Bisnis dari Mulut ke Mulut

Media sosial memang bisa menjadi sarana promosi, untuk ibu-ibu yang memulai bisnis. Seperti ibu Icha Irawan, yang menjadi narasumber ibu punya mimpi. Ibu Icha irawan yang saat ini berdomisili di Australia, sebagai penulis buku masak. Beliau awalnya hanya menyalurkan hobi memasaknya dengan memasang foto-foto hasil masakannya di Instagram. Kurang lebih mulai dari tahun 2016, Ibu Icha mulai memasang foto masaknya di Instagram, hingga kepiawaian Ibu Icha mulai terkenal dari mulut ke mulut. Berawal dari teman-temannya yang tertarik untuk mengikuti resep Ibu Icha.

Hingga ada tawaran untuk menerbitkan buku resep masakan, tetapi awalnya hal ini tidak terjadi begitu saja dengan mudah. Sempat gagal dalam menerbitkan buku, lalu beberapa tahun lagi, ada tawaran untuk menerbitkan buku dan mungkin karena faktor sudah jodohnya, kata Ibu Icha, akhirnya terbitlah buku resep masak tersebut.

Banyak testimoni para pengguna resep buku masak Ibu Icha ini, yang berhasil dalam membuat donat dan risoles. Yang lebih enaknya lagi, risoles dan donat tersebut tidak hanya untuk konsumsi pribadi, banyak kesaksian yang membuktikan bahwa donat dan risoles yang melihat di resep ibu Icha berhasil dijual.

Sosial media memang menjadi perantara dalam bisnis Ibu Icha, tetapi kepuasan konsumen atau testimoni dari konsumen, yang membuat resep masakan sekaligus masakan Ibu Icha terkenal.

Lalu mana yang paling sesuai, untuk dijadikan sebagai media marketing. Bisnis dari mulut ke mulut ataukah jumlah pengikut di media sosial kita. Saat kita, coba melihat ke dalam media sosial kembali. Orang yang mempunyai bisnis, biasanya mempunyai pengikut yang banyak. Hingga akhirnya muncul suatu pemikiran, “pantas dia bisnisnya sukses, jumlah pengikutnya banyak, pasti lebih mudah, karena sudah mempunyai market.”

Bagaimana dengan orang atau seorang ibupreneur, yang mendapatkan banyak pengikut. justru dari bisnisnya, sekarang muncul pertanyaan baru lagi, menambah jumlah pengikut terlebih dahulu atau berbisnis terlebih dahulu.

Menjalankan bisnis, atau menjalankan peran apapun di dunia ini, tidak harus menunggu sempurna terlebih dahulu. Misal, untuk memposting sebuah foto masakan di instagram, tidak harus menggunakan foto dengan resolusi yang sangat bagus dan telah dilakukan oleh editor andalan.

Menurut Fardiyandi, pemilik konten sosial kreatif. Untuk memulai sesuatu, kita tidak perlu menunggu sempurna terlebih dahulu. Ibu-ibu tidak perlu, menunggu jumlah pengikutnya banyak terlebuh dahulu, menunggu mempunyai kamera yang sangat mahal terlebih dahulu, untuk memulai bisnis fotografer newborn misalnya.

Hidup itu memperbaiki diri ya ibu-ibu, meraih kesempurnaan. Artinya apa? Ibu-ibu disini, tidak boleh merasa cepat puas, harus selalu meng-upgrade ilmunya tentang berbisnis. Caranya sekarang lebih mudah ya ibu-ibu, karena bersyukur banget ada platform ibu punya mimpi, yang mewadahai para ibupreneur. Dan yang lebih bahagia lagi, hampir setiap satu minggu sekali, ada webinar gratis dari ibu punya mimpi, yang bisa diakses via Zoom.

Di webinar tersebut, ibu-ibu seperti menyalakan atau me-recharge semangat untuk berbisnis, atau juga yang sedang terpuruk bisnisnya, bisa mendapatkan ide kembali untuk melanjutkan bisnisnya. Atau bahkan mungkin, yang akan dan ingin membuka suatu bisnis bisa mendapatkan ide dari webinar tersebut.

Baik mendapatkan kenyamanan berbisnis di awal, misal semua modal dan dukungan terpenuhi di awal atau harus bersusah payah terlebih dahulu, sampai harus meminjam modal terlebih dahulu untuk membuka suatu bisnis. Semua bisnis, pasti mempunyai tantangan, rintangan, dan kerikil masing-masing, dalam bisnis apapun itu. Mulai saja terlebih dahulu, supaya konsumen yang berbicara tentang produk kita.

Semangat Ibupreneur!

2 Likes

Wah terimakasih banyak Bu @rosyidamarfuah sudah berbagi insight yang sangat menarik dan menginspirasi dari kelas Cooking With Love bersama Ibu Icha Irawan minggu lalu :hugs:

1 Like