Ibu Muda dan Mimpinya

Aku memulai perjalanan rumah tangga saat usiaku masih 21 tahun kala itu. Usia yang terbilang muda. Ya, aku memang punya keinginan untuk menikah diusia muda, dengan suami yang masih terbilang muda dan memiliki anak diusia muda. Aku ingin menjadi ibu muda! :blush:

Kalau dibayangkan kembali, betapa “mulusnya” rencanaku dengan perjalanan menemukan jodoh. Diusiaku yang saat itu masih 21tahun, aku tidak hanya menyandang gelar sebagai “istri”, tapi juga “ibu”.

Ibu: sebuah gelar yang agung, meneduhkan dan sangat aku syukuri. Tapi dibalik gelar tersebut, ternyata perjalanan panjang baru saja dimulai. Perjalanan yang tidak hanya tentang aku dan mimpiku. Tapi aku, mimpiku, suamiku, mimpinya juga anakku. Perjalanan tentang kita!

Perjalanan panjang yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Perjalanan yang membuatku belajar apa itu ikhlas, apa itu pengorbanan, apa itu cinta dan apa itu perjuangan

Perjalanan panjang yang banyak menguras air mata, kelelahan, sesak dada. Tapi ternyata hal yang membahagia dan patut aku syukuri jauh lebih banyak!

1 tahun, 2 tahun membesarkan seorang putri cantik, aku seperti kehilangan diriku. Aku tidak mengetahui apa potensi dalam diriku yang bisa mengukuhkan eksistensiku sebagai manusia penyebar manfaat bagi orang sekitarnya.

Pada waktu itu, segala tenaga, fikiran dan konsentrasiku hanya berkutat suami-anak, suami-anak, suami-anak dan bagaimana menghadapi masalah rumah tangga muda.

Sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti, aku kembali menemukan kepingan diriku menjadi individu yang utuh. Tidak hanya sebagai seorang istri dan ibu, tapi juga tentang diriku. Ditulisan ini aku tidak akan menceritakan progressnya, karena sangat panjang sekali.

Tapi yang pasti, sedikit demi sedikit, perlahan tapi pasti, aku kembali menemukan kepingan diriku menjadi individu yang utuh. Singkatnya, aku hanya kembali ke diriku sebelum menikah… Bagaimana aku tetap ingin bermanfaat bari orang lain diluar diriku dan keluarga. Aku juga kembali ke diriku sendiri untuk meminta dukungan dan rida suami dalam meraih apa yang aku mimpikan.

Kini usia anakku sudah 4 tahun 1 bulan. Beberapa mimpiku ada yang “gagal”, ada yang tertunda, asa yang berganti, ada yang teraih dengan indahnya. Memang perjalananku saat ini tidak “secepat” dulu, tapi aku bahagia… Aku yakin, ketika menikah dan memiliki anak dengan niat yang baik, maka Allah selalu menolong hambaNya. Termasuk aku, hamba yang lemah dibadapanNya.

Mungkin dilain kesempatan, semoga bisa ada rejeki untuk menuliskan perjalanan dengan lebih detail. Agar teman-teman para (calon) ibu bisa mengambil pelajaran dari perjalananku. Ambil baiknya, buang buruknya :blush:

Sehat-sehat yaaa ibu…

Peluk dan doa dari jauh :heart: