Sumber: Amazon.in
Pernahkah Ibu merasa kesulitan mengambil keputusan, dari hal kecil seperti menu masakan hari ini maupun hal besar seperti pemilihan sekolah anak?
Setiap harinya kita sering dihadapkan pada banyaknya pilihan, baik pilihan sederhana maupun pilihan yang jauh lebih kompleks. Hal itu tidak jarang membuat kita bingung. Namun tahukah Bu? ada satu buku menarik yang membahas hal tersebut. Buku tersebut adalah Nudge.
Dalam buku Nudge yang ditulis oleh Richard H. Thaler dan Cass R. Sunstein, dijelaskan bahwa cara kita mengambil keputusan sehari-hari terkadang tidak rasional. Faktor psikologis dan lingkungan tanpa kita sadari mempengaruhi keputusan-keputusan yang kita ambil. Lalu bagaimana kita dapat mengambil keputusan tanpa harus mengorbankan kebebasan dalam memilih?
Apakah itu nudge?
Nudge pada dasarnya adalah suatu konsep dimana dorongan halus dapat membantu seseorang mengambil keputusan dengan lebih baik tanpa harus mengorbankan kebebasan memilih. Dorongan halus ini memanfaatkan cara kerja otak dalam mengambil keputusan dengan mempengaruhi aspek bawah sadar kita.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam buku Thinking, Fast and Slow yang ditulis oleh Daniel Kahneman, otak manusia memiliki 2 sistem berpikir. Sistem pertama adalah otak berpikir secara cepat dan otomatis, sedangkan sistem yang kedua adalah otak berpikir secara lambat dan rasional. Nah, nudging atau dorongan halus ini bekerja dengan memanfaatkan sistem yang pertama. Sehingga kita dapat mengambil keputusan tanpa perlu berpikir keras.
“Nudge Theory: Influences Big Decision with Small Changes”
Bagaimana konsep nudge dapat diterapkan pada pola pengasuhan anak?
Sebagai orang tua, kita tentu saja berharap anak kita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, tidak hanya secara fisik namun juga mental. Penerapan konsep nudge ternyata dapat diterapkan dalam pola pengasuhan anak. Bagaimana kita sebagai orang tua dapat memberikan dorongan halus agar anak membuat keputusan dengan lebih bijak tanpa harus memaksa.
Saya teringat bagaimana saya melatih kedua anak saya untuk menentukan hal-hal sederhana seperti memilih baju dan bekal. Alih-alih bertanya mengenai apa yang mereka sukai, saya cenderung memberikan pilihan atas kedua hal tersebut. Sebagai contoh, dulu di usia 5 tahun, saya sering memberikan pilihan pada mereka apakah ingin memakai kaos warna hitam atau warna biru, atau apakah mereka lebih memilih susu coklat atau putih.
Hasilnya di usia mereka saat ini (12 th dan 10 th), mereka sudah terbiasa untuk menentukan keputusan sendiri dan bonusnya mereka jauh lebih mandiri. Selain konsep nudge ini efektif dalam mengarahkan anak-anak, konsep ini pun tetap memberikan anak-anak kendali tanpa merasa dipaksa.
Kesimpulan: Mengapa Nudge wajib dibaca?
Buku nudge tidak hanya memberikan wawasan kepada kita untuk memahami bagaimana keputusan dibuat namun juga memberikan penjelasan bagaimana perubahan kecil dapat membuat kita mengambil keputusan yang jauh lebih baik. Dengan memahami bahwa lingkungan mempengaruhi pilihan kita, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendorong keputusan yang lebih baik tanpa harus merasa kehilangan kebebasan. Selain itu konsep nudge pun dapat diterapkan tidak hanya dalam pengambilan keputusan sederhana namun juga keputusan yang lebih kompleks. Jadi, apakah Ibu sudah siap menerapkan nudge dalam pola pengasuhan maupun kehidupan sehari-hari?
Rating:
(4/5)
Ditulis oleh: Anggita Damaringtyas