Menurut aku yang menarik adalah kenapa orang-orang makin ke sini makin banyak minum kopi dan hasil pengamatan kesotoyanku adalah either karena,
-
Social Drinker. Hilih dah kayak alkohol aja. Ehtapi beneran, sih. Makin sini kawula muda nongkinya di warung kopi. Soalnya vibe-nya enak dan ambience-nya itu kan mood-booster ya. Belum lagi wangi kopinya, jadi idea-stimulant, ga sih? Hal pertama yang di-notice pas masuk warung kopi apa? Pasti wangi kopinya yang menyeruak ga sopan langsung ke hidung. Kalau buat aku, belum negak kopinya aja, endorfin langsung nyala tuh, langsung semangat. Nah karena culture ini jadinya cuba-cuba kopi dan jadi tertarik untuk terus build relationship dengan kopi. Soalnya nongki terus di warkop. Kesotoyan ini berdasarkan pengamatan saya terhadap teman-teman ambi saya yang kalau bahas project maunya di warkop mulu dan kerap memfoto cup kopinya disertai sedikit tampakan table-topnya untuk di post di social media 
-
Emang Fanatik. Nahini. Segala macam jenis kopi dicuba dan biasanya punya jenis kopi favorit. Biasanya gamau tuh yang instan-instan. Maunya masak sendiri di rumah pakai segala perkakasnya. Gamau juga tuh pakai perkakas yang logam karena bisa merusak cita rasa kopi. Saya sebetulnya ga fanatik-fanatik banget, sih, tapi sudah mulai cuba-cuba belajar punya beberapa biji yang di rumah (dari soft-grind sampe coarse-grind), dengan beberapa alat standar seperti french press, coffee drip flat bottom (yang murah meriah aja hehe) berikut dengan kertas saringannya, milk frother yang manual maupun yang elektrik, timbangan (ini sih karena usahanya bidang kuliner nutrisi, jadi given) dan… Udah deh gitu aja kayaknya hehe. Ga banyak deng ternyata
Belum sefanatik beberapa teman yang gamau alat-alatnya kena sabun karena merubah cita rasa - berhubung saya borderline OCD juga. Jangan ditiru, tapi buat saya, kopi itu suatu kebutuhan primer (esp black coffee - ga bilang espresso karena masih gagal aja nih bikin espresso sendiri di rumah pake alat yang ada wkwk).
-
Not into it, won’t touch it. Biasanya karena efek samping kopi yang ditimbulkan, seperti berdebar-debar manja, mual, muntah, atau diare. Pasien saya banyak yang gini, sampe saya bisa ambil kesimpulan sendiri, warkop mana nih yang jualan kopi pake biji kopi yang tingkat keasamannya tinggi (ga mesti dari jenis biji kopinya, sih, bisa jadi karena pemrosesannya), tanpa mencoba, hanya dari hasil anamnesis dan pengamatan di tempat praktek.
Sejauh ini tulisan saya ngga menjawab sama sekali ya, Bu, wkwk. Tapi menurut saya, itu aspek yang menarik dari habit ngopi di Jakarta beberapa tahun terakhir. Beberapa tahun lalu kayaknya kopi ga se-mainstream ini. Tapi, menarik banget menurut saya, bagaimana culture ngopi ini berkembang secara cepat beberapa tahun terakhir - dari kawula muda sampai kakek emesh semua minum kupi.
Karena dah disummon Bu @Dian, ikut komen ah hehe
Mungkin pertanyaan lanjutannya, kopinya kopi apa Ibu? Berapa banyak diminumnya? Sebelum minum kopi tersebut ada konsumsi sesuatu? Ada habis bergadang malamnya? Sedang banyak kegiatan di minggu tersebut? Sedang ada masalah dan fikirian? Muncul ngantuknya berapa lama setelah kopi diminum? Ibu pernah didiagnosis memiliki penyakit tertentu? Loh jadi anamnesis 
Pada dasarnya kafein itu stimulan buat sistem saraf kita (otak itu sistem saraf). Jadi, efeknya pada mayoritas orang itu sama, stimulasi sistem saraf (berdebar, anxiety, alertness, irritable, dsb). Ketika tidak memberikan efek seperti lumrahnya, berarti pertanyaan selanjutnya, jika betul kafein yang dikonsumsi, berapa banyak kadar kafeinnya? Jika dibandingkan dengan komposisi lain dari minuman tsb berapa perbandingannya? Jika kadarnya per teori membuat kantuk, jadi tidak mengantuk, ada sebab lain kah mengapa? Karena memang tubuh manusia ini unique, sangat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Kondisi bawaannya, makanannya, aktivitasnya, dan kesehariannya semua berbeda. Itu perlu diketahui untuk menjawab experience Ibu di mana kafein membuat antuk.
Kemungkinan lain adalah, kalau antuk nya setelah sempet alert, mungkin, simply put, tubuh Ibu lelah dengan stimulasi tersebut, lalu ingin istirahat saja.
Masih sangat broad ya Bu ehehe
Dan mohon maap bila tyda menjawab.
Tapi semoga tergrasp dikit maksud saya apa.
Atau mungkin ada sejawat dokter atau allied health profession lain di sini?
Sudah pernah baca riset tentang ini? Karena ini menarik! 
PS. Btw, menurut saya, kopi tidak bisa dijadikan “obat” kantuk. Jadiin kegemaran, bisa, Bu. Kalau semisal mengantuk sepanjang waktu dan cukup mengganggu produktivitas Ibu, kita patut cari tahu penyebab kantuk itu dan harus ada yang di-tweak di keseharian Ibu, sehingga Ibu tidak mengantuk di waktu yang tidak semestinya. Paling mudah, mungkin bisa dicoba untuk konsumsi air putih 35 - 50 cc/ kgBB per-hari dan olahraga 3x/ minggu per-sesi 30 menit minimal, to keep the blood pumped dan jadi fresh and tidak antuk 
Cheers,
Yofara, MD