Halo Ibupreneur! Apa kabarnya? Semoga sehat selalu yaa…
Bu, kali ini aku ingin share sebuah buku yang sepertinya sangat kita butuhkan sebagai orangtua. Kenapa? Karena ini tuh seperti manual book yang sangat praktikal dan mungkin belum pernah kita dapat sebelumnya.
Buku ini berjudul “Time To Parent” Karya Julie Morgenstern.
Ibu pernah gak sih merasa kewalahan memenuhi kebutuhan anak yang sepertinya tidak ada habisnya? Atau mungkin seperti kesal terhadap pasangan karena cenderung hanya terlibat di salah satu kewajiban terhadap anak (memberikan kebutuhan dasar seperti makanan, mainan), namun minim atau tidak sama sekali di aspek lain seperti kebutuhan koneksi (bermain bersama, bercerita, menenangkan ketika anak sedih)? Atau ibu merasa bersalah sendiri karena harus selalu bekerja dan mengorbankan waktu bersama anak?
Jadi, di buku dikatakan bahwa Orangtua seringkali berkutat dengan waktu yang dirasa langka dan dilema terhadap hal apa saja yang harus kita berikan atensi. Apalagi, “tuntutan pengasuhan” di zaman sekarang berbeda dengan dulu. Kita paham bahwa selain kebuthan dasar seperti makanan, anak-anak juga punya kebutuhan emosional dan koneksi terhadap orang tua yang bisa dipenuhi melalui waktu berkualitas seperti membacakan buku misalnya. Namun sayangnya, tidak ada manual untuk orangtua untuk itu serta bagaimana mengatur waktu agar efisien sehingga bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Kita pun menjadi kewalahan dalam usaha kita untuk responsif terhadap anak namun berakhir kelelahan dan strugggling untuk benar-benar bisa “hadir” sepenuhnya.
Hanya ada 24 jam dalam sehari, tetapi sebetulnya betapa panjangnya satu hari, betapa kayanya satu jam, jika kita benar-benar memberikan atensi pada setiap kegiatan.
Peneliti di bidang sosial telah menemukan hubungan antara waktu dan atensi yang kita berikan kepada anak-anak dengan fungsi eksekutif mereka (kemampuan untuk mengorganisasikan, mengontrol impuls, membuat keputusan, menyaring informasi yang kompleks, dan fokus).
Nah, jadi, buku ini menekankan pentingnya waktu dan atensi yang kita berikan pada kegiatan kita. Bagaimana agar kita tidak selalu tergesa-gesa dan dapat “slowing down the time”? Tentunya dengan benar-benar hadir sepenuhnya. Riset menunjukan bahwa hidup itu lebih terisi ketika kita mampu untuk hadir, benar-benar tidak terdistraksi dan memerhatikan, pada sebuah hubungan. Baik pada pekerjaan maupun pada diri sendiri.
Lalu, kira-kira apa saja sih kebutuhan anak yang harus dipenuhi tadi? Di buku ini, ada sebuah “rumus” yang dibuat untuk tahu aspek apa saja yang harus kita penuhi sebagai orangtua. Bagaimana kita tahu apakah diri kita sudah baik sebagai ibu? Dan bukan hanya kebutuhan anak saja, namun juga kebutuhan diri kita sendiri. Bagaimana untuk membesarkan seorang manusia dengan tetap menjadi manusia.
Nah, yang pertama, dalam membesarkan seoarang manusia, kita perlu mencari keseimbangan dari 4 aspek dibawah ini, yaitu disingkat dengan P.A.R.T :
-
Provide ; membantu anak memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, mainan, rumah yang nyaman, dll yang mana kita lakukan dengan bekerja, memasak, mencuci, menjemur pakaiannya, dll. Sayangnya, area ini mungkin tidak secara langsung bersinggungan dengan anak dan seringkali tidak “terlihat” oleh anak. Di buku ini dijelaskan bahwa beberapa orangtua merasa provide seringkali memakan sebagian besar waktu mereka. Akan tetapi, sebetulnya aspek ini adalah aspek yang masih bisa untuk didelegasikan.
-
Arrange ; Mengatur disini terkait dengan penjadwalan (rutinitas sehari-hari), aturan mengenai waktu makan, mandi ataupun tanggung jawab terhadap tugas membersihkan rumah.
-
Relate ; berkaitan dengan koneksi kita dengan anak. Contohnya adalah bermain dengan anak, mengobrol, bercerita, hal-hal yang memang berhubungan langsung dengan anak dan tentu kehadiran kita disini bisa dilihat langsung oleh anak. Nah, aspek relate ini merupakan aspek yang bisa dibilang tidak dapat kita serahkan pada orang lain tanggung jawabnya. Karena memang kitalah sebagai orangtua yang sebaiknya memberikan ini karena berperan penting untuk perkembangan anak kedepannya. Apabila kita kurang pada aspek ini, anak juga kemungkinan besar akan sulit mengikuti arahan kita sebagai orangtua karena koneksi yang kurang terjalin.
-
Teach; mengajarkan. Mengajarkan disini bukan hanya tentang kemampuan akademis seperti calistung, mungkin mendampingi school from home , dll saja namun juga seperti mengajarkan value-value keluarga yang ingin kita teruskan kepada anak. Termasuk didalamnya social skill dan kemandirian.
