Membangun rasa percaya anak kepada kita

Hai, Ibupreneur! Kali ini aku mau bahas mengenai pentingnya membangun trust atau rasa percaya anak kepada kita sebagai orangtua.

Sebagai ibu, aku berusaha untuk sebisa mungkin konsisten dengan consious saat akan memberikan informasi kepada anak. Bisa dibilang aku cukup hati-hati untuk tidak berbohong atau memberikan informasi yang salah. Terkadang, sering juga menemukan anak yang “dibohongi” oleh lingkungannya dan itu membuatku cukup sedih. Hehe

Misalnya saat imunisasi. Tidak jarang mendengar anak-anak yang sebelum masuk ke ruang dokter, di “briefing” dulu dengan orangtuanya yang mengatakan bahwa di suntik itu tidak sakit. Ketika si anak di injeksi, dia pun menangis karena sakit dan orangtuanya pun mengatakan “Gak apa-apa. Udah selesai”. Tapi sering kali menemukan anak-anak justru tidak berhenti menangis. Aku membatin bahwa bisa saja sang anak merasa sakit hati karena telah dibohongi. Jadi, tangisan itu bukan tangisan kesakitan secara fisik melainkan sakit hati karena dibohongi. Kalau menurutku, dibandingkan mengatakan “tidak sakit”. Lebih baik mengatakan “Sakit, kok. Tapi sebentar. Setelah selesai gak sakit lagi”

Dan menurutku, walaupun kejadiannya terlihat sepele, namun pasti ada rasa percaya anak yang berkurang pada saat itu. Apabila dilakukan terus menerus, lama-lama rasa percaya anak kepada kita bisa tidak terbangun dengan baik. Puncaknya bisa saja saat remaja nanti anak jadi enggan untuk bercerita kepada kita.

Nah, sebagai ibupreneur yang punya berbagai kesibukan, terkadang kita harus memberikan informasi kepada anak yang mungkin juga tidak menyenangkan bagi mereka. Aku sendiri mengalami saat dimana aku mengatakan harus bekerja sebentar dan meminta izin agar ia bermain sendiri ataupun bermain dengan orang lain dirumah. Namun, aku rasa mengomunikasikan dengan jelas adalah kunci dari membangun rasa percaya anak kepada kita.

Baru-baru ini, aku juga menemukan beberapa strategi untuk membangun rasa percaya anak pada kita dari wahm.com. Ada 7 strategi, yaitu :

Strategi # 1 - Contohkan apa yang kita suruh anak lakukan
Membangun kepercayaan dengan anak bisa dibilang mirip dengan kepemimpinan. Ketika kita meminta anak melakukan suatu hal yang baik, kita sebaiknya memberi contoh terlebih dahulu. Seperti makan sambil duduk, buang sampah pada tempatnya, dll. Dengan demikian anak akan percaya karena kita pun mencontohkan apa yang kita katakan.

Strategi # 2 - Belajar Mendengarkan
Kebanyakan orang dewasa tidak mengembangkan keterampilan mendengarkan yang baik saat berbicara dengan anak-anak mereka sendiri. Ini salah. Anda harus selalu mendengarkan apa yang anak Anda katakan agar Anda mendapatkan kepercayaannya. Jangan menggunakan pernyataan menghakimi atau datang ke diskusi dengan agenda Anda sendiri. Dengan mengetahui bahwa Anda mendengarkan, anak Anda akan merasa lebih nyaman berbicara kepada Anda tentang kehidupannya secara lebih terbuka.

Strategi # 3 - Menceritakan Kebenaran
Memberi tahu anak kebenaran sejak awal akan menghasilkan ikatan yang kuat dan tentu saja, kepercayaan. Sebisa mungkin, katakan apapun secara jujur. Contohnya seperti ketika imunisasi tadi.

Strategi # 4 - Janji tidak boleh dilanggar.
Jangan membuat janji kepada anak-anak Anda jika tidak dapat menepati mereka. Ini bisa menjadi tantangan karena situasi dapat berubah. Namun, tetap berusahalah karena melanggar janji dapat merusak hubungan. Jika tidak dapat ditepati karena ada hal diluar kontrol, sebisa mungkin berikan penjelasan.

Strategi # 5 - Jika memberi hukuman sebagai konsekuensi, benar-benar lakukan.
Jika anak melakukan sesuatu yang salah dan kita memberikan konsekuensi (misalnya tidak membereskan mainan, maka mainannya disimpan dulu), maka benar-benar lakukan itu. Jika tidak, anak akan menganggap itu hanya ancaman belaka.

Strategi # 6 - Menghargai Kejujuran
Jelaskan kepada anak-anak bahwa kita menghargainya ketika mereka jujur. Ini akan membangun hubungan saling percaya antara kita dan anak. Selain itu, kita akan membantu anak menjadi orang yang berintegritas. Katakan bahwa kita menghargai kejujuran yang ia katakan walaupun ia melakukan kesalahan. Sebisa mungkin, apresiasi dulu ketika anak berkata jujur walau itu adalah kesalahan. Hindari respon yang reaktif.

Strategi # 7 - Konsistensi
Jika kita membuat aturan rumah, pastikan kita sendiri menerapkannya. Buatlah anak memahami ekspektasi kita juga. Aturan juga sebaiknya jelas dan tidak berubah-rubah.

Nah kurang lebih itu tadi strategi dalam membangun trust atau rasa percaya anak kepada kita. Semoga bermanfaat ya, bu! :hugs:

1 Like