Challenge Rumii bulan Juli

Haii ibu-ibu…
sudah masuk minggu kedua bulan Juli nih bu…

bagaimana kabar ibu hari ini?
sudah mulai riweuh dengan anak yang mau masuk sekolah ya bu…
yuk gandengan tangan bu…

untungnyaa…dalam keseharian kita pasti bahu membahu sama pasangan ya bu…
secara langsung maupun tidak langsung,. pak suami memberikan bantuan dan supportnya bagi kita.
Nah, tak jarang karena kesibukan baik domestik maupun profesional, kita suka ga sadar kan bu kalau mungkin kita lupa berterima kasih sama pasangan.
Nah, spesial Juli ini, Rumii mengadakan challenge menulis bertajuk “Surat Cinta Ibu Untuk Pasangan”

Waah apa an itu? seumur-umur mungkin ada ibu yang belum pernah bikin surat cinta untuk pasangan…
tapi mungkin juga ada yang hobinya menulis, jadii kalau cuma bikin surat sih gampaaang…
hehhehe

nah, makanya… kini saatnya Ibu ditantang untuk bikin surat kepada pasangan kita, cek syarat-syaratnya di poster berikut ya bu…


posting surat cinta Ibu dari sekarang sampai tanggal 25 juli 2023 pukul 23:59 WIB.

pemenangnya akan mendapat hadiah kelas gratis JIM IPM bulan depan, dan bakalan diundang untuk sharing di acara Live Zoom
“Happy Hour” tanggal 28 Juli 2023 lho…gimana bu, asik banget ga tuh,?
yuk bu… gercepp ikutan. kami tunggu yaa

“What I’m Not Talked about, When I Talk About You”
by : Putri Dwi Rizky

Hai hello A, hehe aslinya agak gimanaa gitu nulis surat cinta ini. Rasanya kaya “ah gak aku banget” tapi gapapa, let’s do this.

Berawal dari temenan, ehhh sampe jadi mempelai kita di pelaminan….Kalo kata Pamungkas, kita saling sayang sampe ke tulangnya (CIEILAH). Agaknya kita sama-sama 3in1 untuk satu sama lain. Temen iya, pacar iya, suami - istri iya. Kadang, masih agak merinding disko juga si menyebut jabatan masing-masing sebagai suami dan istri. Di dunia kita berdua, masih ada rasa percaya gak percaya kalo masing-masing jabatannya udah yang paling pro.

Kalo kata orang, pernikahan kita kan baru 1,5 tahun ya A. Masih seumur jagung ceunah. Masih mudaaaa banget. Masih terlalu banyak lah inyi minyi gemes gemesnya. NAMUN, selama 1,5 tahun ini kita berproses, kita tumbuh. Dan aku, sangat mengapresiasi segala usaha yang kamu lakukan untuk kita. Untuk pernikahan kita.

Aku happy karena diantara semua keterbatasan yang ada, kamu selalu berusaha supaya aku bahagia. Kamu selalu punya cara untuk wujudin apa yang aku mau. Kamu selalu siap jadi “tameng” setiap kali sesuatu hal terjadi sama aku. Terlebih, kadang aku lupa kalo disaat kamu nguatin aku….sebenarnya, kamu pun ingin dikuatkan. Kadang aku cuma fokus sama sisi emosional aku sendiri. Maaf ya, kadang aku lupa kalo, sekuat apapun kamu, ya kita berdua sama. Sama-sama manusia.

Aku selalu punya doa pas aku masih muda belia. Aku berdoa supaya suatu hari nanti aku memiliki suami yang supportif, sefrekuensi, dan super asik. Yang selalu hadir. Dulu sih, mikirnya ini kaya terlalu mendikte Tuhan. Terlalu menuntut Tuhan ini itu soal pasangan. Tapi, Tuhan kan bersabda “Berdoalah kepadaKu, Niscaya akan Aku kabulkan” (QS. Ghafir Ayat 60). Dan ternyata, benar. Tuhan Maha Baik karena mengabulkan doaku dalam bentuk kamu.

Aku bahagia A. Aku gak salah terima lamaran. Kamu hebat. Aku bangga sama kamu.

Terimakasih ya karena kamu menjadi tempat ter-aman dan tempat yang selalu bisa menerima aku apapun bentuknya. Aku bersyukur, karena kamu……ada.

