Membuat 'Jurnal Rasa Sakit', Untuk Melacak Seberapa Jauh Kita Bertumbuh

Mbak Taylor aku pernah sedih yang sakitnya sampai tidak terdefinisikan

Ibupreneur, kita sering mendengar tentang bagaimana kebiasaan menulis jurnal syukur atau gratitude journal dapat melatih kita untuk menumbuhkan kebahagiaan dimulai dari hal-hal kecil. Namun ilmuwan sosial, Arthur C. Brooks belum lama ini menambahkan bahwa praktik menulis jurnal rasa sakit atau pain journal sebagai bagian dari menulis jurnal harian, dianggap sama pentingnya dengan menulis jurnal syukur.

Dilansir dari laman CNBC Make It, Arthur C. Brooks menegaskan bahwa salah satu latihan untuk memahami kebahagiaan adalah dengan memahami apa arti rasa sakit itu sendiri. Arthur, yang juga profesor di Universitas Harvard ini, mendorong orang-orang untuk mencatat jurnal rasa sakit untuk melacak pelajaran apa yang telah dipelajari dari pengalaman menyakitkan yang telah menghasilkan hasil yang positif.

Lima tahapan berikut ini adalah cara untuk dapat menggunakan jurnal rasa sakit sebagai upaya untuk membuat pribadi kita bertumbuh:

Pada akhirnya, dengan menulis banyak hal di ruang-ruang kosong pada pain journal tersebut, Ibu dapat melihat cara-cara yang telah Ibu pelajari dan kembangkan serta manfaatnya ketika Ibu menghadapi rasa sakit**. Niscaya, dengan cara ini keterampilan pemecahan akan masalah menjadi lebih baik.** Lebih dari itu, catatan ini bisa mendukung Ibu untuk beranjak dari pengalaman traumatis. Menurut sebuah penelitian tahun 2018 yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, mengekspresikan perasaan tentang pengalaman yang menyakitkan di atas kertas dapat membantu kita untuk menerima pengalaman tersebut.

Dalam dunia psikologi, menulis buku harian dikenal dengan istilah journaling. Mirip dengan menuliskan buku harian, saat menulis journaling, Ibu hanya perlu menuliskan isi pikiran dan perasaan agar kita bisa memahaminya dengan lebih jelas. Journaling telah terbukti dapat membantu mengurangi stres, depresi, dan kecemasan. Selain itu, journaling juga membantu mengendalikan emosi dan meningkatkan kesehatan mental loh, Bu.

supermeme_23h2_38

Bahkan, studi menunjukkan journaling tiga kali dalam seminggu selama 12 pekan dapat meningkatkan rasa bahagia dan mengurangi gejala depresi pada orang dengan kecemasan. Menulis jurnal secara rutin, juga dapat membantu melepaskan diri dari siklus pemikiran yang obsesif atau sering kita dengar dengan istilah overthinking. Hal ini ditegaskan dari studi pemindaian otak pada orang yang rutin menuliskan perasaan dan catatan harian menunjukkan mereka mampu mengendalikan emosi lebih baik.

Menulis perasaan juga dapat membuat emosi menjadi lebih tenang, Bu. Seperti halnya pain journal tadi, dengan menguraikan masalah dalam catatan harian, dapat membuat Ibu lebih mudah memahami masalah dan menyelesaikan masalah tersebut. Beban pun perlahan berkurang dan stres pun mereda ya Bu. Journaling pun diyakini dapat membuat seseorang menjadi lebih terbuka. Keterbukaan sikap penting yang dapat membantu proses penyembuhan emosional.

Hhhhmmm bagaimana Bu sepertinya ini saat yang tepat bukan untuk memulai pain journal?

Sumber:
Iamreneeonque. (2023, October 7). Keep a “pain journal” to track how much “you’ve learned and grown”, says Harvard Happiness expert . CNBC. https://www.cnbc.com/2023/10/07/how-keeping-a-pain-journal-can-improve-your-overall-happiness.html

5 Likes