Halo bu @nadiasarahw , izin setor tugas roleplay JIM Freelance writer #5 ya buu
Menjadi ibu
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak akan merasakan sebersalah ini saat berangkat bekerja.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku bisa lembur menyelesaikan pekerjaan kantor yang belum selesai, makan malam bersama teman kantor, dan berkumpul bersama komunitas.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin tidak apa-apa jika aku hanya menggoreng sosis dan nugget kesukaanku sesuka hati, tidak khawatir akan ada yang meniru pola makanku yang buruk.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku bisa berkeliling dunia? Berjalan kemana pun aku mau, bersama pasangan menonton film yang kami suka, kapanpun, tanpa harus memikirkan akan pulang jam berapa, dan ada yang bisa dititipi anak atau tidak.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin di waktu luang aku bisa kembali menonto reality show korea yang lucu-lucu itu, chill sambil makan cemilan dan minum es coklat kesukaanku tanpa ada yang mengganggu.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin sepulang kerja, aku bisa mandi dengan tenang, tiduran, makan malam dengan pasangan sambil bercanda melepas penat.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin weekend aku bisa mengobrol santai dengan teman, tidak perlu cuci setrika baju-baju kecil dan merapikan lego yang siap terinjak jika tidak dipungut, huft. Melelahkan.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku dan karirku bisa melesat, aku akan menerima tawaran dinas ke luar kota, luar pulau, bahkan luar negeri sewaktu-waktu dan berhari-hari.
Namun,
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak akan menyangka bahwa aku bisa menahan sakitnya melahirkan yang sesakit itu.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak akan merasakan bahwa bahagia bisa tercipta karena hal-hal kecil.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin level bahagiaku tidak akan seperti sekarang.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak akan merasa sesenang ini hanya karena melihat piring makan anakku bersih tanpa sisa nasi sebiji pun.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak akan merasa bangga pada diri sendiri saat anakku bisa bilang “terima kasih, ibu” hanya karena diberi segelas susu hangat.
Jika tidak menjadi ibu, mana mungkin aku merasa sekhawatir ini saat memeluk tubuh kecilnya yang hangat dan mendengarkan rengekannya menahan rasa nyeri dan sakit saat sedang demam?
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak akan merasakan penat dan lelahku hilang melihatnya menunggu di depan pintu dan menyambut dengan antusias saat aku pulang kerja.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak belajar hidup sehat, makan makanan yang lebih bergizi, dengan harapan aku dan suami bisa lebih sehat dan dapat membersamainya dalam waktu yang lama.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak bisa tahan berjam-jam mendengarkan bermacam-macam webinar dokter anak dengan tidak bosan agar aku bisa membersamainya tumbuh dan berkembang.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin aku tidak bisa ikhlas dan menunda mimpiku dengan senyuman tanpa penyesalan.
Jika tidak menjadi ibu, mungkin sabarku tidak akan sepanjang ini setelah pulang kerja harus bermain role play hingga jam tidur tiba.
Mungkin sekarang, aku tidak bisa melakukan hal-hal yang dulu aku suka. Banyak sekali mimpi-mimpi yang tertunda. Namun, kuakui memang aku, prioritasku, dan kesukaanku berubah. Menjadi ibu tidak akan pernah mudah, namun aku bisa tetap belajar. Dan setelah kurenungi, menjadi ibu mengubahku menjadi lebih baik dalam memandang hidup. Memang lelah, namun sama seperti sebelumnya, ini hanyalah sebuah fase, pasti akan terlewati dengan baik, dan akan ada masanya dimana aku bisa akan kembali mengejar ketertinggalan, meskipun hanya dengan berjalan cepat, bukan berlari, karena ada kaki kecil yang membuntuti dan akan kesulitan mengejarku jika aku berlari.