitif, penjelasan, dan pertanyaan. Nah yang terakhir ini contohnya menjelaskan alasan terjadinya sesuatu kepada anak, menjelaskan alasan terjadinya sesuatu pada anak, menyarankan aktivitas untuk mengembangkan apa yang anak lakukan, mengulang/mengembangkan kata-kata/suara anak, melabel objek/tindakan anak, terlibat dalam pretend play dengan anak, melakukan aktivitas secara bertahap atau step by step, menjelaskan karakteristik obyek kepada anak dan menanyakan informasi kepadanya.

Nah, kurang lebih seperti itu bu faktor-faktor yang membuat interaksi ibu dan anak menjadi berkualitas. Jadi, walaupun terkadang waktu yang bisa kita berikan untuk anak mungkin tidak begitu banyak, tapi kalau bisa kualitas dari interaksi itu sendiri sudah memenuhi 4 faktor diatas ya, bu… Yuk, kita cek kira-kira apakah interaksi kita sudah berkualitas atau belum ya? hihi

3 Likes