Pusat tata surya kan matahari ya A, nah pusat tata suryaku itu kamu. Kalo kata pujangga- pujangga si “tanpamu, aku oleng”. Hehe. Atau, dalam pepatah bahasa Inggris “You are the center of my gravity”. Salah satu sumber semangatku, yaaaa kamu.

A, aku nulis surat cinta ini buat kamu. Aku terlalu malu (dan gengsi hehe) buat ngomong langsung. Aku gak siap aja ngerasa kikuk depan kamu. Takut banget loh kak. Takut aku jadi blushing terus salah tingkah. Jadi, baca ini ajaya hehehehe.

A, terimakasih karena kamu selalu hadir. I love you, Geminiku.

#challengesuratcintaibu #ibupunyamimpi

6 Likes

Teruntuk laki laki yang ku sebut suami,
Ayah dari 2 anak sholih,
yang ku temui di saat hati ku sedang patah patahnya.
Laki laki yang berani beraninya datang membawa janji beserta sekaligus keluarga inti :smile:
Iyaaaa “menikahiku” :white_heart:

Jujur aku tdk sedang jatuh cinta saat memilihmu, biasa saja.
Sedang ku pertimbangkan baik baik pilihanku, terfikir panjang bahwa aku tidak sedang memilih seorang suami saja, tapi juga ayah untuk anak anak ku nantinya.
Sampai pada waktu aku tau bahwa begitu mulia caramu meratukan ibumu, maka keraguanku berubah menjadi yakin akan nanti nya kamu memperlakukan ku dan anak anak ku dengan sikap yg juga mulia.
Tapi aku salah, karena bukan hanya sekedar mulia kau meratukanku, ternyata usahamu tak kalah hebat untuk mewujudkan apa apa yang aku inginkan tanpa tapi dan tanpa nanti.

Namun anehnya banyak orang yang berkata bahwa kau beruntung memiliki ku, wah mereka sebenarnya hanya tdk tau bahwa aku yang jauh lebih beruntung :smile:
Betul, di luar sana memang banyak pria mapan dan tampan yang membuat wanita menatap, tapi hanya pria yang berakhlak baik yang mampu membuat wanita menetap.

Untuk itu berapapun sisa hidupku, aku tidak ingin menyia nyiakan dengan ketidak patuhanku, dengan dua alasan, pertama aku tidak ingin merugi jika kelak di surga aku bukan salah satu bidadari mu, dan yang kedua aku tidak ingin membuat para bidadari surga marah kepadaku, sebab Allah hanya menitipkanmu sementara kepadaku, sedang yg kekal nantinya adalah suami yg Shaleh bersama para bidadari surgaNya.
Maka dari itu ada semoga yang tidak pernah terlepas dari bibirku, semoga bersama sehidup sesurga. Aamiin Allahhumma Aamiin.

  • Dari istrimu yang selain hobi makan dan masak, juga hobi menulis semua tentangmu, membahasakan mu, dan memberi terjemahan yang pas untuk mu *eaaak -

#challengesuratcintaibu
#ibupunyamimpi

3 Likes

Hai sayang,
Setelah menjalani hubungan mulai PDKT sampai pernikahan, sepertinya belum pernah aku mengungkapkan perasaanku ya, apalagi menulis surat cinta. Setelah kupikir-pikir, sepertinya ini surat cinta pertamaku bukan hanya buat kamu. Tetapi sepanjang usiaku saat ini.
Sudah berapa tahun hubungan kita? 7 tahun? lebih? bahkan aku lupa kapan kita mulai dekat.
Aku ingat kita saling kenal dari temanku yang ternyata temanmu juga. Padahal kita satu fakultas. “Saat pendaftaran, aku melihatmu deh kayaknya”, katamu dengan tidak yakin pada suatu hari. Padahal aku jelas tidak ingat siapa yang kutemui selain dosen yang melakukan wawancara.


[Gambar: Nonton ditengah sibuknya jadwal mudik lebaran]

Ohh, tapi aku ingat bagaimana kita menjadi semakin dekat dan sering pergi berdua. Dari adanya diskon harga nonton di bioskop. Ya, aku akhirnya menemukan partner buat nonton seminggu sekali di hari Senin. Sebelum kenal kamu sih lebih sering ke bioskop dan nonton sendirian. Mulai dari situ, sepulang nonton kita makan bersama dan tidak terasa waktu berjalan begitu cepat sampai aku mau lulus duluan. Lalu…
Kamu menawarkan buat nikah sama kamu tapi dua tahun dari aku lulus. Tanpa berpikir aku meng-iya-kan. Apa saat itu aku sudah memiliki perasaan sama kamu ya? Entahlah, aku tidak yakin, tapi mungkin sudah karena kenapa juga aku mengiyakan tawaran mu. Aku ingat, semenjak hari itu kita lebih sering membicarakan hal-hal serius seperti keuangan dan skala prioritas saat nanti telah menikah seperti merayakan ramadhan. Ini karena jauhnya kampungmu dengan kampungku.


