Sudah Betulkah Acuan Kita Terkait Tumbuh Kembang Anak?

Hai, Ibupreneur! Apa kabar? Semoga sehat-sehat selalu, ya…

Ibu, sudah tahu belum sih kalau membandingkan anak dengan anak lainnya sebetulnya kurang tepat dan kadang melelahkan? Namun, sebagai manusia, membandingkan sebetulnya adalah sebuah tingkah laku alamiah yang dilakukan untuk melihat dimana “posisi” seseorang. Hal ini juga berlaku untuk melihat “posisi” anak kita sendiri.

“Apakah anak kita normal? Apakah kurang atau justru berlebih?”
“Apakah seusianya wajar jika belum bisa banyak bicara? Anak lain bicaranya bisa 4-5 kata”
“Apakah wajar jika berat badannya baru x kg di usia 1 tahun? Padahal anak lain sudah jauh lebih besar”

Sebagai ibu, kita kan perlu tahu apakah anak kita masih “sesuai jalur” atau tidak. Cara paling cepat yang kita lakukan biasanya dengan melihat lingkungannya yaitu anak-anak seusianya. Namun, hal ini sebetulnya kurang objektif karena data anak-anak yang kita lihat itu sering kali tidak cukup menggambarkan keadaan normal atau hanya sebagian dari populasi.

Nah, lalu sebaiknya bagaimana ya? Untuk itu, jangan lupa untuk selalu menggunakan data sebagai acuan agar penilaian kita valid dan objektif, ya. Mau cek BB anak apakah normal atau tidak? Plot lah di KMS (Kartu Menuju Sehat). Ingin tahu kemampuan bicara anak apakah terlambat atau tidak, bisa kontrol rutin dan tanyakan kepada ahlinya atau sekarang bisa juga dengan menggunakan aplikasi PrimaKu atau CDC’s Milestone Tracker. Dengan begitu, kita tidak terlalu insecure namun juga tidak denial apabila memang ada keterlambatan perkembangan pada anak yang harus ditangani oleh ahlinya.

Sekedar sharing, anak pertama saya divonis Failure to Thrive (Gagal Tumbuh) oleh DSA Subspesalis Nutrisi dan Penyakit Metabolik saat usia 1 tahun. Setelah diberikan treatment yang tepat, kenaikkan BB nya tiap bulan sudah sesuai di usianya berdasarkan penilaian dsa tersebut. Sehingga, dosis treatment (yang mana adalah susu tinggi kalori dan beberapa tambahan kalori pada makanan) sudah tidak sebanyak di awal.

Namun, DSA saya bilang, mungkin tidak bisa mengejar terlalu banyak dibandingkan anak lain yg tidak ada riwayat gagal tumbuh. Walaupun pertambahan berat badan sudah catch up dan normal (diatas usia setahun, kurang lebih kenaikan BB 200 gram per bulan dan 2 kg setiap tahun). Beliau sendiri juga tidak bisa meresepkan lebih banyak dosis karena bisa memberikan efek negatif (susu tinggi kalori harus dikonsumi dengan resep dokter dan dosisnya dihitung dengan teliti dan harus tepat)

Saat ini, sesekali saat menimbang anak, pernah juga saya mendengar komentar orang lain bahwa BB anak saya kurang. Namun, karena saya sudah mendapatkan penilaian yang objektif dari DSA nutrisi dan menurutnya sudah cukup, saya memutuskan untuk tidak perlu memusingkan omongan semua orang.

Pernah juga saya mendengar ibu yang khawatir anaknya belum bisa berjalan di usia 12 bulan. Padahal menurut IDAI (pada artikel “Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum pada Anak”, September 2013 pada website idai.or.id) seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18 bulan.

Selain itu, saya ingat sebuah quotes dari Sigmund Freud (seorang tokoh psikologi) yang berbunyi :

“The only person with whom you have to compare yourself is you in the past"

Nah, kalimat ini juga sangat bisa kita aplikasikan pada anak (dan juga diri kita sendiri tentunya). Jadi, kita dapat lebih fokus untuk melihat progres anak dari dirinya yang sebelumnya. Walaupun tidak besar, tapi kita bisa notice perubahan baik yang anak tunjukkan. Asal memang masih mengacu pada data dan tahu tanda bahaya alias “red flag” sehingga harus konsul pada ahlinya, ya…

Kadang mungkin kita sudah tahu acuan yang objektif. Namun, sering kali masih kembali membandingkan dengan orang lain yang kita tidak bisa lihat progresnya secara keseluruhan. Sangat wajar karena kita hidup di era sosial media yang mana mudah sekali untuk “melihat” kehidupan dan perkembangan anak lain. Jangan lupa ya, Bu. Terkadang apa yang dilihat di sosial media itu hanya sebagian dan bukan keseluruhan. Tetap berusaha untuk melihat progres anak kita ya sekecil apapun itu, dan juga potensinya di aspek lain yang mungkin tidak kita notice karena terlalu fokus pada satu aspek saja. Namun, sekali lagi, jangan denial juga kalau memang sudah menunjukkan tanda bahaya atau “red flags”.

Tetap semangat, Bu!

5 Likes

Terimakasih atas sharingnya yang sangat menguatkan, Bu @layalia.fatharani :heart:
Setuju banget Bu… Sebagai orangtua di jaman banjir informasi seperti sekarang, memang perlu banget bisa memilah dan memilih informasi pengasuhan yang berbasis data supaya dapat senantiasa obyektif dalam menilai dan mendampingi tumbuh kembang anak :hugs: