Hai, Mas…
Ingat tidak, saat pertama kakakku memperkenalkan kita di kolom komentar Facebook?
Ingat tidak, saat pertama kamu chat aku?
Aku ingat. Aku ingat bagaimana aku shalat istikharah diam-diam sambil menyebut namamu setiap malam, bahkan siang selama sebulan penuh.
Aku juga ingat. Kala sepupumu tiba-tiba bertanya padaku via BBM, bagaimana tanggapanku jika kamu melamarku, dan langsung kuiyakan begitu saja.
Aku juga ingat. Betapa berdebarnya aku ketika pertama kali kamu datang ke rumahku dan bertemu dengan kedua orang tuaku.
Aku juga ingat bagaimana aku begitu jatuh cinta padamu.
Iya… Kamu.
Kamu, orang yang bahkan belum bertatap muka denganku lalu berani melamarku.
Kamu, orang yang bahkan belum kudengar suaranya, namun selalu kusebut dalam do’a istikharahku.
Ya, sebegitu percayanya aku atas jawaban istikharahku sebulan penuh itu.
Aku percaya, Allah hanya menyiapkan potongan puzzle dengan bentuk paling pas yang dapat melengkapi diriku sepenuhnya sebagai jodoh.
Ya, sebesar itulah kepercayaanku bahwa memang kamulah jodohku.
Dari dulu hingga kini.
Aku tahu, memang hidup bersama denganku bukanlah hal mudah.
Aku si perfectionist yang selalu ingin kamu berusaha maksimal dengan apa yang kamu kerjakan.
Aku si detail yang paling benci sesuatu yang tidak jelas dan abstrak ini pun sering kali merepotkanmu dengan banyak pertanyaan yang mungkin mengganggumu.
Dan banyak hal lain dari diriku yang membuatmu mungkin merasa berat untuk hidup denganku.
Meski nyatanya hidup denganmu pun bukan hal yang mudah untukku. Aku pun sering kali merasakan hal-hal yang kamu rasakan itu.
Namun, apakah aku menjadi ragu atas keyakinanku sebelumnya bahwa kamu adalah jodohku?
Tidak…
Tidak sedetik pun aku ragu atas pilihan Allah.
Tidak secuil pun aku menyesal atas keputusanku menikah denganmu.
Karena aku percaya, Allah memasangkan kita agar kita dapat saling berproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dalam segala aspek kehidupan.
Yaa… kita sedang berproses menjadi pribadi lebih baik.
Karenanya, jangan menyerah pada kehidupan. Pada situasi. Bahkan padaku.
Sebagaimana aku yang tak ingin menyerah padamu, dan pada kehidupan ini.
Hai, Mas…
Tak terasa ya, kita hampir menginjak tahun ke sembilan mengarungi rumah tangga ini.
Meski begitu, nyatanya menjalani suka duka pernikahan selama hampir sembilan tahun sama sekali tidak terasa sebentar ya…
Begitu banyak petualangan yang kita alami bersama. Dari titik terendah hingga bertumbuh bersama telah kita rasakan.
Terimakasih, telah menemaniku bertumbuh bersama sejauh ini.
Terimakasih telah berusaha saling menyesuaikan dan belajar bersama.
Terimakasih atas telah menjadi ayah dari anak-anakku.
Teruslah bersama kami, menjadi ayah dan suami yang selalu hadir di sisi kami.
Maaf atas segala kekuranganku.
Maaf atas segala kesalahanku.
Bahagia.
Ya, mari kita selalu berbahagia bersama apapun keadaan kita.
Semoga kita selalu berbahagia dalam menjalani kehidupan ini.
Berbahagia di kehidupan dunia, maupun akhirat.
Bekasi, 25 Juli 2023.
Dari Istrimu, Gina Sabrina.
#Challengesuratcintaibu
#Ibupunyamimpi