Dari Kebiasaan Menjadi Karya: Bagaimana Rutinitas Membuat Jadi Penulis Hebat

Berawal dari FOMO jaman sekolah dasar yang saat itu “musimnya” anak-anak saling bertukar buku diary untuk mengisi biodata, kesan, dan pesan. Sinetron yang menyuguhkan adegan menulis di buku harian, rasanya tertarik juga untuk menulis di buku harian yang ada gemboknya agar tidak ada yang curi baca curhatan, hihi. Setelah menikah dan punya anak, saya memutuskan untuk menulis di blog untuk segala isi hati, opini, pemikiran, dan uneg-uneg alih-alih di caption media sosial lainnya.

buku harian

Dari seluruh tulisan saya di blog, konsultasi pertumbuhan anak ke dokter Meta, SpA yang paling banyak dibaca. Mulai dari situ, saya cukup bersemangat membagikan pengalaman saya sebagai orangtua.

Setelah menerapkan dan merasakan manfaat dari setiap seminar parenting yang saya ikuti, saya mulai beranikan diri untuk membuat konten instagram, kadang melalui carousel atau sekadar menuliskan beberapa kalimat di caption. Saya mencoba peruntungan seleksi beasiswa diploma montessori dengan membuat beberapa konten di instagram. Meski ternyata saya belum beruntung, tapi lolos sampai dua babak terakhir membuat saya berpikir, kenapa saya tidak mulai serius belajar menulis? Mungkin dari tulisan saya bisa “hidup lebih panjang” dan lebih baik.

Mengikuti CJ Penulis (CJP) di Ibu Punya Mimpi merupakan salah satu langkah awal saya belajar agar tulisan saya enak dibaca, mampu mengalirkan point of view dengan seru agar dapat dibaca sampai akhir tulisan. Monetisasi dari setiap kata demi kalimat yang saya buat juga merupakan tujuan jangka panjang.

Tantangan dari CJP membangunkan saya bahwa ngga cukup ikutan doang, yuk bangun rutinitas biar cita-cita jadi penulis ngga berhenti di rencana saja.

Beberapa rutinitas ini sudah saya lakukan dan akan saya lakukan demi wujudin impian dari pemula sampai jadi penulis profesional.

• Waktu Menulis Harian
Biasanya saya menulis di blog kalau ada POV yang berbeda dan saya butuh ruang untuk mengeluarkan opini saya, atau ketika saya ingin menceritakan pengalaman tanpa khawatir ada yang merasa digurui karena pembaca blog sudah menuliskan keyword yang dicari sehingga bisa sampai ke blog saya. Setelah saya mendapatkan materi dari CJP, meluangkan waktu untuk menulis meski sekadar 1-2 jam setiap hari dengan konsisten adalah kunci.

felt writing

• Menetapkan Target Harian
Nah, ini baru akan saya lakukan: yaitu menulis dengan target 400-600 kata setiap tulisan. Bagaimana caranya? Agar semakin terbiasa merangkai kalimat dengan kata yang tidak itu-itu, bank diksi yang makin kaya, tentu saya juga harus punya target berkunjung ke blog orang lain, mendengarkan topik menarik lewat podcast atau media apapun dan melalui buku. Target menulis dan riset harian juga penting dilakukan agar argumen dalam tulisan kuat biar siap data ketika tulisan mendapatkan banyak kontra.

• Tempat menulis yang nyaman
Seringkali saya belajar di rumah setelah urusan domestik selesai. Tapi biar tidak bosan melihat tembok, sesekali saya bawa laptop ke tempat les anak. Atau melipir ke perpustakaan juga bisa jadi “tempat kerja” yang nyaman. Jangan lupa bawa tumbler isi es kopi susu agar serasa kerja di coffeshop tapi ngga bikin boncos.

• Lakukan Proofread dan Minta Bantuan
Baca ulang tulisan sendiri penting dilakukan, setidaknya untuk meminimalkan typo. Lebih dari itu, baca ulang tulisan sendiri juga bisa membuat “berpikir ulang” kalimat yang pas, biar alurnya makin jelas, emosi tersampaikan penuh, dan informasi didapat secara utuh. Selain dibaca sendiri, minta bantuan orang lain membaca tulisan saya sebelum dipublish juga akan saya lakukan. Tujuannya agar saya tahu apakah tulisan saya enak dibaca dan dimengerti orang lain. Edit sana-sini, oke lalu publish deh.

• Perhatikan kesehatan mental
Jeda, olahraga, atau lakukan apapun yang bisa membuat mental tetap waras karena kadang dengan menulis dapat semakin memicu saya merasakan emosi-emosi negatif, lho.

Nah Ibu-ibu, itulah sederet rutinitas saya bangun untuk mengasah kemampuan menulis saya. Semoga bisa menjadi ide dan inspirasi Ibu-ibu calon penulis hebat lainnya. Ada ide lain? Boleh dong dibagi di kolom komentar.

menulis

Sumber di sini

Selamat Menulis

3 Likes

Inget banget dulu, buku harian saya dibaca ama adek2x saya. Mana curhatan naksir crush lagi. Abis saya diledekin. Akhirnya kapok buat nulis buku harian lagi :grin::grin::grin::grin::grin:

Huhu sama buuu, aku punya pengalaman yg sama meski buku harian sudah digembok. Berhenti lebih ke karena malu sih wkwk

1 Like