Tak hanya merayakan Hari Pancasila,
di Bulan Juni ini juga diperingati sebagai Bulan Tempe Sedunia!
Wooow Tempe naek level! Yes, Ibu Ibu kece pasti tahu deh panganan tradisional ini semakin populer dan meningkat kualitasnya. Bukan cuma tempe goreng, tapi buanyaaak macam menunya. Tak terbatas berbahan dasar kacang kedelai, sekarang berbagai kacang seperti edamame, kacang merah, kacang hijau juga bisa banget jadi tempe, hasilnya gemas deh karena bikin penampakannya beragam. Eh bahkan sekarang aja bisa bikin Mie Tempe, Pasta Tempe ga melulu dari kacang-kacangan.
Salah satu pihak yang berhasil boost kepopuleran si makanan synbiotic ini (karena mengandung prebiotik dan probiotik) adalah @tempemovement. Mereka bukan cuma pencinta tempe tapi juga akademisi di bidang Teknologi Pangan, dimana dari tangan mereka juga lahir banyak jurnal penelitian internasional terkait Tempe. Beberapa figur publik juga ikut menambah ketertarikan masyarakat dengan makanan tinggi protein ini.
Tak heran, kalau ngintip di google search, maka kata kunci “Membuat Tempe” itu cukup populer, utamanya di luar Jakarta. Walau sudah lama menjadi makanan asli Indonesia, tapi baru beberapa tahun belakangan ini semakin banyak informasi, tutorial dan kit yang memudahkan kita membuat tempe sendiri. Keuntungannya, terhindar dari penggunaan kacang kedelai hasil modifikasi genetik yang umum dipakai, dan mengurangi import kacang kedelai kan bikin tempenya bisa berbahan dasar macam-macam.
Peluang Bisnis Tempe
Trend ini bukan cuma baik buat pola makan kita ya Bu, tapi juga bisa jadi peluang bisnis nih. Tadi iseng-iseng ku cek ecommerce, ada banyak jenis pertempean yang banyak dibeli, seperti: Keripik Tempe (berbagai rasa, ada yang Honey Butter! omg), Cookies Tempe, Brownies Tempe, Kering Tempe, Nugget Tempe, Abon Tempe, dan buanyaak lagi macamnya. Belum lagi sajian ready to eat yang bisa dibekukan.
Memang ga ada habisnya olahan tempe. Sekarang pun tak hanya jadi komoditas produk pangan tapi bertambah ke produk dan jasa non kuliner seperti aktivitas pembuatan tempe, sampai wisata tempe yang kini sudah ada di Bogor, Depok, Batu, dan beberapa kota lainnya.
“When it comes to food and beverages, Indonesians are looking for healthier options,” Think with google, 2019
Apalagi di masa pandemi, tempe makin dicari sebagai panganan sehat. Di tahun 2020 pun masyarakat Indonesia semakin banyak yang tertarik dengan plant-based diets (meningkat 90%) atau dengan resep-resep JSR yang sering mempromosikan raw tempe organik. Nah kesadaran (dan trend?) ini semakin menambah kepopuleran Tempe di setiap kalangan, bukan lagi cuma jadi side kick nya daging di piring. Wah, tempe aja sekarang punya narasi diri yang baru ya Bu, bukan lagi makanan biasa tapi jadi luar biasa. Sebagai tim Tahu yang loyal, saya sampe rela meningkatkan persentase tempe di dalam menu keluarga.
Jeli Melihat Peluang
Nah, coba dipikir-pikir siapa tau bisnis Ibu bisa ikut andil dalam #tempemovement ini. Misal bisnis Ibu bergerak di bidang kuliner, bisa membuat strategi khusus menyambut “Bulan Tempe” dengan menyediakan produk pertempean. Kalau bisnis Ibu di bidang non kuliner juga bisa “riding the wave” dengan membuat konten Tempe, asal relevan yah bu bikin bridging-nya yang pas.
Bisa juga Ibu membuat kolaborasi dengan brand yang punya produk tempe, misalnya bikin bundling paket Weekend Keluarga : isinya produk aktivitas anak + kripik tempe sebagai cemilannya. Risiko nya pun bisa bisa diminimalisir dengan sistem PO.
Inget kata Park Saeroyi kan “Kolaborasi Itu Kunci”, mari kita bikin Oppa bangga
Ibupreneur bukan cuma jeli lihat peluang bisnis, tapi juga jeli mengamati trend yang (akan) ada. One step ahead, dengan membaca data (misalnya dari Google, Facebook, dll) dan juga “social listening” menyimak apa sih yang netizen mulai ramai bicarakan termasuk juga memantau para Influencer yang sesuai dengan target market-mu. Semangat Ibu!