Hi ibupreneur…
Menurut Ibu, bagaimana seseorang bisa dikatakan sebagai ibu yang baik? Rasanya jawaban atas pertanyaan ini tidaklah sama bagi setiap ibu, karena kita memiliki cara pandang dan gaya hidup masing-masing untuk menjadi Ibu yang baik. Seorang Ibu dapat mendidik anaknya sebagai orang baik sebagaimana seorang ibu dapat mendidik anaknya sebagai orang jahat. Baik buruknya seorang ibu sangat menentukan baik buruknya seorang anak. Karena ibu adalah cerminan dari anaknya. Seperti yang diceritakan dalam Drama Korea The Good Bad Mother yang akan saya review di bawah ini.
The Good Bad Mother merupakan serial drama Korea Selatan yang disutradarai oleh Shim Na-yeon yang dirilis pada bulan April lalu. Berkisah tentang seorang Ibu tunggal Young Soon (Ra Mi-ran) yang hidup bersama putranya Kang Ho (Lee Do-hyun). Suaminya meninggal saat Young Soon dalam keadaan hamil, karena dibunuh dan menjadi korban atas ketidakadilan hukum atas penguasa di daerahnya. Untuk menopang kebutuhan hidupnya, Young Soon kembali merintis bisnis peternakan babi yang ia jalankan bersama mendiang suaminya.
Ibu yang tangguh
Young Soon merupakan wanita yang memiliki banyak potensi, ulet dan kreatif. Sejak suaminya meninggal ia harus berjuang keras membesarkan Kang Ho dengan menjadi peternak babi di desanya. Meskipun tetangganya kerap mencemooh Young Soon karena bau babi, dia tidak peduli dan tetap semangat menjalankan bisnisnya. Dengan berbagai tantangan yang menimpa hidupnya, ia mengatasi segala konflik dalam keluarga, berusaha dengan tegas membimbing anaknya di jalur yang benar.
Pola Asuh Otoriter
Sosok Young Soon yang dulunya hangat berubah menjadi ibu yang disiplin dan keras. Kang Ho pun terdidik dengan gaya otoriter. Dia memiliki otoritas penuh tanpa melibatkan pendapat dan perasaan anak. Kang Ho dituntut untuk rajin belajar. Ibunya melarang untuk bermain dan menekuni hobinya. Suatu ketika Kang Ho menggambar, Ibunya dengan sengaja mengambil dan merobek kertas hasil coretan Kang Ho. Bahkan saat makan pun Young Soon selalu mengawasi Kang Ho agar tidak makan terlalu kenyang. Lantaran dinilai akan mengantuk saat belajar. Kang Ho tidak diberikan ruang untuk menentukan masa depannya sendiri. Sejak kecil, Young Soon sudah memdoktrin anaknya menjadi jaksa yang adil untuk mengungkap kematian ayahnya. Meskipun niatnya baik, hal itu membuat Kang Ho merasa tertekan. Dia tidak memiliki kebebasan dalam mengambil keputusannya sendiri. Meskipun pada akhirnya Kang Ho menjadi jaksa, dia menjadi arogan dan tidak punya empati.
Luka pengasuhan anak
Dalam perjalanan pulang dari rumah ibunya, Kang Ho mengalami kecelakaan parah yang membuatnya mengalami amnesia karena benturan keras di kepalanya. Ia tidak bisa mengingat apapun dan hanya mengingat dirinya sebagai anak yang berumur 7 tahun. Akibat didikan keras ibunya di masa lalu dia kembali menjadi Kang Ho yang penurut. Dalam pemulihan setelah bangun dari koma, Kang Ho tidak mau makan karena takut dimarahi oleh ibunya. Young Soon menangis seketika melihat anaknya mengingat perlakuannya di masa lalu, ia menyesal dan berjanji untuk menjadi ibu yang baik untuk kesembuhan Kang Ho.
“Aku dan kamu terhubung sebagai ibu dan anak. Ini adalah hubungan yang istimewa. Jadi aku ingin menjadi ibu terbaik untukmu” - Young-soon
Overall, drama ini memberikan banyak pesan menarik bagi para penontonnya. Dengan menghadirkan cerita yang relate dengan kehidupan kita sebagai ibu, drama ini mengajarkan bahwa penting untuk mengenali dan memahami dampak pola asuh terhadap tumbuh kembang anak. Ibu memang tidak selalu sempurna. Namun di balik ketidak sempurnaan itulah, hadirnya memberikan kekuatan yang hebat dalam hidup.
Ceritanya juga tidak hanya berpusat pada hubungan ibu dan anak, namun juga dibumbui dengan kisah cinta Kang Ho dan Lee Mi-joo. Acting yang apik dari para pemain dan alur cerita yang menarik membuat drama 14 episode ini memiliki rating yang cukup tinggi. Akankan Kang Ho kembali menjadi jaksa dan dapat mengungkap kematian ayahnya? Yuk bu, nonton keseruannya di Netflix!