Hai hai hai, Ibupreneur!
Jumat sore lagi apa nih, Buuu? Menjelang weekend apakah lagi sibuk atau mulai santai?
Sambil berkegiatan, boleh deh, Bu, baca ini sebentaaar aja. Cerita kali ini tentang idealis vs realistis.
Apa Ibu pernah denger? atau sekarang lagi galau karena ada pertarungan batin?
“Walaupun jadi ibu, aku bakal tetap jadi wanita karir, nyoba usaha sampingan, ngeluangin waktu buat masak enak, sekaligus ngepel tiap hari. Oiya, malemnya sempetin baca buku minimal 50 halaman!”
Wah, Bu, kalo liat tulisan di atas rasanya jadi ibu sibuk banget yaaa. Rasanya semua hal yang kita inginkan bisa dikerjakan saat itu juga. Seolah-olah gak ada waktu buat diri sendiri pun gak apa-apa. Keliatannya kita bisa jadi supermom tapi ternyata berat juga.
Idealis yang tidak dikontrol bisa jadi berbahaya. Kita memaksakan hal itu terjadi dalam satu waktu. Efeknya bukan cuma ke badan, tapi hati dan pikiran Ibu bisa ikut lelah
Kalau sudah menguras energi, hati-hati burn out ya, Ibupreneur!
“Berarti gak boleh idealis dong, Bu?!”
Boleeeh, tentu aja boleh. Tapiii, jangan lupa dikontrol. Badan, hati, dan pikiran kita punya batasnya masing-masing. Kuncinya sederhana: jangan terlalu dipaksa.
Ibu juga butuh waktu lho buat beristirahat Sesekali main atau belanja sesuatu yang Ibu suka. Jangan sampai terus kerja-kerja-kerja sampai lupa tengok kanan kiri.
Realistisnya juga simpel: lakukan apa yang kita mampu, bukan cuma yang kita mau.
Melakukan sesuatu sesuai kemampuan. Kalau gak terlaksana sekarang, gak apa-apa. Ada yang kurang sesuai sedikit, gak apa-apa. Kasih jeda dulu buat istirahat, menenangkan diri, terus baru mulai lagi. Push yourself to grow but dont be so hard.
Dengan begitu, kita bisa menyadari bedanya bermimpi dan berencana. Bergerak sesuai porsinya, mengerti kalo ada hal-hal yang gak bisa kita kendalikan.
Daripada bermimpi tapi tersiksa, kita bisa coba untuk biasa saja tapi bahagia
Gimana, Buuu? Cara apa yang Ibu lakukan mengatasi idealis vs realistis ini? Mungkin kita bisa berbagi tips hehehe. Sharing-sharing, yuuuk, Buuu!