Buah Cinta yang Tak Terduga

Buah Cinta yang Tak Terduga
Oleh: Kania Zahin

depositphotos_441991312-stock-illustration-vector-cartoon-cute-happy-heart

Hmm… Buah cinta?
Apakah buah cinta itu buah hati?
Yap. Aku dan suami menyebut anak-anak kami adalah buah cinta.
Siapa sih yang gak mau punya anak setelah menikah? Tentu sebagian besar mereka yang telah menikah menginginkan buah hati, si buah cinta.
Apa sih maksud dari judul di atas, “Buah Cinta yang Tak Terduga”?
Maksudnya yaitu kehamilan yang tak terduga, tidak direncanakan, alias kebobolan.
Hayoo, siapa yang pernah mengalaminya dan gimana nih perasaannya?
Sebagian ada yang senang karena memang menunggu momen ini walau sebelumnya sudah hopeless, eh tiba-tiba dikasih hamil ini. Namun, lebih besar kemungkinan yang menghadapi kenyataan ini ialah para ibu yang belum siap hamil lagi sehingga kekecewaanlah yang dialami ketika mendapatinya.
Mengapa bisa kecewa?!
Dari awalnya saja sudah “tak terencana”, berarti ada beberapa hal (planning) yang sudah terencana, direncanakan, namun tiba-tiba diharuskan berubah karena hamil ini. Selain itu, mereka yang tadinya belum siap menjadi ibu baru, harus menerima keadaan “siap tak siap” ini. Kegalauan ini pernah dialami oleh diriku sendiri.

Dilema.
Awal mengetahuinya sangat dilema. Galau. Resah. Bimbang.
Bagaimana tidak?!
Aku yang saat itu baru memulai kembali ke dunia kerja. Apakah aku harus langsung mundur?
Awal diriku mulai bekerja adalah ketika kuliah, saat itu sebagai freelancer. Setelah lulus, aku menikah dan fokus menjadi ibu rumah tangga serta langsung hamil juga.
Beberapa tahun berlalu, setelah anak pertamaku masuk TK dan anak kedua masuk usia toddler, aku pun berani bermimpi kembali. Namun, di tengah proses probation, diriku positif hamil. Percaya gak percaya. Karena di USG, mau tak mau mesti percaya.
Nangis? Ya.
Merasa terpuruk? Ya.
Karena saat itu aku baru mau memulai mimpi, masih masa percobaan, masih adaptasi dengan dunia kerja. Di mana aku masih kaget dengan sistem kerja yang berubah. Penyesuaian diri dengan rekan kerja. Manajemen waktu yang terasa mumet. Dan ternyata, hamil tak terduga di mana diri ini memang belum siap hamil.
Akhirnya, aku pun berteriak!

Ikhlas.
Butuh proses dalam menerima.
Butuh keyakinan untuk percaya.
Butuh keberanian untuk melanjutkan.
Aku bersyukur karena orang-orang di sekelilingku sangat mendukung dan merangkulku. Tempat kerja pun menjadi begitu hangat setelah aku berserah pada Kuasa yang memberi kehamilan ini. Ya, aku pun lebih tenang. Sehingga aku berani mengungkapkan pada atasan dan rekan kerja. Alhamdulillah wa maa syaa Allah. Ternyata mereka semua mendukungku. Entah ke depannya bagaimana, jalani dulu proses kehamilan ini. In syaa Allah ada jalan. Akhirnya, aku enjoy menjalani keduanya. Dengan ikhlas, kehamilan dan pekerjaanku pun selalu Allah mudahkan jalannya.

Pilihan.
Selama proses penerimaan, diriku melakukan istikharah. Meminta pilihan yang terbaik untuk kedepannya. Mana yang terbaik? Tentu tak ada yang tahu pasti. Karena hanya Allah yang tahu.
Menurut kita ini baik dan itu buruk?!
Oohh belum tentu menurut Allah begitu.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 216,

وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ وَاَ نْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Dengan segenap keyakinan, bismillah, aku pun memilih tidak melanjutkan kontrak kerja, hanya diperpanjang sampai bulan Desember. Qadarullah, tak disangka pada tanggal 01 Januari, tahun baru 2024, aku pun kembali menjadi new mom.

New mom again.
Baru melahirkan, berasa kembali menjadi ibu baru walaupun ini sudah kelahiran anak yang ketiga. Namun kali ini, aku ingin tetap melanjutkan langkahku dan memberanikan diri kembali, walau sembari mengasihi baby.
Aku berpikir dan merasa pekerjaan freelance lebih cocok untukku. Namun, freelance apa ya?!
Aku pun memikirkan minatku sedari dulu. Dulu aku suka membaca dan menulis, namun setelah berkeluarga malah terpendam.
Aha! Sepertinya itu, bismillah deh.
Qadarullah, tanpa sengaja aku menemukannya. Komunitas Ibu Punya Mimpi. Akhirnya, aku pun bergabung dalam grup #JikaIbuMenjadi freelance writer.

Bogor, 25 Mei 2024