Urban Farming, Sebuah Konsep Pertanian Ramah Lingkungan di Masa Depan

Halo Ibupreneur ,

Beberapa tahun ke belakang, tren urban farming semakin populer di kalangan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat perkotaan. Terlebih sejak pandemi melanda, kegiatan tanam-menanam ini dipercaya mampu menjaga imun tetap baik karena hati yang bahagia. Urban farming kini tak lagi menjadi sekadar hobi dan gaya hidup, melainkan juga sebuah profesi.

Sebetulnya konsep pertanian urban sudah ada sejak zaman Mesir Kuno sampai dengan Perang Dunia II dan berkembang terus hingga sekarang. Tujuannya saat itu, selain untuk kelestarian lingkungan, urban farming juga menjadi solusi ketahanan pangan pada masa perang dunia.

Urban Farming sendiri jika diartikan adalah bercocok tanam dengan memaksimalkan lahan terbatas seperti di balkon, teras, ataupun pekarangan belakang rumah. Meskipun lahan yang digunakan terbatas, urban farming mampu berkontribusi bagi perkembangan ekonomi seluruh lapisan masyarakat. Selain menyediakan persediaan makanan dengan harga rendah, urban farming juga membuka peluang usaha baik dalam skala kecil maupun besar bahkan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Beberapa tipe urban farming yang banyak diadaptasi oleh masyarakat antara lain:

Hidroponik, yaitu metode pertanian dengan menggunakan air sebagai media tanam (pengganti tanah).

Aquaponik, yaitu sistem pertanian yang mengombinasikan hidroponik dan akuakultur (budidaya perikanan air tawar). Dimana air uang digunakan untuk budidaya ikan berguna sebagai pupuk bagi tanaman.

Vertikultur, yaitu sistem pertanian dengan menanam tanaman secara vertikal sehingga dapat memaksimalkan lahan yang ada. Sistem ini dapat dilakukan dengan menanam di pot, polybag, pipa pralon, botol bekas, maupun ban bekas.

Wall Gardening, hampir mirip dengan vertikultur hanya saja tempat penanaman menggunakan tembok atau dinding. Biasanya untuk tanaman hias.

Seperti halnya pertanian konvensional, urban farming juga memiliki tantangan tersendiri bagi penggiatnya. Oleh karena itu, ibu perlu memperhatikan beberapa hal berikut jika ingin mulai menanam, di antaranya:

  1. Wadah tanaman.

Ibu dapat memanfaatkan kembali barang tak terpakai seperti ember bekas, kaleng bekas, botol air mineral, atau wadah lainnya agar lebih ekonomis dan ramah lingkungan.

  1. Media penanaman.

Ibu bisa menggunakan area tanah pekarangan (jika ada) secara langsung sebagai media penanaman atau menggantinya dengan media tanam lain seperti air yang telah dicampur nutrisi (hidroponik), sekam padi, sabut kelapa, dan lain sebagainya.

  1. Pengairan.

Pemanfaatan air hujan atau air sisa yang layak dapat menjadi alternatif pengairan bagi urban farming .

  1. Tanaman.

Jenis tanaman yang bisa Ibu tanam pun beragam mulai dari sayur, buah, hingga tanaman hias.

Saya sendiri sudah mencoba urban farming di balkon rumah. Sempat mencoba metode hidroponik dan menikmati panennya sebanyak 2 kali, tapi karena saya menggunakan air PAM jadi cukup mempengaruhi perkembangan tanaman. Nah, saat ini saya mencoba menanam dengan tanah yang sudah dicampur pupuk (sekarang sudah banyak dijual di tukang tanaman). Dengan memanfaatkan wadah bekas air mineral, saya menanam jenis tanaman rempah/bumbu dapur seperti kunyit, temu kunci, dan baru beberapa hari ini saya nanem bawang. Maklum bu , harga bawang sedang tinggi. Siapa tau berhasil, jadi bisa dipakai langsung hihi…

Kalau Ibu sendiri sudah mulai menanam apa saja Bu? Boleh dishare tips dan triknya dong untuk saya atau Ibu lainnya yang masih newbie .

Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber.

3 Likes