Tegas Tanpa Ngegas, Yuk Bisa Bu! Review Buku: Disiplin Tanpa Drama

Hai Ibupreneur!

Siapa nih bu yang masih suka ngegas kalau anak tantrum atau ngerasa frustasi saat anak nggak melakukan sesuatu yang kita inginkan dan masih bingung gimana cara supaya anak bisa lebih disiplin?

Toss bu ! Kita samaan!

Sebagai ibu sering banget ngerasa lelah atau kesel saat anak “berulah”. Respon ibu dalam menghadapinya yang kadang kelewat batas malah membuat ibu semakin overthinking apa aku ini udah jadi ibu yang baik belum ya?

Nah menurutku buku Disiplin Tanpa Drama, buku terjemahan berbahasa Indonesia dari “No-Drama Discipline: The Whole-Brain Way to Calm the Chaos and Nurture Your Child’s Developing Mind” karya Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson, ini bisa menuntun para ibu untuk kembali ke jalan yang benar saat menghadapi situasi sulit bersama anak dan memberikan panduan bagi ibu untuk bersikap tegas tanpa ngegas . Dilengkapi dengan berbagai contoh kasus dan penyelesaiannya yang sangat relate dengan kehidupan kita sehari-hari.


Sumber: Andi Publisher

“Disiplin yang efektif artinya kita tidak hanya menghentikan suatu perilaku buruk atau mendukung yang baik, namun juga mengajarkan kemampuan-kemampuan dan memelihara koneksi-koneksi di dalam otak anak-anak kita yang akan membantu mereka untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan menangani diri mereka sendiri dengan baik di masa mendatang.”

Berikut beberapa pelajaran yang aku dapat dari buku ini dan bisa langsung ibu praktikkan:

  • Bersikap tenang

Sebelum memulai untuk menenangkan dan mendisiplinkan anak, yang utama adalah ibu harus bersikap tenang . Bagaimana ibu mau menenangkan anak kalau ibunya sendiri tidak bisa tenang atau terkuasai oleh emosi? Tenangkan pikiranmu bu, tarik napas dalam, dan ambil jeda jika perlu!

  • Bangun koneksi dengan anak

Saat anak marah maka otak bagian bawah (reaktivitas) akan memegang kendali. Sedangkan otak atas (reseptivitas) yang berfungsi untuk pengendalian emosi, mengambil keputusan, bersikap empati, pemahaman diri, dan moralitas baru akan terbentuk sempurna saat anak berusia 20-25 tahun. Bayangkan saat ibu merespon anak dengan marah, maka otak bawah yang akan menguasai semuanya dan hilanglah kesempatan kita untuk mengaktifkan otak atas yang bisa berpikir lebih baik.
Kunci utamanya adalah koneksi , seperti yang dijelaskan dalam bab 3 buku ini. Dengan membangun koneksi, maka kita memindahkan anak dari reaktivitas ke reseptivitas, membantu membangun otaknya, serta memperdalam dan memperkuat hubungan orang tua-anak. Saat membangun koneksi pastikan ibu hadir bersamanya untuk mengomunikasikan kenyamanan, memvalidasi perasaannya, mendengarkan anak, dan membantu mereka merefleksikan apa yang terjadi dengan memberikan batasan yang jelas.


Sumber: Dok. pribadi

  • Bersikap konsisten tapi fleksibel

Dalam mendidik dan mendisiplinkan anak konsistensi ini sangat penting . Konsisten yang baik adalah saat ibu memilih kapan ibu bersikap kaku/tidak bisa dinegosiasi dan kapan ibu membuat pengecualian. Itulah konsisten yang didasarkan pada fleksibilitas dan terbuka terhadap alternatif lain disesuaikan dengan konteks yang terjadi saat itu.

  • Semua pernah melakukan kesalahan

Tidak apa-apa jika ibu belum bisa memberikan respon yang baik saat anak emosi, meskipun sudah segala cara ibu lakukan. Ibu adalah manusia biasa dan tidak ada manusia yang sempurna, bahkan penulis yang ahli dalam pengasuhan pun pernah melakukannya. Tetap cintai diri ibu dan perbaiki kesalahan dengan meminta maaf, maka anak akan belajar dari ibu.

Perlu ibu sadari bahwa proses mendisiplinkan anak ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh latihan dan kesabaran ibu dalam mendidik anak kita. Menjadi ibu itu sudah sulit apalagi dalam mendidik anak kita menjadi anak yang sopan, disiplin, berperilaku baik, dan memiliki empati. Semua ada tantangannya, tapi dengan membaca buku ini aku harap ibu bisa mendapatkan referensi dalam proses itu dan semuanya bisa lebih mudah dilalui.

Gimana bu, tertarik untuk membacanya? Menurutku, ibu harus memasukkan buku ini ke dalam wishlist buku ibu, karena dengan membaca buku ini, Ibu bisa lebih paham situasi anak, bisa merespon anak tanpa ngegas, dan bisa mengarahkan anak dengan lebih baik.

Selamat membaca ya, bu! :smiley:

3 Likes