Cerita Perjalanan Kembali Menjadi Penulis

This is my comeback journey

Perjalanan untuk kembali menekuni dunia menulis ini tidak semudah yang kubayangkan dan tidak selancar yang kurencanakan. Aku ingin kembali merasakan antusias yang disalurkan jemariku. Ketika ujung pena menorehkan tinta di atas kertas berlomba dengan aliran kata-kata di dalam benak, sampai sulit untuk menempatkan titik. Di depan buku catatanku saat ini, setelah lama berhenti menulis, aku kesulitan menggapai kata-kata.

Memulai perjalanan ini mudah. Bagaimana tetap bertahan, itulah yang harus diusahakan.

Aku berkesempatan belajar menulis lagi dalam program Comeback Journey Penulis bersama komunitas Ibu Punya Mimpi.

“Sudah jadi penulis, ngapain belajar menulis lagi?”

Aku belum bisa mengakui diri ini sebagai penulis handal. Semoga suatu hari nanti, bisa. Sambil belajar, aku harus membangun rutinitas.

Rutinitas menulis apa yang akan dibangun untuk menjadi penulis handal?

Rutinitas pertama menurutku belajar menghilangkan ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap hasil akhir. Aku akan tertekan saat menjalani prosesnya karena levelku belum setinggi itu. Artinya, aku harus memberi ruang yang besar untuk melakukan banyak kesalahan.

Karena itu, aku perlu rutinitas kedua, yaitu memperbanyak menulis. Butuh waktu, tenaga, pikiran, dan niat yang kuat. Aku bisa membuat banyak tulisan sampai menghabiskan buku catatan, dengan banyak kesalahan di dalamnya. Lalu bagaimana aku menjaga niat itu tetap ada? Excitement, sparks, antusias untuk terus menulis, itu bisa redup kapan saja. Benar, tidak?! Walaupun sudah banyak menulis, belum tentu semuanya bagus. Iya, kan?!

Rutinitas ketiga adalah memberi “vitamin” untuk otak dan mental. Vitaminku adalah bergabung dalam komunitas menulis. Di sini aku bertemu senior dan teman seperjuangan, yaitu ibu-ibu yang ingin kembali ke jalur menulis. Dari para senior aku mendapat “daging” yang bermanfaat untukku. Ilmunya aku serap, aku cerna, dan kuterapkan. Bersama teman-teman seperjuanganku, niat menulis itu bisa terus utuh, seiring aku yang masih bertumbuh.

Tiga rutinitas tersebut tidak akan cukup. Perjalanan kembali menjadi penulis masih panjang. Kita yang menentukan arah masing-masing

Pahami Prioritas dan Motivasi

Kenapa aku menulis? Apakah untuk berkarier? Berkarya? Mencatat pengalaman? Mengungkapkan pikiran? Apa yang memotivasiku untuk menulis?

Menentukan Tujuan

Menentukan tujuan jangka panjang atau pendek. Apakah aku akan menulis novel, artikel, teks ilmiah, naskah film? Apakah aku orang yang terencana, atau spontanitas? Apakah tujuan itu akan berubah?

Membuat Rencana

Termasuk membuat kerangka karangan, outline, niche, sinopsis, riset, mencatat ide-ide, membuat jadwal, menetapkan target dan deadline, mempersiapkan ruang yang nyaman untuk menulis dan alat-alat yang dibutuhkan. Media apa yang membuat proses menulis kita lebih lancar? Kalau aku lebih lancar menulis dengan pulpen dan kertas sebelum diketik.

Antisipasi Gangguan

Kenali apa yang berpotensi menjadi gangguan. Mulai dari dering notifikasi, anak yang minta ditemani, tubuh dan pikiran terlalu lelah, sampai writer’s block. Pelajari cara mengatasinya.

Beri Ruang Kreatif

Penulis bisa menjadi pengamat yang peka terhadap sekitarnya. Tulislah pengamatan tentang orang, tempat, atau peristiwa yang kita temui. Berinovasi. Eksplorasi gaya penulisan, kembangkan sampai kita memiliki gaya tersendiri. Belajar dari berbagai sumber, dari penulis terkenal. Revisi. Evaluasi. Mengedit. Memantau kemajuan dan pencapaian. Membaca lebih banyak. Riset lebih dalam. Bersikap kritis. Dan jangan lupa, melakukan itu semua harus diimbangi dengan jeda dan istirahat. Kreativitas pun perlu waktu untuk recharge.

Publikasikan kepada Dunia

Tahap yang masing-masing orang berbeda untuk bisa sampai ke sini. Kapan kita merasa siap tulisannya dibaca banyak orang? Terbukalah pada feedback yang akan diterima. Pelajari hak cipta dan etika kepenulisan. Jangan menyerah. Menulis adalah pekerjaan seumur hidup.

Apakah aku sudah siap?

Rutinitas terakhir bagiku adalah belajar mengurai suara bising karena kebanyakan overthinking. Berhenti menghakimi diri sendiri. Aku mencoba mengapresiasi segala prosesnya, tidak hanya menilai hasil akhirnya. Meski tulisanku belum sempurna, ada langkah-langkah kecil yang kupijakkan sampai bisa ke tahap ini. Aku belum sampai ke tahap berlari seperti penulis yang bisa menyelesaikan tulisan dalam waktu cepat.

Aku belum bisa mengakui diri ini sebagai penulis handal. Semoga suatu hari nanti, bisa. Dan semoga, kamu juga.

Program Comeback Journey yang aku ikuti bisa dilihat lebih lengkap melalui link berikut: Ibu Punya Mimpi

Artikel ini terinspirasi dari video materi Teknik Dasar Menulis Artikel oleh Ibu Ridha Hidayani Ibu Punya Mimpi - Teknik Dasar Menulis Artikel

Sumber gambar: unsplash.com

3 Likes