Menjadi seorang Ibu adalah sebuah pilihan besar dalam hidup wanita. Dengan penambahannya peran baru bahkan terkadang meninggalkan beberapa peran sebelumnya, baik untuk sementara ataupun seterusnya.
Hal ini mengingatkan saya dengan film lama korea yang berjudul “Sunny (2011)”. Baru-baru ini saya menonton ulang film yang pertama kali saya tonton sekitar 10 tahun yang lalu. Pertama kali saya menonton film tersebut saya masih seorang mahasiswa, sehingga yang saya tangkap dari film tersebut adalah tentang nostalgia persahabatan. Tapi saat menonton kali ini dimana peran saya sudah menjadi seorang ibu, ada hal-hal yang ternyata sangat relevan dan baru saya tangkap maknanya.
Sunny menceritakan tentang seorang Ibu rumah tangga yang bernama Im Na-mi (Yoo Ho-jeong) yang secara tidak sengaja bertemu dengan sahabat masa SMA Ha Chun-Hwa (Jin Hee-Kyung). Ha Chun-Hwa menderita penyakit kanker stadium akhir dan hanya memiliki kesempatan hidup selama 2 bulan. Sebelum meninggal Ha Chun-Hwa meminta Im Na-Mi untuk mempertemukan dengan sahabat-sahabat mereka lainnya yang tergabung dalam geng yang mereka yang disebut Sunny.
Dengan berbekal informasi yang dia dapatkan dari sekolah lamanya dan bantuan detektif, akhirnya satu per satu Im Na-Mi menemukan sahabatnya. Namun ternyata kondisi sahabatnya tidak seperti yang ia bayangkan sebelumnya bahkan beberapa dari mereka hidup terpuruk, baik secara mental maupun keuangan.
Disisi lain, hidup Im Na-mi adalah yang paling baik diantara mereka. Ia adalah ibu rumah tangga yang hidup sejahtera dengan suami dan seorang anak perempuan. Namun meskipun begitu ia terlihat hampa dalam kesehariannya sebagai ibu rumah tangga.
Dalam perjalanannya mencari sahabat-sahabatnya tersebut Im Na-mi justru menjadi teringat bahwa Im Na-Mi muda saat bersama dengan sahabat-sahabatnya merupakan sosok penuh semangat dan mimpi. Hidup hampa yang selama ini Im Na-mi jalani terasa lebih bersemangat dari sebelumnya saat dipertemukan kembali dengan mereka.
Im Na-Mi membuka kembali karya-karya lamanya saat ia masih senang melukis. Bahkan ketika ia sedang merapikan baju sekolah anaknya yang masih remaja, ia mencoba baju tersebut sambil menari-nari menyanyikan lagu. Hal yang pastinya jarang dilakukan seorang ibu rumah tangga dalam kesehariannya.
Bertemunya Im Na-mi dengan sahabat-sahabat lamanya ini juga menumbuhkan rasa percaya diri dan keberaniannya. Ia yang kesehariannya terbiasa pasif dan pasrah saat situasi yang tidak menyenangkan datang, menjadi berani melawan siapapun yang menantangnya. Dan dengan keberaniannya tersebut ternyata membangun relasi baru yang lebih baik dengan anak perempuannya yang sebelumnya sulit ia lakukan.
Di akhir cerita, sosok Im Na-mi bahkan dipilih oleh sahabatnya Ha Chun-Hwa sebagai ketua geng untuk menggantikan dirinya. Karena selama ini ia hanya menjadi seorang ibu yang yang melayani dan mengurus suami serta anaknya, ini merupakan peran baru yang ia terima dengan senang hati dan semangat.
Begitulah makna dan sisi lain film “Sunny” yang saya dapatkan dan sadari ketika menonton kai ini. Mungkin sebagian besar kita juga merasakan yang Im Na-mi rasakan sebelumnya. Bahwa apa yang dimiliki saat ini bisa terasa hampa saat kita tidak memiliki mimpi lain diluar peran menjadi seorang Ibu.
Ini juga menyadarkan saya, bahwa masa muda yang penuh semangat itu muncul karena adanya sahabat-sahabat yang menjadikan bahan bakar untuk meraih mimpi kita. Hal ini tentunya masih bisa kita dapatkan kembali dengan bertemu dengan sahabat lama ataupun sahabat baru yang bisa mendorong kembali semangat dan mimpi kita meskipun saat ini kita adalah ibu rumah tangga.
Saat kita bisa menghadirkan kembali semangat dan mimpi kita, maka koneksi kita dengan anak dan keluarga akan lebih baik dan menyenangkan
Tambahan : Film Sunny ini sudah diadaptasi versi Indonesia dengan judul Bebas (2019)