Spoiler alert
Pernah membaca buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini karya Marchela FP? Nah, kali ini saya ingin membahas tentang karya Marchela FP yang tak kalah bagusnya, yaitu Tabi.
Tabi berasal dari Bahasa Jepang yang berarti perjalanan. Sama seperti judulnya, buku ini bercerita tentang seorang gadis berusia 20an tahun yang mencari cinta dan jati dirinya. Ia tak sengaja terbentur pada seorang pria bernama Arshaka, anak pemilik perusahaan. Terdengar klise ya? Perempuan yang terlihat biasa, disukai CEO yang menyamar, saling jatuh cinta, layaknya drama Korea.
Eh, tapi tunggu dulu. Buku ini tak menjual mimpi kok. Ternyata ceritanya tak seperti dongeng pada umumnya. Tabi dan Arshaka yang sama-sama jatuh cinta, tak bisa melanjutkan hubungan karena beda keyakinan. Arshaka memilih pacarnya yang seiman. Tabi pun patah hati, untuk pertama kali. Kalian tahu istilah second choice yang nge-trend sekarang ini? Ya, Tabi ternyata hanya second choice untuk Arshaka.
Tabi mati-matian berusaha menyembuhkan hati dengan cara berkenalan dengan Bastian, seorang penyanyi populer. Lukanya yang belum sembuh, ia paksa sendiri untuk bertumbuh. Bertahun-tahun menjalin hubungan, Bastian tak kunjung menyatakan keseriusan. Satu kaki Bastian ternyata masih terjebak di masa lalu, dan Bastian tak kunjung move on. Tabi memilih pergi, dengan luka yang lebih dalam daripada sebelumnya.
Tabi berusaha memutus rantai hubungan asmara yang tak jelas, dengan menghubungi beberapa psikolog. Pada psikolog ke sekian, ia menemukan jawaban. Alam bawah sadar Tabi ternyata masih menyimpan memori bahwa ia tak diinginkan oleh orangtuanya sendiri. Ia terbiasa dengan kondisi tak diinginkan, sehingga otaknya mencari pria yang terlihat familiar dengan ingatan masa kecilnya. Kalau jaman sekarang, ingatan masa kecil yang mengganggu itu biasanya disebut inner child. Marchela bisa menceritakan bab tentang inner child dengan sangat ringan, tanpa menggurui pembacanya. Ia tak menggunakan istilah-istilah sulit agar terlihat keren (padahal bukunya memang keren lo).
Nasib kemudian mempertemukan Tabi dengan Shaga, seorang politisi muda. Ketika Tabi mulai percaya bahwa cinta sejati benar-benar ada, ia harus terjatuh untuk ke tiga kalinya. Shaga ternyata seorang playboy.
Dalam kondisi remuk redam, Tabi pergi ke Jepang untuk menenangkan diri dan mencari makna hidup.
Selain bercerita tentang cinta, novel ini juga menceritakan tentang persahabatan Tabi dengan teman-temannya, lika-liku hidup Tabi dalam membesarkan bisnisnya, dan juga realita dalam sebuah keluarga. Semua dikemas dalam bahasa yang ringan, membuat kita bisa menyelesaikan novel ini dalam sekali duduk.
Oya, novel ini juga menyertakan berbagai gambar sebagai ilustrasi yang menarik. Novel Tabi mengingatkan saya pada dengan buku The Little Prince karya Antoine de Saint-Exupery. Kedua buku ini sama-sama banyak gambar, banyak menyelipkan pesan tentang kehidupan, dan bisa membuat pembaca terlarut dalam cerita. Rasanya, kita perlu lebih banyak novel dengan ilustrasi di dalamnya deh, agar kita tak bosan membaca ratusan halaman. Ada yang sependapat?
Terakhir, apakah novel ini happy ending? Menurut saya iya. Meskipun Tabi belum menemukan cinta sejatinya, tapi ia sudah berani melangkah untuk memutus rantai inner childnya yang terluka, dan keluar dari zona nyamannya. Jangan bayangkan seperti film Disney atau drama Korea ya, yang definisi happy endingnya adalah dua tokoh utama yang selalu bersatu. Buku ini jelas lain daripada buku romance sejenis. Saya beri nilai 9 dari angka 10 deh.