Coba 5 Ritual Ini, Menjadi Penulis Bukan Lagi Hanya Mimpi!

Tersebutlah satu kalimat ajaib dari Pramoedya Ananta Toer yang selalu tersemat dalam hati.

Menulislah karena menulis adalah bekerja untuk keabadian

Kalimat singkat yang sejauh ini selalu berhasil menjadi pemantik semangat diri saat tergeletak lemas tanpa karya berarti. Singkatnya, aku putuskan untuk kembali menekuni sebuah aktivitas yang dari bangku sekolah dasar telah membawaku menyusuri belahan dunia dengan pengalaman tak bertepi. Ah terlalu lemah, jika saat ini menyerah dan tak melanjutkan langkah. Kataku, masa sih dengan peran ibu menyurutkan mimpi yang dulu telah tersusun rapi dan siap dieksekusi? Maka, mari bersama menyeru untuk katakan “TIDAK” dalam berhenti melanjutkan mimpi!

Menjadi penulis handal adalah salah satu mimpi besar yang mungkin banyak orang harapkan untuk dicapai. Namun, rasanya terlalu muluk jika kita hanya bermimpi tanpa adanya eksekusi. Jika memang menulis adalah aktivitas yang selalu ingin kita wujudkan, maka butuh adanya rutinitas untuk membuat titel penulis benar-benar pantas. Berikut sedikit cerita tentang rutinitas menulis yang secara pribadi ingin kembali dibangun dan semoga bisa diterapkan pula untuk Ibupreneur semua. Yuk, disimak, Bu!

1. Penuhi asupan literatur setiap hari.


Bohong jika kita berkata ingin menjadi penulis tapi kita benci menjadi pembaca. Menulis adalah aktivitas dimana banyak keahlian dituangkan dan dikombinasikan. Membaca literatur, riset yang relevan, hingga peka dengan kondisi sekitar adalah kunci untuk mendapatkan input dari sebuah tulisan. Oleh karena itu, kebiasaan membaca jurnal, buku, artikel sains popular, atau berita harus mulai dibangun dan diterapkan secara konsisten oleh seorang penulis. Sebagaimana penutur yang banyak literatur, penulis pun perlu banyak ilmu untuk dikais. Semangat!

2. Rutin menulis secara konsisten dan terjadwal.


Penulis pemula terkadang bingung harus dari mana ia memulai untuk menulis dan topik seperti apa yang akan ditulisnya. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan menulis tulisan yang bersumber dari kegelisahan ringan sehari-hari. Selanjutnya, tulisan dapat dituangkan ke media yang menerima tulisan secara gratis alias tidak dibayar sebagai portofolio awal. Jangan lupa untuk konsisten dan terjawal juga dalam ritual eksekusinya!

3. Minta feedback dari teman, keluarga, atau netizen.


Salah satu hal yang kadang luput dari seorang penulis adalah meminta saran atas hasil tulisannya. Padahal adanya umpan balik akan sangat berguna untuk mengembangkan tulisan ke arah yang lebih baik. Dengan meminta tanggapan juga sekaligus menjadi ajang untuk mengenalkan diri ke khalayak bahwa kita adalah seorang penulis. Yeay! Semakin menguatkan self branding juga kan, Bu?

4. Temukan wadah publikasi yang tepat.


Apa yang menjadi konsentrasi tulisanmu: artikel ilmiah popular, copy writing, content writing, atau jurnal? Mulailah untuk memilah jenis tulisan yang membuat kita merasa nyaman dan ingin menekuninya lebih dalam. Selanjutnya, kita bisa mencoba untuk menemukan wadah publikasi. Hal ini bisa jadi pemantik semangat dalam berkarya. Wadah publikasi dapat berupa kerja sama dengan brand/client, tawaran freelancer, atau publikasi jurnal, Apapun opsinya, percayalah waktu kita akan tiba saat kesempatan itu bertemu dengan kesiapan. Maka, jangan berhenti bersiap, Bu!

5. Cari komunitas yang tepat untuk mempertahankan semangat.


Terakhir yang jangan sampai terlewatkan adalah berjuang bersama teman seperjuangan. Dengan sinergi dan semangat yang terhimpun tentu akan lebih menguatkan langkah dalam konsisten berkarya. Selain itu, perjalanan panjang menjadi seorang penulis handal tentu akan terasa ringan dengan support system yang selalu terjaga. Maka, jangan lupa temukan circle ternyaman untuk kita bertumbuh ya, Bu!

Akhirnya, mari bangun dari mimpi panjang karena waktu untuk kita bersinar akan segera datang. Target menjadi penulis ini harus diperjuangkan, demi kebermanfaatan dan keabadian yang lebih panjang. Pun dengan profesi ini kita akan merasa lebih bermakna dengan kepastian legacy yang dijanjikan. Ingatlah bahwa cara paling ampuh untuk melemahkan diri adalah bermimpi tinggi lalu menjadi pemalas setelahnya. Maka, mari berjuang untuk wujudkan tiap impian yang selalu diaminkan.

Semangat, Ibu!

1 Like