THE LEAN STARTUP
Kesuksesan bisnis menjadi cerita yang paling menarik diulik, membuat kita terkesima dan tentunya menarik banyak perhatian. Betul, Bu?
Mungkin kita pun sering membaca dan mendengar cerita seseorang yang telah berhasil membangun bisnisnya, padahal lebih banyak bisnis rintisan justru yang harus mengibarkan bendera putih.
Startups Failure Rate-Tech in Asia (2017)
Apa ya yang menyebabkan satu bisnis sukses dan yang lain gagal?
The Lean Startup : Ketika Inovasi Tanpa Henti Menciptakan Kesuksesan Bisnis Secara Radikal adalah buku bestseller yang ditulis oleh Eric Reis (2011) yang menawarkan sebuah konsep terstruktur untuk membangun bisnis dalam berbagai skala. Menurutnya, kesuksesan startup bisa dibangund engan mengikuti proses yang benar, dengan kata lain: BISA DIPELAJARI.
Buku ini adalah proses refleksi dari perjalanan sukses dan gagal beliau dalam membangun startup di bidang teknologi sejak 2003 dan pemikirannya bisa kita cermati di blog: http://www.startuplessonslearned.com
Metode Lean Startup sendiri mulai didokumentasikan pada tahun 2008 dan ini terinspirasi dari sistem lean manufacturing dari Toyota yang revolusioner. Metode yang kemudian beliau bawa ke banyak perusahaan lain sebagai konsultan, dan disanalah Reis melihat bagaimana metode ini bisa membantu para pengusaha, termasuk kita Ibupreneur.
Terkait proses lean manufacturing Toyota bisa dilihat di:Toyota Production System: Kunci Sukses Toyota Menguasai Dunia – Blog Eris),
Lean agar Efisien
Membangun produk atau jasa itu melibatkan banyak penelitian dan pengetesan yang membutuhkan waktu dan tenaga hingga akhirnya siap diluncurkan.
The Lean Start-up mengenalkan sebuah metode yang membantu pebisnis untuk mengembangan produk dalam jangka waktu yang lebih singkat sehingga lebih hemat waktu, biaya dan tenaga.
WOW caranya gimana tuh?
Alih-alih membuat rencana bisnis yang kompleks dan berdasar atas banyak asumsi, Ibupreneur bisa membuat penyesuaian secara konstan dari hasil loop umpan balik yang khas dari The Lean Start-up yatu: Build-Measure-Learn.
Apa tujuan proses Build - Measure - Learn?
Proses ini adalah proses yang fundamental terdiri dari: mengubah ide menjadi produk, mengukur bagaimana respon pasar dan kemudian belajar apakah mesti dilakukan pivot atau tidak.
Apa itu pivot? Pivot adalah bagian dari proses pengembangan bisnis dimana kita mengubah jenis produk/ jasa yang kita tawarkan meskipun fokus bisnis masih berpijak pada visi yang sama.
Seperti kita mau menuju ke suatu tempat namun di perjalanan ternyata macet, maka kita mencari rute yang lebih pas dan tujuannya tetap sama!
Mengapa proses ini perlu ini dilakukan, Bu? Karena seringkali apa yang kita asumsikan belum tentu sesuai dengan kenyataan yang dirasakan oleh orang lain (pasar), oleh karena itu evaluasi berkala menjadi penting untuk dilakukan.
Cocok Untuk Bisnis Ibu
Buku ini cocok untuk Ibupreneur yang ingin atau sudah berbisnis karena kita akan belajar dari tahap menguji ide, membangun fitur minimum, serta tes produk. Selain itu, buku ini menargetkan seluruh skala bisnis dan berbagai jenis service-based ataupun product-based. Seru kan Bu?
Ada banyak kasus dari bisnis nyata yang disajikan oleh Reis dan itu memudahkan kita untuk mengamati berbagai metode yang mungkin digunakan untuk aktivitas harian kita.
Reis menekankan elemen penting dalam kesuksesan produk, yaitu: feedback. Yap! Umpan balik yang berkualitas, Bu
Nah pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah setelah kita mendapatkan feedback yang berkualitas, bagaimana cara kita mengolah feedback itu?
Lanjutkan Dengan Iterasi
Iterasi tuh apa sih?
Iterasi (bukan literasi ya, Bu) adalah proses pengulangan untuk menyelesaikan masalah tertentu.
Kita mengulang terus pembuatan produk berdasarkan feedback yang didapat, lalu siklus ini mengantarkan kita ke penyempurnaan produk/jasa yang memang diinginkan pasar.
Berapa lama prosesnya? Reis yang membangun berbagai startup berbasis teknologi bisa melakukan puluhan kali proses perbaikan lewat eksperimen, tentu beda bisnis beda prosesnya.
Jadi jangan malu ya Bu kalau harus berganti model atau mengubah produk. Nikmati perubahan yang seru ini, Bu!
Yang horor nih Bu, lebih horor dari pipa PAM bocor (maaf curhat :") adalah ketika kita sudah berusaha keras menyempurnakan produk berdasarkan asumsi murni kita…ternyata gak ada yang butuh dengan produk kita.
Sakit tidak berdarah ya Bu, lebih sakit dari sakit gigi atas bawah…
Bisnismu Bukan Produkmu
Berapa banyak orang yang memiliki ide untuk berbisnis? Tapi berapa orang yang kemudian berani memulainya? Lalu membesarkannya?
Entrepreneurship adalah tentang manajemen juga, karena bisnis bukan hanya sekedar produk atau jasa-nya saja. Betul gak Bu? Dari mulai belajar marketing, mengelola waktu, tim dan lainnya, wah banyak!
Jadi Ibupreneur serunya sih karena bekerja sendiri, jadi kita punya beberapa fleksibilitas. Tapi karena fleksibel itu seringkali memilih pekerjaan yang seru saja, tapi urusan pencatatan keuangan, legalitas produk justru luput dari perhatian, hayo siapa yang kaya gini?
“it’s the boring stuff that matters most.” - Eric Reins
Nah loh, inget ya Bu membangun bisnis itu sangat tergantung dari kekuatan manajerial kita. Walau menjadi solopreneur, tetap penting menjaga akuntabilitas seluruh aktivitas bisnismu. Ajak team, atau partner untuk ikut mengawasi progressnya. Yang terbaik sih jika kita memiliki mentor dan group bisnis. Sudahkah Ibu menemukannya?
Mungkin ini saatnya Ibu mengikut program Beasiswa Ibu Punya Mimpi, Bu! (Eh beneran ini bukan iklan!)
Membangun bisnis adalah sebuah petualangan. Sebagai seorang Ibu dengan waktu yang energi terbatas dalam mengejar mimpi kita membangun bisnis, metode Lean Startup ini bisa membantu Ibu cekatan dalam menemukan rute mencapai visi Ibu.
Terimakasih sudah menyimak ulasan Buku ini, Bu!
Terimakasih untuk Bu @Feby yang sudah ngejorokin aku untuk bahas buku ini!