Self-Compassion: Hadiah Terbaik untuk Ibu di Era Serba Cepat
Sumber: freepik.com
Di tengah kehidupan yang berjalan cepat, penuh tuntutan, dan ekspektasi, banyak ibu yang tanpa sadar menaruh beban terlalu berat di pundaknya sendiri. Target menjadi ibu ideal, anak harus tumbuh sempurna, rumah rapi, dapur ngebul, bahkan diri sendiri pun harus tetap tampil prima. Tapi di balik semua itu, sering kali ada satu hal penting yang luput, yaitu self-compassion—belas kasih terhadap diri sendiri.
Self-compassion bukan tentang memanjakan diri secara berlebihan, tapi tentang memperlakukan diri dengan empati, pengertian, dan kelembutan. Sesuatu yang sangat dibutuhkan para ibu, terutama di era yang serba cepat ini.
Kristin Neff, seorang Profesor Psikologi Pendidikan di University of Texas, yang mempelopori penelitian mengenai self-compassion, menyebutkan bahwa ada tiga elemen utama dalam self-compassion:
- Self-kindness
Sumber : freepik.com
Alih-alih mengkritik diri dengan keras saat gagal atau merasa lelah, self-kindness mengajak ibu untuk merespon dengan kelembutan dan pengertian. Seperti halnya menghibur sahabat yang sedang jatuh, ibu juga layak mendapat empati yang sama dari diri sendiri. Contohnya, jika ibu merasa “kurang sempurna” karena tidak bisa mengurus rumah seperti biasanya—daripada berkata “Aku ibu yang gagal,” coba ganti dengan “Aku sedang berusaha sebisaku, dan itu sudah cukup baik.”
- Common humanity
Sumber : freepik.com
Semua manusia, termasuk ibu, pasti pernah mengalami kesulitan, kesalahan, dan rasa tidak cukup. Ibu tidak sendirian dalam perjuangan ini. Rasa lelah, sedih, atau frustrasi adalah bagian dari pengalaman manusiawi yang wajar. Dengan perspektif ini, ibu bisa berhenti membandingkan diri dengan “ibu-ibu ideal” di media sosial, dan mulai merasa lebih terhubung dengan sesama ibu yang juga sedang berjuang.
- Mindfulness
Sumber : freepik.com
Ibu dapat memberi ruang bagi rasa jenuh, marah, atau sedih tanpa langsung merasa bersalah atau “tidak bersyukur.” Dengan sadar merasakan dan hadir secara utuh, ibu dapat merespon emosi dengan bijak, bukan secara impulsif atau menutupinya.
Tiga elemen tersebut sangat relevan bagi para ibu yang sering kali merasa harus sempurna dan mengabaikan kebutuhan emosionalnya sendiri. Tetapi, budaya dan anggapan di masyarakat bahwa “ibu harus kuat” masih melekat begitu dalam. Banyak yang merasa bersalah saat merasa lelah, kecewa, atau ingin istirahat. Padahal, mengenali batas diri dan memberi ruang untuk pulih bukanlah kelemahan, justru bentuk keberanian, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga.
Menariknya, saat ini mulai bermunculan ruang-ruang aman dan suportif yang membantu para ibu mengenali pentingnya self-compassion. Salah satunya adalah komunitas Momilenial.id, sebuah komunitas ibu milenial yang hadir sebagai support system para ibu dalam memperbaiki kualitas diri dan keluarga. Momilenial.id menjadi wadah yang tidak hanya fokus pada edukasi parenting, tetapi juga dukungan emosional. Menciptakan ruang berbagi yang penuh empati. Bukan sekadar belajar, tapi juga tumbuh bersama.
Nilai seperti ini juga terasa sejalan dengan semangat komunitas Ibu Punya Mimpi,, tempat para ibu belajar menghidupkan kembali mimpi-mimpi mereka sambil membangun versi terbaik dari dirinya sendiri. Bagi para ibu yang tengah dalam proses bangkit, menemukan jati diri, atau sekadar ingin merasa “cukup” meski belum sempurna, kedua komunitas ini bisa menjadi rumah yang menguatkan.
Self-compassion bukanlah tujuan akhir, tapi proses yang terus dilatih. Saat ibu mampu menunjukkan kasih sayang untuk dirinya sendiri, ia tak hanya lebih kuat, tapi juga memberi contoh penting bagi anak-anaknya: bahwa mencintai diri adalah langkah awal menuju kebahagiaan yang utuh.
Jadi, yuk mulai berbelas kasih pada diri sendiri. Di tengah hiruk-pikuk tugas harian, mari beri hadiah terbaik untuk diri sendiri: jeda sejenak, napas panjang, dan bisikan lembut, “Aku juga manusia, aku mungkin tidak sempurna, dan itu tidak apa-apa.” Sudahkah ibu memeluk diri ibu hari ini?
Daftar Pustaka
- Neff, K. D. (2003). Self-Compassion: An Alternative Conceptualization of a Healthy Attitude Toward Oneself. Self and Identity, 2(2), 85–101.