Ibu seperti Na Hee Do, 2521

Ibu seperti Na Hee Do, 2521.

“Walau terlambat, Selamat atas pernikahanmu Na Hee Do”

Penikmat drama korea pasti sudah sangat tidak asing dengan quote tersebut. Ya, itu adalah quote legendaris dari drama korea berjudul 2521, walau 3 tahun sudah berlalu, tapi masih menjadi meme favorite. Drama yang tayang di Netflix ini disutradarai oleh Jung Ji-hyun yang juga dikenal dari karya Mr.Sunshine (2018), The King : Eternal Monarch (2020). Ditulis oleh Kwon Do-eun dengan karya Search : WWW (2019) dan dibintangi oleh Kim Tae-ri, Nam Joo-hyuk, Bona, Choi Hyun-wook, dan Lee Joo-myung.

Mengangkat kisah tentang perjuangan seorang gadis remaja yang bermimpi menjadi seorang atlit anggar nasional Korea Selatan. Berlatar tahun 1998 periode krisis moneter Asia, menjadikan drama ini sangat relate untuk generasi millennial. Walau bergenre romcom (Romantic comedy) plotnya juga bercerita dengan perspektif yang luas. Tidak hanya kisah dua sejoli, tapi juga tentang perjuangan meraih mimpi, persahabatan, juga mengenai hubungan antara ibu dan anak. Ada banyak kisah inspiratif Ibu didalam drakor ini, namun kali ini saya akan lebih mengulas antara hubungan Na Hee Do dengan anak perempuannya Kim Min Chae.

Cerita dibuka dimana Na Hee-Do sedang mendampingi anaknya Kim Min Chae mengikuti kontes Tari Ballerina Myungin ke 43. Ada dialog yang menujukkan betapa Na Hee Do sangat support apapun hasilnya nanti. “Tak perlu menjadi juara satu” kata Na Hee-Do menyemangati. Namun seperti rebelitas remaja membuat Kim Min Chae tidak percaya Ibunya dan bersikeras menjadi juara 1 agar bisa berprestasi seperti Ibunya. Namun kepercayaan dirinya runtuh saat melihat kepiawaian tarian lawannya. Kim Min Chae menjadi takut dan memutuskan mundur dari kompetisi tanpa berjuang terlebih dulu. Tidak itu saja, dia juga berselisih dengan Ibunya dan kemudian memutuskan untuk berhenti menjadi ballerina dan kabur ke rumah neneknya. Keputusannya untuk bersembunyi di rumah neneknya ternyata menjadi ide utama drama ini. Keadaan yang membuat dia menginap di kamar remaja Ibunya dan disitulah dia membaca buku Fencing Diary milik ibunya.

Kim Min Chae tidak menyadari bahwa dia adalah anak yang beruntung karena memiliki Ibu yang selalu mendukung mimpi anaknya. Berbeda dengan Na Hee-Do yang tumbuh sendirian dan tanpa dukungan Ibu, namun saat dewasa dan menjadi Ibu, dia berhasil mematahkan luka batinnya dan tidak menjadi seperti Ibunya. Dia terlihat berperan penuh dan tidak membiarkan Min Chae sendirian meraih mimpinya. Bisa terlihat pada beberapa adegan dimana Na Hee-Do hadir di setiap kontes tari Kim Min Chae, panik saat anaknya terluka karena dia adalah seorang ballerina, Perhatian Ibunya yang rutin membawanya ke rehabilitasi atlit. Na Hee-Do selalu ada untuk Min Chae dan tidak membiarkannya berjuang sendirian seperti yang dialaminya sewaktu kecil. Saat beberapa adegan dimana Min Chae berselisih dengan Ibunya, Na Hee-Do tidak pernah menjadi ibu yang ambisi, melainkan justru menekankan untuk cinta akan dunia ballerina agar dia bisa tau arti berjuang, menangis, tertawa dalam menulis kisahnya sendiri. Sayangnya Min Chae justru tidak menghargai Ibunya dan justru tertekan dengan ketenaran Ibunya dan menjadi iri. Tapi pada akhirnya, Pandangan Kim Min Chae yang mengidolakan Ibunya kembali, bukan sebagai kehebatannya sebagai pemenang medali emas, tapi karena usaha dan perjuangan Ibunya. Adapun percakapan bisa menjadi pelajaran untuk kita para Ibu bahwa Kita tidak boleh membuat anak menjadi suka dengan sesuatu karena pujiannya, tapi karena dia memang mencintai apa yang dikerjakannya. “Keberhasilan itu tidak meningkat bak lereng, tapi kemampuanmu meningkat bak tangga, naik perlahan. Kadang kita merasa ingin menyerah dititik bawah tangga, tapi setelah melalui ujung tangga (ujian) nantinya seseorang akan meningkat pesat tanpa menyadari bahwa dia sudah naik ke atas.”

Belajar dari sudut pandang Na Hee Do sebagai ibu. Dia berhasil mejadi Ibu yang memiliki value dan kepercayaan diri dan menjadi positive vibes untuk anaknya dan orang sekitarnya. Na Hee Do yang yakin akan kekuatan kegigihan, tidak pernah takut akan kekalahan, dan kesialan. Dia menginsipirasi saya, untuk menjadi Ibu yang berdamai dengan diri sendiri. Luka masa lalunya, Kesepiannya yang tumbuh mandiri, putus cintanya, dukanya kehilangan Ayah, dan berbagai kekalahan dan peremehan yang dia dapatkan bukan membuat dia beralasan untuk mengeluh, tetapi sebaliknya dia berdamai dengan itu semua dan menjadikan kekuatan value dia hingga dia menjadi Ibu yang percaya diri dan dapat percaya atas keputusan anak. Membiarkan anaknya untuk mencari jawaban sendiri atas mimpinya dan menuliskan kisahnya sendiri. Menjadi Ibu yang memiliki value itu sangat penting dalam membesarkan generasi Alpha juga komunikasi yang baik, adalah hal utama dalam menjadi Ibu.

Karena itulah, jadilah seperti Na Hee Do, yang tidak mudah menyerah dan menganggap kekalahan dan kesialan hidup ini hanyalah pelatihan. Seperti line penutup series ini….

“Ada masa aku memperjuangkan segala hal yang ingin aku miliki. Banyak hal ingin aku miliki. Aku keliru dan berpikir telah berhasil mendapatkan cinta dan persahabatan. Setelah semua berlalu, aku sadar semua hari itu hanyalah sebuah pelatihan. Aku merasa bahagia dengan kekeliruanku dulu. Kuanggap semua hal itu (pelatihan itu) abadi.”

1 Like

Bu? Meskipun terlambat :sob:

Hahaha iyaa. Legendary