Sejak dulu, aku ingin sekali menjadi Ibu yang Baik bagi Anak-anakku. Salah satu alasan yang memicu hal ini adalah karena aku dibesarkan oleh seorang ibu pekerja. Mamaku sibuk. Kami berangkat sekolah jam 6 pagi. Selesai bekerja, mama biasanya mengurus rumah atau mengerjakan kerjaan kantor yang belum selesai. Kami tidak punya waktu untuk quality time. Saat hari minggu pun mama lebih memilih untuk beristirahat.
Aku haus akan cinta mama. Sampai saat ini, meski sudah berusaha untuk membangun komunikasi, aku masih merasakan jarak antara kita.
Syukurlah setelah menikah, aku langsung dikaruniai anak. Aku masih ingat betapa bahagianya aku dan suamiku kala itu. Aku semangat belajar tentang parenting dan mempersiapkan kehamilan. Super duper excited!!!
Anakku lahir ke dunia dengan selamat. Perjuangan saat kontraksi di tengah malam, sakitnya diobras, maupun tangan bidan yang keluar masuk jalur lahir untuk mengambil plasenta yang lengket, masih bisa kutahan. Melihat anakku dalam pelukan membuatku bahagia.
Namun ternyata menjadi ibu bukanlah hal yang mudah.
Aku kaget karena harus terjaga semalaman untuk menyusui, tidur sambil duduk, dan kesulitan untuk beranjak karena anak laki-lakiku menyusui non stop. Meski seluruh tubuhku sakit, demam, dan putingku lecet, anakku tetap butuh aku.
Saat itulah hari-hari tersulitku. Aku melupakan hal yang aku suka. Menurutku, kalau ada waktu luang, lebih baik aku istirahat daripada mengerjakan hal yang tidak menghasilkan. Tapi nyatanya, aku tidak benar-benar istirahat. Kondisi mentalku pun memburuk.
Di akhir tahun 2022, perlahan aku berusaha untuk menata diri. Meski sulit, aku mulai melakukan kembali apa yang ku suka.
Di saat itulah aku bertemu akun instagram @ibupunyamimpi.
Aku menginstal telegram untuk join komunitasnya. Beberapa kali aku mengikuti webinar gratis yang diadakan IPM. Dan aku merasa menemukan ‘rumah’ baru yang amat sangat nyaman.
Bertemu dengan teman sesama ibu yang juga sedang berjuang. Dengan segala keterbatasan, semangat mereka besar sekali. Mereka tidak berhenti belajar, terus berkarya, dan melakukan apa saja untuk tumbuh.
Aku salut.
Bahkan ketika menuliskan hal ini pun, air mataku tidak berhenti mengalir karena rasa haru, terima kasih, dan syukur yang begitu besar karena sudah dipertemukan dengan komunitas ini.
Jujur, sebelum tahu IPM, aku sudah beberapa kali menilik course di sana sini. Ikut beberapa kelas juga. Tapi, IPM adalah tempat yang paling ramah untuk peranku sebagai seorang ibu.
Ilmu yang harganya mahal sekali di luar sana, bisa dihargai murah di IPM. Bahkan gratis. Maa syaa Allah. Aku benar-benar bersyukur bertemu orang-orang baik yang senang berbagi ilmu.
Saat ada pembukaan volunteer Batch 2, aku mencoba mendaftar sebagai writer. Tapi ternyata aku belum beruntung. Saat itu aku bertekad, lolos atau tidaknya aku sebagai volunteer, aku akan terus mengikuti kegiatan IPM dengan tekun.
Aku juga memberanikan diri untuk ikut program Comeback Journey Penulis, program intensif plus magang di IPM untuk ibu yang ingin menjadi penulis.
Awalnya aku minder. Aku tidak punya ilmu tentang kepenulisan. Karya pun tidak ada yang mentereng di website. Tapi ternyata, program ini tidak menuntut banyak. Semuanya disesuaikan dengan pace ibu-ibu. Aku terus dituntun dan diarahkan. Sampai aku yang awam ini, bisa menghasilkan tulisan yang cukup layak. Maa syaa Allah.
Akupun turut aktif di kegiatan IPM yang lain. Iseng-iseng ikut challenge Rumii bulan Februari dan alhamdulillah menang. Waktu itu aku juga rajin baca-baca postingan orang di Rumii. Seru banget! Ternyata dulu banyak program yang dijalankan di Rumii. Karena keasyikan baca, aku juga jadi pembaca terbanyak bulan itu. Tentu aja ada benefit ketika menang. Alhamdulillah.
Aku juga coba bikin carousel ala IPM, kolab dengan IGkomunitas IPM, dan juga tag akun IPM. Sampai suatu hari, aku mendapat dm dari Bu Mina.
“Aak baguss. Next carousel bisa collab sama Bu Mina disini. Tapi nanti ku cek dulu canvanya, Bu. Buat fine tuning.”
Waahh, Hatiku langsung berbunga-bunga seharian. Seneng banget!
Selang beberapa lama, aku diajak meeting 1v1 sama Bu Mina. Dibriefing ini itu sampai akhirnya diajak gabung ke volunteer!
Hah? Gimana?
Aku benar-benar terharu sampai air mataku keluar. Berkali-kali aku bertanya pada Bu Mina untuk memastikan. Dan bulan Mei kemarin, saat aku dimasukkan ke grup volunteer content creator, keraguan itu terjawab.
Sebagai volunteer, lebih banyak lagi benefit yang kudapat untuk tumbuh dan berdaya. Meski newbie dan banyak kekurangan, ibu-ibu yang lain terus mendorongku untuk maju.
Begitulah ceritaku yang bertumbuh di IPM. Terima kasih IPM 
#challengerumiijuni
#bertumbuhbersamaIPM
@joe_pietz