Bolehkah orangtua menentukan takdir anaknya

Bolehkah orangtua menentukan takdir anaknya?
Anak adalah buah hati dari kedua orangtua, orangtua sangat bahagia saat mendengarkan mereka akan dikaruniai seorang anak. Tentunya, orangtua penuh cinta dan penuh kasih dalam menanti dan proses menunggu datangnya anak. Anak memang tidak bisa memilih, bukan mereka yang memilih ada di dunia ini.
Tetapi kitalah sebagai orangtuanya yang menginginkan kehadiran anak-anak kita, kita yang mengupayakan. Kita yang berjuang uang dan tenaga supaya bisa mempunyai anak. Maka salah besar, jika ada orangtua yang berkata, “sebenarnya kamu adalah anak yang tidak diinginkan”
Anak tersebut tidak pernah berupaya supaya dirinya ada di rahim seorang ibu. Tapi ayah ibunya lah yang memunculkan kehadiran janin dalam rahim ibu. Setelah anak lahir, terkadang konsep memiliki anak seutuhnya masih terbawa hingga anak usia remaja ataupun dewasa. Menjadi orangtua, juga menjadi manusia pembelajar, pembelajar sepanjang hayat.
Jangan karena, kita bisa menghidupi anak-anak kita dari hasil kerja kita setiap hari, lalu kita sebagai orangtua berhak menentukan takdir anak-anak kita. Disinilah kita harus paham konsep dasar fisik dan psikis anak-anak. Saat anak kita ditakdirkan untuk lahir ke dunia, semua fisiknya diperiksa oleh dokter, mulai dari detak jantung, panjang dan berat badan bayi. Dipastikan juga warnanya normal dan tidak ada air ketuban yang terminum oleh bayi.
Saat dalam kandungan, dokter dan ibu tidak bisa memastikan kondisi psikis janin. Tetapi diumur bayi 0-7 tahun, sejak dalam kandungan justru bayi sudah bisa merekam semua perasaan ibu, kegiatan ibu, apa yang difikirkan ibu. Untuk itulah, mengapa beberapa orang percaya, bahwa ibu hamil tidak boleh berkata sembarangan, membenci orang lain, walaupun ada dalam hati tetap saja akan berpengaruh terhadap janin. Yang lebih ekstrim jika ibu saat hamil, membenci seseorang, maka anaknya akan lahir, mirip seperti orang yang dibenci dulu.
Walaupun mungkin hal tersebut, belum terbukti secara ilmiah, alangkah baiknya jika memang setiap ibu yang mengandung membiasakan kegiatan baik, berfikir dan berprasangka yang baik, dan berusaha untuk tidak membenci siapapun. Setelah anak lahir, baiknya orangtua mempunyai batasan aturan seperti apa anak harus bersikap, seperti apa anak harus makan, harus tidur jam berapa, bagaimana mengucap maaf kepada orang lain, bagaimana mengucapkan terimakasih kepada orang lain, bagaimana menjadi anak yang bermanfaat untuk orang banyak.
Yang namanya batasan, pasti ada titik ujungnya sampai mana. Walaupun anak adalah hasil buah hati kita, tetapi sejatinya kehidupan anak bukanlah kehidupan orangtua, ajaklah anak untuk menyampaikan keinginannya, untuk menyampaikan pendapatnya. Dimulai dari hal kecil, mau memilih sekolah dimana? kenapa menangis? apakah kamu marah dengan bunda? kenapa bersedih? apakah hari ini kamu sudah bahagia?
Sekilas mungkin hal tersebut terdengar sepele. Tetapi hal tersebut, sangat berguna bagi anak bund. Mereka merasa dihargai, walau hanya sebagai anggota keluarga, mereka merasa pendapatnya didengar oleh orangtuanya sendiri. Orang yang selama ini mendidiknya, tetapi usahakan untuk satu kata dengan suami ya bund. Jangan sampai, saat anak mulai menyampaikan keinginannya atau pendapat. Tetapi antara ayah dan bunda, mempunyai pendapat yang berbeda.
Saat si anak mulai menyampaikan keinginannya, usahakan untuk merespon hal tersebut, jika kita setuju, sampaikanlah “ baik nak, ayah dan bunda akan selalu mendukung dan medoakanmu, kamu hati-hati ya, dalam menjalankan pilihanmu.” Jika orangtua tidak setuju, sampaikanlah “bunda dan ayah menghargai pendapatmu, tetapi apakah tidak sebaiknya jika kamu lebih baik memilih sekolah ini, bunda sama ayah memintamu supaya mempertimbangkan dulu usulan ayah bund ini.”
Yang terakhir, orangtua juga tidak apa-apa meminta maaf kepada anak. Karena hal tersebut bisa membuat anak, berani menyampaikan apa yang dirasakan kepada orangtua, menjadikan orangtua sebagai tempat curhatan pertama dan membangun kepercayaan di dalam keluarga itu sendiri. Semoga artikelnya bermanfaat ya bund, kita sama-sama menjadi orangtua yang tidak menutup mata, untuk hal-hal yang harusnya kita pelajari.

2 Likes

Terimakasih atas sharingnya ibu @rosyidamarfuah… saya merasa sangat beruntung karena menjadi ibu di masa kini, dimana informasi terkait parenting banyak sekali dan bisa saya akses dengan mudah, sehingga saya bisa merubah mindset yang tertanam dalam otak saya terkait peran seorang ibu/orangtua, khususnya buku2 Dr. Shefali yg berjudul the Concious Parent & the Awakened Family… membaca tulisan ini saya jadi teringat puisi Khalil Gibran “On Children”:

Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself.
They come through you but not from you
.
.
.
You may strive to be like them, but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.

2 Likes

Setuju banget karena dulu aku diperlakukan seperti ini sama orang tua… jadi ngena banget… terus dalam hati langsung berfikir bahwa… ini g akan terulang sama anak-anak… :joy: kadang konsep parenting kita memang dipengaruhi bagaiamana oran tua sebelumnya memperlakukan anak2 mereka

2 Likes