Komplitnya, buku ini juga dilengkapi dengan alat ukur yang membantu kita untuk melihat clarity mana sajakah aspek yang sudah kita penuhi dan mana yang masih sedikit? Sehingga harapannya, kita dapat menemukan keseimbangan dari 4 aspek tersebut. Jadi bisa dibilang ini adalah alat bantu untuk menemukan clarity.
Lalu, bagaimana untuk tetap menjadi manusia yang waras? Ada 4 hal juga yang harus kita perhatikan untuk diri kita sendiri yang disingkat menjadi S.E.L.F:
-
Sleep; kebuthan istirahat tentunya tidur. Tidur atau istirahat merupakan kebutuhan dasar kita sebagai manusia. Yang mana apabila tidak tercukupi, dapat memberikan efek buruk juga terhadap performa kita di aspek lain. Sering kali kita melakukan me-time untuk memenuhi kebutuhan self-love namun jadi mengorbankan waktu tidur kita yang mana itupun merupakan hal yang tidak sehat. Nah inilah pentingnya kita tahu kebutuhan diri dan sebisa mungkin menemukan keseimbangannya.
-
Exercise; olahraga dan kebutuhan untuk gerak tentunya. Olahraga dijelaskan memiliki banyak manfaat dan tentunya akan membuat diri kita tetap menjadi “manusia” dengan segala aktivitas yang harus dilakukan. Jadi, sebaiknya tetap sempatkan untuk berolahraga ya…
-
Love; Cinta disini bukan hanya dari pasangan melainkan bisa dari keluarga dan teman. Ini juga merupakan kebutuhan yang perlu kita penuhi tentunya. Bersama pasangan kita bisa sekedar cuddling atau melakukan quality time bersama dengan pergi berdua, dll. Kita juga bisa mendapatkannya dari mengobrol dengan teman atau keluarga pada acara tertentu.
-
Fun; Nah inilah mungkin yang sering disebut dengan me-time. Fun disini adalah kebutuhan kita untuk melakukan hobi yang mana kita bebas melakukannya tanpa tekanan. Jadi, saat melakukan kita merasa senang dan tidak overthinking. Nah, tapi sebaiknya memang perlu diperhatikan agar aspek ini tidak mengganggu atau bahkan menyabotase terlalu banyak aspek lainnya.
Di buku, benar-benar dijelaskan secara rinci kedelapan aspek tersebut. Sebagai contoh, pada aspek teach (dari P.A.R.T), ada tahapan-tahapan mengenai kemampuan akademis yang sebaiknya dilatihkan sesuai tahapan usia anak. Pada Arrange, ada juga tips mengenai tugas apa saja yang bisa anak lakukan sesuai tahap usianya. Jadi, benar-benar lengkap seperti buku manual yang bisa kita cek lagi dan lagi saat menerapkannya sehari-hari.
Dengan kita tahu kebutuhan diatas, diharapkan kita juga menerapkan atensi yang tidak terbagi-bagi ketika melakukan aktivitas (atau didalam buku disebut sebagai Undivided attention ). Kita benar-benar perlu hadir sepenuhnya di masing-masing aspek. Mampu untuk terhubung, menikmati dan sepenuhnya ikut serta dengan orang-orang dan aktivittas pada momen yang kita jalani saat itu. Tidak terbutu-buru, tidak ada tekanan, tidak overthinking.
Semakin sedikit waktu yang kita punya, semakin penting kehadiran itu. Walaupun terkadang tidak realistis untuk hadir secara utuh di semua momen, tapi paling tidak kita tahu bahwa multitasking tidak selamanya bagus dan tidak perlu terus menerus dilakukan.
Lalu mana yang lebih penting antara Kualitas dan kuantitas? Yang penting adalah kita memberikan kegiatan dengan Konsisten dan sensitif (responsif terhadap aktivitas tersebut. Jika anak butuh atensi, kita perlu fokus). Orangtua yang responsif dan sensitif membuat anak merasa lebih aman. Dan semakin konsisten kita, semakin aman attatchment kita dengan anak. Jika kebutuhan mereka tidak terpenuhi, mereka bisa berpikir bahwa mereka tidak layak mendapatkan cinta dan dipedulikan.
Dan hanya karena kita tidak “bawel” kepada anak, bukan berarti kita responsif. Sebagai contoh, seorang anak sedang mengerjakan pekerjaan rumah ketika kita sedang asik dengan gawai ( handphone maupun mengecek email di laptop), tetapi seharusnya kita memasak makan malam atau berkegiatan dengan keluarga. Atau, kita mendapat banyak sekali telfon sambil mengantar anak-anak dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. Disitu kita benar-benar kehilangan kesempatan untuk terkoneksi. Kita mungkin bahkan tidak menyadari bahwa kita tidak responsif atau peka, terutama jika kita jadi kesulitan untuk menjemput anak tepat waktu untuk makan malamnya.
Oiya, di buku ini juga ada tips untuk ibupreneur yang waktunya untuk bekerja sulit terprediksi karena penghasilan yang juga tidak tetap. Nah, pas banget nih untuk dibaca para Ibupreneur hehe. Aku sadar juggling peran sebagai orangtua memang tidak mudah. Namun, dengan membaca buku ini aku berharap kita dapat lebih jelas dalam menentukan prioritas dan meminimalisir hal yang ternyata tidak terlalu genting namun memakan waktu dan perhatian kita. Semoga bisa diterapkan ya, bu! Semangaattttt