Bye Bye Mati Gaya Saat Mendampingi Buah Hati

Bye Bye Mati Gaya Ketika Membersamai Anak

Salah satu IG Live yang ku simak di hari Jum’at lalu di akun @ahakids.id
Jujur sih pas pertama baca judulnya, uwow banget karena berasa lagi ngalamin “mati gaya” kalau nemenin putri kecilku yang usianya 29 bulan

Ditambah load kerjaan sebagai konsultan kurikulum dan learning designer semakin padat, di rumah cuma berdua doang dari pagi sampai jam 8 malam, proses adaptasi yang cukup menguras tenaga, emosi dan pikiran. Ah tapi setelah diselami,

“bukannya ini yang kamu inginkan Dha?”
“Kerja di rumah sambil tetep bisa membersamai Khadijah?”

Oke fiks, kamu cuma perlu perbanyak alternatif solusi untuk mengatasi “ruwetnya” pikiranmu

Kemudian aku pun menyimak poin-poin yang disampaikan Mba Aji Nur Afifah (aka Apik) tentang bagaimana pengalaman beliau membersamai putra-putrinya yang masih kecil. Berikut adalah poin-poin yang ku dapat:

  1. Respon Perilaku Anak dengan Menggunakan “sudut pandang anak”
    Ga jarang ya Bu Ibu liat perilaku anak-anak yang super duper aktif nan lincah sampai rumah “tak lagi berbentuk” jadi sering bikin kepala pusing ya, hihi. Kalau lagi mood ga bagus, bisa jadi omelan yang akan keluar dari mulut kita. Padahal kalau lagi mood Oke, biasa-biasa aja. Nah salah satu tips dari Mba Apik adalah ketika ingin merespon usahakan untuk melihat perilakunya dengan menggunakan sudut pandang anak.
    Contoh: pernah suatu hari Khadijah itu tuang air ke gelas, bleber kemana-mana. Melihat air yang udah mencar kemana-mana saat itu langsung tarik nafas buat nenangin diri dan coba tanya Khadijah “apa yang lagi dia lakukan?” dan ternyata jawaban dari mulut mungilnya adalah “Teteh mau berbagi air minum buat Bunda”. Mendengar kalimat tersebut langsung aku peluk Khadijah dan bilang terima kasih karena niat baiknya. Ternyata dibalik perilakunya yang terlihat menjengkelkan, tidak dengan niatnya. Sungguh niat yang mulia. Maka semakin kesini ku coba untuk terus latih kesadaranku dalam merespon perilaku anak dengan menyelami dari sudut pandang anak.

  2. Sadari bahwa Anak adalah Pribadi yang Bertumbuh
    Sebagai seorang manusia, anak-anak pun memiliki pikiran dan perasaan yang sepatutnya kita hargai. Terlebih di usia balita merupakan usia yang perkembangannya begitu pesat dan menentukan kualitas pribadinya kelak di masa mendatang. Eksplorasi menjadi salah satu aktivitas utama dalam proses perkembangan. Maka ketika anak-anak memiliki keinginan belajar yang tinggi sudah menjadi tugas orang tua untuk mendampingi dan menfasilitasinya. Turunkan standar kerapihan rumah misalnya, akan lebih memudahkan dalam mengontrol emosi Ibu hehe.

  3. Anak Lebih butuh INTERAKSI ketika BERMAIN, bukan cuma butuh MAINAN nya aja
    Bagian ini jleb banget nih, karena hakekatnya yang anak-anak butukan itu bukan hanya mainan nya tapi kehangatan berinteraksi ketika bermain bersama orang tuanya. Pernah kan anak-anak udah disiapkan mainan banyak, lumayan fokus main pada awalnya namun ga lama setelahnya mereka berpindah ke aktivitas yang sedang dikerjakan orang tuanya? hehe

  4. Buat Kesepakatan Bersama Anak
    Nah hal ini sudah bisa dilakukan ketika anak sudah bisa berbicara, sehingga kita bisa ajak untuk diskusi dalam menyepakati suatu hal. Semisal menyepakati bersama terkait screen time, kapan boleh screen time, berapa lama waktunya. Dan ini beneran ngebantu banget buat aku, asalkan kita juga konsisten dalam menjalankan kesepakatan yang telah dibuat.

  5. Ibu Bukan Malaikat
    Ya sebagai seorang Ibu yang tugasnya begitu banyak, sesekali keluar omelan ketika liat rumah berantakan, it’s Oke Bun
    Gapapa ko, karena kita bukan memang bukan malaikat yang selalu sempurna dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Yang terpenting bagaimana kita terus berupaya untuk terus belajar dan tak lupa mengevaluasi kira-kira apa yang perlu diperbaiki kedepannya agar kondisinya bisa lebih baik

Semoga poin-poin di atas bisa membantu Ibu untuk bilang “Bye Bye Mati Gaya ketika Membersamai Anak”
**karena sejatinya anak anak hadir atas “undangan” dari orang tuanya atas izin Tuhan **
maka memperlakukan tamu yang Tuhan titipkan hadir di kehidupan kita, sudah selayaknya untuk diperlakukan dengan baik

Keep learning Bu Ibu :slight_smile:

Ada yang punya cara lain, yuk sharing di kolom komentar ya

8 Likes

Hai bu Ridha salam kenal :heart:
Suka banget bu aku sama tulisan ini, point ke 5 apalagi, setuju banget karna kadang suka pengen jadi “malaikat” Buat anak yang ga mau marah2, peengennya tuh baiiikk terus kaya ibu peri, tapi keenyataannya kalau emosi udah numpuk ya kelepasan juga kita marah :sweat_smile: dan suka juga sama paragraf penutupnya bu, semoga kita bisa menjadi sebaik baiknya penjaga titipan Allah ya bu​:heart: semangat membeersamai anak ibu :heart:

3 Likes

Bu @RidhaHida makasi sharingnya, ini relate pake bangeeeeet. Yang ngena banget ke aku poin 3 Bu, aku setuju banget apapun mainan yang kita berikan or belikan, as long as kehadiran kita membersamai main jadi hal yang penting banget, dan aku juga ngerasa-in kalo kita bisa membagi waktu untuk bermain sama anak jadi salah satu cara untuk bonding juga Bu :heart_eyes:. Btw, makasi Bu @Mutyaar karena aku baca commentnya jadi ikutan baca tulisan dari Bu Ridha :heart_eyes:

1 Like

Halo Bu @Mutyaar

Salam kenal juga ya, awardee batch 6 ya Bu? hihi
Semangaat terus :heart:

Sama2 Bu Opin

Bounding itu bukan dinilai seberapa kita memberi sesuatu pada anak, tapi seberapa besar kehadiran kita saat membersamai anak, ya Bu @opinsitanggang?

Semangat buat kitaaa