Anak kedua saya lahir lima hari sebelum pengumuman PSBB total, di waktu kali pertama COVID muncul awal tahun ini. Saat itu, suami minta agar saya mempertimbangkan pekerjaan saya sebagai dokter umum di instansi pemerintahan. Saat itu, Beliau sudah terbayang akan seperti apa nasib kami karena pasti dokter di pemerintahan adalah yang pertama turun dalam kondisi national emergency.
Saya ingat suami bilang, “I understand that as a doctor you feel the need to contribute, but as your husband, I want you to consider our children and us as a family.”
Saya berusaha memahami pertimbangan Beliau ketika Beliau bilang, “this is a novel (new) virus. We have yet to fully comprehend its ability. I know you cannot say no to your oath, but I don’t want to lose you.”
Lebay ya? Tapi memang begitu.
Mungkin buat beberapa orang, pandemi ini adalah,
Berkurangnya kebebasan, atau
Berkurangnya menu makanan di atas meja, atau
Berkurangnya kemampuan untuk memenuhi permintaan anak untuk beli mainan,
Berkurangnya dana darurat di bank, atau bahkan
Hilangnya pekerjaan,
Ketidakmampuan menafkahi anak istri,
Ketidakmampuan melunasi cicilan bank yang makin lama makin menggunung,
Atau bahkan,
Kehilangan orang yang dicintai.
I feel you.
Because for us doctors,
Pandemi ini adalah hidup dan mati.
Kami pergi berpraktek, knowing all too well that we have the highest chance of contracting the virus.
Waktu itu saya bilang dengan suami kalau saya mau melihat bagaimana kondisi di lapangan dulu sebelum mengambil keputusan besar, berhubung saya juga sedang cuti melahirkan. Saat itu, saya berusaha hadir di media sosial, mengobservasi bagaimana masyarakat, or at least, lingkungan sekitar saya merespon berita terkait pandemi ini.
I personally feel like we fail as a country in regards to our response to this pandemic. Tapi, dari media sosial, saya banyak melihat justru masyarakat saling bahu membahu membantu agar UMKM bertahan dan bisa keep up with the Kadarshians new normal, mulai dari mengadakan pelatihan gratis, sampai free endorsements dari para influencers.
As an outsider to the business world, at the time somehow I thought, masa pandemi ini adalah momentum yang tepat untuk memulai bisnis dan mungkin dari sanalah akhirnya algoritma Instagram mempertemukan saya dengan Ibu Punya Mimpi.
I am always a half-way empty glass and never been a half-way full glass of water. Buat saya, selalu ada space for growth, dalam aspek kehidupan saya yang manapun. Saya percaya, pembelajaran bisa datang dari mana saja - senior, junior, anak SMP, anak SD, kedua putri saya, atau bahkan some strangers I randomly meet on the street.
With that, and an ever open mind, saya memulai perjalanan saya dengan melahirkan satu anak tambahan beberapa bulan lalu, yaitu Yumn! Healthy Eats. Mungkin sekilas terkesan sama sekali tidak berkorelasi dengan dasar keilmuan saya, yaitu ilmu kedokteran. Dokter umum ngapain ngabisin waktu belajar bisnis? Ngga mau fokus aja sama kelimuannya? Jadi dokter spesialis?
For me, life is so much more than just maxing up on profession.
After all, we have our own version of success, don’t we?
Dan, yah, benar saja, saya baru saja memulai this journey, masih piyik, and yet, I’ve learned many valuable life lessons that I wouldn’t want to miss for the world:
- Behind a seemingly overnight success, there are many weeks, months, or even years in the making. There is no overnight success, we were just never know what happen behind the scene. Semangat ya, Ibupreneur kebanggaanku semua. Despite all these positive toxicity, rest assured, semua tengah berjuang. Ngga cuma Ibu seorang. We have our own fight. Some people just don’t feel like showing it to the world.
- Rumput tetangga tidak lebih hijau, yang lebih hijau adalah rumput yang disiram. Jadi kalau kita punya rumput rajin disiram, objectively, pasti akan lebih hijau dari rumput tetangga. Jadi fokus saja menyiram, ngga usah tengok kanan kiri, kecuali mau kasih bantuan.
- It’s okay to miss out on things for a bit, when your physical or mental health is on the line. Saya pribadi merasa lelah secara fisik dan mental ketika membandingkan diri sendiri atau bisnis sendiri dengan punya orang. Analyzing competitors is one thing, tapi saya belajar untuk tidak terobsesi menjadikan diri atau bisnis sendiri menyerupai yang lain. Saya jadi belajar untuk pause, step back, breathe, and restrategize for the sake of my overall wellness.
Saya bahkan belajar banyak dari beberapa clients saya, terutama bagaimana pemahaman, kesadaran, keinginan, dan kemampuan orang dalam memulai, menjalani, dan tetap konsisten dengan kesehatannya, sungguh sangat bervariasi dengan perbedaan yang saat signifikan.
Saya belajar banyak. Bukan dalam artian mereka mengajari saya, tapi lebih kepada saya menemukan banyak key words yang pada akhirnya saya cari sendiri lebih lanjut. Dari satu kata kunci ke kata kunci yang lain dan pada akhirnya bermuara to something bigger.
Sungguh, masih banyak lesson learned melalui perjalanan ini yang ngga bisa saya jabarkan satu-satu. Bahkan, this path actually opens up new route for me, where I actually found my specific passion in medicine, my niche, which I want to pursue further to help complete answering the ‘why’ behind tujuan saya memulai Yumn! Healthy Eats.
Sampai saat ini, saya masih berpraktek sebagai seorang dokter umum. Saya belum merasa mampun untuk melepaskan profesi ini; profesi yang bertahun-tahun lamanya saya perjuangkan melalui sekolah kedokteran, koasistensi, and everything behind it. This journey that I start with Yumn! Healthy Eats dan Ibu Punya Mimpi justru merupakan pintu pertama untuk masuk ke pintu-pintu selanjutnya dalam perjalanan saya meraih my newfound passion in specific area of medicine.
Semoga masih dikasih usia sama Tuhan untuk bisa capai.
Mohon doanya ibu-ibu hebat di sini semua untuk para dokter (dan tenaga medis lainnya) yang tengah berjuang dalam menjalankan sumpah profesi, sembari memastikan diri sendiri agar selalu sehat, tidak jatuh sakit, dan bisa selalu pulang untuk kembali berkumpul dengan keluarga di rumah.
Semoga libur panjang minggu depan tidak translate to peningkatan angka kejadian dan kematian COVID lagi ya. Bismillah. I sincerely pray from the bottom of my heart.
Oke, that’s my spiel. Maaf ya TLDR (Too Long Don’t Read).
Semoga yang membaca bisa memetik suatu hikmah (perhaps not ).
Selamat weekend Ibupreneur hebatku semua.
Selamat hari dokter nasional
Cheers!