Ibu rumah tangga? kenapa tidak?

Semua sepakat, keuangan yang sehat membawa dampak besar bagi generasi yang baik, bukan? Akan tetapi, tragedi pandemi di tahun 2020 membuat banyak keuangan keluarga mengalami krisis. Apalagi kejadian awal tahun langsung diwarnai dengan tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Membuat kita, para istri, terutama yang ibu rumah tangga biasa merasa pilu. Bagaimana jika dihadapkan pada kenyataan bahwa suami kita, ayahnya anak-anak ikut terbawa dalam pesawat itu? Bagaimana menjalani hari esok tanpa seseorang yang menjadi penopang kehidupan kita?

Saya sendiri adalah ibu rumah tangga tanpa penghasilan. Satu-satunya yang menopang hidup saya dan anak-anak adalah transferan dari suami setiap bulan. Dulu saya juga bekerja, saya resign tepat sebulan setelah covid diumumkan menjadi pandemi global. Meski resign bukan karena pandemi tapi murni karena keinginan suami. Tetap saja keputusan resign adalah keputusan berat. Naluri seorang istri pasti senang dimuliakan oleh suaminya agar bisa dekat dengan anak-anaknya --saya bekerja di luar kota lebih dari 12 jam sehari–. Namun, tak menampik juga akan pemasukan bulanan yang dalam hitungan manusia pasti berkurang. Biasanya menabung lebih dari lima tempat, sekarang mengisi tabungan satu tempat saja cukup.

Semula, saya pikir dengan menjadi ibu rumah tangga juga akan menjadi manusia kurang pergaulan dan wawasan. Ternyata itu salah besar. Selepas saya berpamitan dari tempat saya mengabdi selama hampir delapan tahun, saya malah memiliki banyak komunitas baru dari berbagai sosial media yang saya ikuti. Dari situ saya bertemu pada satu titik. Dunia menulis. Hal ini membuat saya berpikir, ternyata meskipun menjadi ibu rumah tangga, saya tetap bisa mengembangkan diri. Apalagi jika itu nantinya untuk menghasilkan uang kembali.

Jika tulisan saya bisa diakui dan sesuai dengan isi hati pembaca, tentu saya mendapatkan penghasilan. Meski saya akui, royalti yang baru didapat belum sebanyak dari gaji yang saya dapatkan selama saya bekerja di kantor dulu. Namun, setidaknya saya sudah mendapat jalan untuk bisa berkarya dari rumah yang menghasilkan. Karena untuk mencapai puncak, harus melewati lembah dulu bukan?

Jadi untuk para ibu, mama, bunda yang mendapat predikat ibu rumah tangga tak berpenghasilan jangan insecure ! Tidak usah was-was jadi ibu rumah tangga biasa. Mari gali kepekaan akan kemampuan diri. Apa yang engkau senangi itu pasti bisa dikaryakan dan otomatis bisa menghasilkan. Karena kejadian pandemi tahun kemarin dan musibah kecelakaan pesawat yang baru saja terjadi, memberi kita gambaran. Bahwa musibah bisa terjadi dan datang kapan saja. Namun, kita harus siap untuk sesuatu yang mungkin terjadi dengan tidak semestinya. Hal ini bukan berandai-andai akan terkena musibah, tapi lebih untuk kesiapan diri menghadapi cobaan yang akan terjadi di depan. Apapun itu. Karena bagaimanapun masa depan anak-anak, kebutuhan mereka adalah kewajiban kita, sebagai orang tua yang memenuhinya. Dan masalah keuangan keluarga tentunya patut disepakati bersama, bahwa tidak hanya ayah semata yang berperan, tapi ibu juga. Kita, ibu serba bisa! Ibu rumah tangga juga ibu berkarya. Jadi ibu rumah tangga biasa? Kenapa tidak.

3 Likes

Yes… semua balik ke visi dan tujuan hidup masing-masing, yang penting produktif dan merasa penuh secara jiwa dan emosional sehingga bisa menjalankan peran secara optimal…

1 Like