Mengukir Karya dari Rumah: Peran Ibu dalam Membangun Generasi Tangguh

Pernah nggak sih merasa jadi ibu itu kayak waktu 24 jam sehari masih aja kurang? Pagi-pagi udah sibuk nyiapin anak sekolah, masak, beberes rumah, lalu lanjut kerjaan sampingan yang dikerjain sambil curi-curi waktu di sela-sela kesibukan. Tapi justru dari semua itu, aku mulai sadar: ternyata dari rumah pun, seorang ibu bisa berkarya dan memberi dampak besar.

Kadang, setelah jadi ibu, muncul perasaan kalau mimpi-mimpi yang dulu sempat aku punya harus dikubur dalam-dalam. Seolah setelah menikah dan punya anak, kita hanya fokus pada keluarga, dan selesai sampai di situ. Padahal, aku percaya justru dari rumah inilah segala hal bisa dimulai. Mulai dari jualan online kecil-kecilan, nulis konten, bantu komunitas secara daring, sampai belajar hal baru lewat webinar—semuanya mungkin banget dilakukan asal ada niat, semangat, dan sedikit keberanian.

Aku bukan tipe ibu yang terlalu ideal. Aku juga pernah merasa capek, overwhelmed, dan kadang ingin nyerah. Tapi lucunya, justru saat-saat seperti itu anak-anak memperhatikan. Mereka melihat aku duduk di pojok meja, menulis sambil memejamkan mata sejenak menahan lelah, atau saat aku bungkus-bungkus pesanan sambil senyum meski badan rasanya mau tumbang. Dari situ mereka belajar satu hal penting: ibunya berjuang.

Aku percaya anak-anak belajar bukan cuma dari kata-kata, tapi dari apa yang mereka lihat setiap hari. Ketika mereka tumbuh dalam rumah yang ibunya terus mencoba berkembang, meski dari rumah saja, mereka belajar bahwa kegigihan, semangat, dan kerja keras itu nyata. Bukan cuma teori.

Aku juga makin paham bahwa berkarya tidak harus besar. Bisa posting tulisan secara konsisten, bantu tetangga yang kesusahan, berbagi ilmu di komunitas ibu-ibu, atau menyumbangkan waktu untuk kegiatan sosial—semua itu juga bentuk karya. Dan semuanya memberi kontribusi penting dalam membentuk karakter anak-anak: menjadikan mereka pribadi yang lebih empatik, tangguh, dan peduli.

Akhirnya, buat semua ibu di luar sana, aku cuma ingin bilang: jangan tunggu momen yang sempurna. Mulailah dari yang kecil, dari rumah, dari hal-hal yang kamu cintai. Karena saat seorang ibu berdaya, ia bukan cuma membahagiakan dirinya sendiri—ia sedang membangun fondasi kuat untuk masa depan anak-anaknya.

Dan percayalah, karya besar tidak selalu terlihat dari sorotan lampu. Kadang, karya itu hadir dalam senyuman anak-anak yang merasa dicintai, dipahami, dan diilhami oleh ibunya sendiri.