Hai Ibupreneur, pernah kah bu, ketika perlu mengerjakan sesuatu, benak kita dipenuhi keraguan dan keinginan untuk menunggu hingga terasa pas waktunya? Contoh sederhananya ketika memiliki rencana masak menu baru, lalu tersirat “besok saja”. Entah menunggu bahannya lengkap sesuai tutorial atau menunggu mood kita bagus.
Bahkan ketika sedang mengerjakannya, banyak suara dalam benak kita yang berusaha membuat kita ragu saat mengerjakannya. Lalu kita tunggu lagi beberapa waktu hingga tidak terasa bahan masakannya pun membusuk di kulkas.
Self-Sabotage, Perfectionism, Procrastination
Menurut Ali Abdaal, pakar produktivitas, suara kritik yang mempertanyakan kegiatan yang sedang kita lakukan adalah suara sabotase, atau lebih dikenal dengan istilah self-sabotage. Penulis Buku Feel-Good Productivity ini juga menjelaskan bahwa suara ini dimiliki oleh semua orang, biasanya berupa penawaran beberapa opsi kesempurnaan.
Contohnya: menunggu sempurna cuacanya, kondisi rumah sempurna dulu, atau sekedar sempurna mood-nya untuk mengerjakan sesuatu. Sikap yang dimaksud itu adalah sikap perfectionism yang merupakan salah satu wujud dari self-sabotage (Mary Mykhaylova, 2020).
Dalam penelitian lain, dijelaskan bahwa perfesionisme adalah kecenderungan untuk memiliki standard tinggi bagi diri sendiri maupun orang lain, memberikan banyak kritik kepada diri sendiri termasuk merasa takut berlebihan untuk membuat kesalahan (Dunkley & Blankstein, 2000; Kiamarsi & Abolghasemi, 2014). Perasaan takut yang mendominasi sikap perfeksionis tersebut akhirnya mengundang sikap menunda (procrastination).
Sumber Procrastination
Dijelaskan oleh Eisenbeck et al (2019) bahwa sikap menunda itu berasal dari isu regulasi emosi. Beberapa emosi yang menjadi penyebab sikap menunda diantaranya adalah rasa takut, rasa kurang berharga, dan perasaan cemas berlebih. Selain itu pikiran irasional pun menjadi pencetus dari munculnya sikap menunda.
Faktor lain yang menjadi sumber sikap menunda-nunda diantaranya adalah karena tegantung dengan orang lain yang memiliki posisi lebih, tingginya resiko, kurangnya sikap asertif, dan kesulitan mengambil keputusan (Cavusoglu and Karatas, 2015)
Efek Procrastination
Bak siklus mematikan, sikap menunda ini pun memiliki efek buruk bagi pelakunya, yakni dapat mengurangi tingkat kebahagiaan seseorang. Juga menambah beban mental seperti tumbuhnya perasaan bersalah yang mengganggu, jika diteruskan maka akan mempengaruhi kesehatan psikologis. Penundaan ini dapat akhirnya terbawa hingga dewasa (Sudirman et al., 2023)
Solusi Mengatasi ProcrastinasI
Lalu bagaimana sih agar tidak terjebak lingkaran setan ini. Beberapa peneliti menyarankan kita untuk memahami pola yang berulang, terutama ketika menghadapi keperluan menyelesaikan tugas. Sebelum self-sabotage membawa serta “pasukannya” untuk mempengaruhi sikap kita, baiknya Ibupreneur lakukan beberapa hal dibawah ini:
- Mengenali pola procrastination. Kapan atau ketika momen apa sikap ini muncul. Lanjutkan dengan membuat action plan yang realistis. Memecah belah tugas yang diterima menjadi pecahan kecil yang action-able.
- Menggeser mindset “harus” menjadi “aku memilih”. Sehingga tidak menambah beban mental dalam menerima tugas dan mengerjakannya. Misalnya, kita memiliki projek menulis tentang anak. Maka diawali dengan mengatakan kepada diri sendiri “Aku memilih untuk riset terlebih dahulu mengenai anak selama 30 menit”
- Beri ruang terhadap rasa takutmu, nemun jangan biarkan dia yang membuat keputusan. Seperti yang dijelaskan oleh Elizabeth Gilbert dalam bukunya Big Magic. Rasa takut pengaruhnya akan mengecil ketika kita berhenti melawannya dan mulai menerimanya.
Darisini kita bisa menyimpulkan bahwa, hari esok belum tentu lebih baik jika tujuan kita adalah menaruhnya sebagai penundaan. Hanya akan menjadikan “hari esok” sebagai harapan kosong bak fatamorgana di padang pasir yang panas.
Mulai memanggil kembali kesadaran, bahwa proses menjadi lebih baik itu terjadi setiap hari! Bukan seperti letupan petasan tahun baru yg mengagetkan. Sehingga membuat sebuah karya dengan status “cukup baik”, lebih mungkin mengantarkan kita kepada karya “baik” bahkan “terbaik” lainnya.
Jadi yuk Ibupreneur, seberapa pun kecepatanmu dan setinggi apapun keahlianmu, kamu berharga untuk terus mencoba dan menuntaskannya. Waktu terbaik adalah, sekarang!
Salam hangat
Dian Sofie
Sumber:
- Abdaal, Ali. 2024. Stop Waiting: Productivity Advice I Wish I Knew Sooner. https://youtu.be/hcz1Q4gweYQ?si=RyCajq1ypxDCo_yS
- Mikhaylova, Mika. 2020. 8 Examples of the Self-Sabotaging Effects of Perfectionism. 8 Examples of the Self-Sabotaging Effects of Perfectionism | Psychology Today
- D.M. Dunkley et al. 2000. Self-Critical Perfectionism, Coping, Hassles, and Current Distress: A Structural Equation Modeling Approach.
- N. Eisenbeck et al. 2019. From Psychological Distress to Academic Procrastination: Exploring The Role of Psychological Inflexibility.
- Elemo, Aman Sado. 2023. Investigating the link between procrastination, Big Three perfectionism and psychological vulnerability in academic staff. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S019188692300209X
- Sudirman, S. A., Reza, F. A., Yusri, N. A., Rina, R., & Bah, M. (2023). Putting off until tomorrow: academic procrastination, perfectionism, and fear of failure. International Journal of Islamic Educational Psychology, 4(1), 136-153. https://doi.org/10.18196/ijiep.v4i1.17576
- Cavusoglu, C., & Karatas, H. (2015). Academic procrastination of undergraduates: Self-determination theory and academic motivation. The Anthropologist, 20(3), 735-743. https://doi.org/10.1080/09720073.2015.11891780