[Gambar: Sebelum berkembang, seminggu setelah menikah]

Dua tahun berlalu dengan cepat, akhirnya kamu datang meminangku. Walaupun harus menyeberang pulau dan butuh toleransi budaya, kamu tetap memilihku. Kamu memenuhi janjimu. Terima kasih yaaa…
Jika kata orang pernikahan itu bahagianya di tahun-tahun pertama saja, aku tidak setuju. Selama lima tahun usia pernikahan, aku masih merasa kita pasangan pengantin baru setiap harinya. Aku berharap kamu merasakan hal yang sama. Meski sesekali kamu bilang, aku lebih manja, rewel dan lemah setelah menikah denganmu.
Sebenarnya aku tidak bermaksud menjadi manja, rewel dan lemah. Tapi, karena aku percaya dan nyaman di dekatmu. Aku manja karena kamu selalu meladeni segala ketidakjelasan yang kulakukan. Aku rewel hanya saat aku merasa kesepian dan kamu tidak melakukan apa yang sudah kita sepakati sebelumnya (kamu lupa menyapu lantai setelah aku beresin belanjaan). Dan untuk lemah, mungkin ini bisa dibilang lumayan sering sakit ya. Ini jawabannya kamu juga tau, semenjak menikah dengan mu, aku bertambah lebih dari 10 kg dan tidak beraktivitas banyak. Bukankah ini salah satu tanda kemakmuran yang kamu berikan selama pernikahan?
Yang, aku benar-benar bersyukur kamu telah memilihku untuk menjalani hidup bersama. Mungkin akan lebih lama daripada yang kamu jalani bersama orang tuamu. Terima kasih kamu selalu hadir bukan hanya secara fisik sampai saat ini. Kamu juga selalu mendukung keputusanku untuk belajar hal-hal baru dan menemani setiap langkahku bertumbuh. Dan yang paling membuatku bahagia hanya dengan mengingatnya saat menulis ini. Kamu sering bilang kalau aku hebat, cepat belajar dan selalu membuat masakan enak yang bisa juga kamu rindukan saat kutinggal mengunjungi kampung halamanku cukup lama.


[Gambar: Terbaru, sudah sama bulatnya]

Yang, mungkin sekitar 7 tahun lalu aku belum yakin dengan perasaanku. Tetapi, sekarang aku sudah amat yakin. Aku telah benar-benar membangun cinta bersamamu. Kamu tidak pernah membuatku jatuh cinta, karena jatuh itu sakit. Kamu telah membuatku selalu bahagia saat bersamamu. Kehadiranmu yang selalu membersamaiku, apapun kondisiku, telah membangun perasaan cinta di dalam hatiku. Penutup surat cintaku, bukan hanya aku yang hebat. Kita berdua hebat bisa bertumbuh sejauh dan se-”besar” sekarang.

P.S: Karena ini surat cinta pertama yang aku buat, maklumin aja ya kalau tidak romantis.

[Sayang kamu😘]

#challengesuratcintaibu
#ibupunyamimpi

4 Likes

Dear you,
Kata orang jodoh itu mirip. Hhmm, menurutku sih… ga sepenuhnya benar. Bukannya aku sinis, tapi apa aku harus punya kumis, dan kamu mesti ‘ngalis’ supaya kita mirip? :laughing:.
Selain tampilan fisik yang ga serupa, ternyata makin dijalani, makin tersadar bahwa kita memang dua pribadi yang berbeda.

Kamu otak kiri, dan aku otak kanan.
Aku pecinta manis, kamu si micin abis.
Aku suka singkong, kau suka keju… *you sing, you lose. Maaf lawas banget :stuck_out_tongue_winking_eye:.
Dan masih banyak kontradiksi diantara kita.
Jadi, mirip bukanlah alasan kita berjodoh. Tapi memang algoritma Allah yang mempertemukan kita.
Perbedaan itu, adalah fitrah yang Allah ciptakan untuk menyatukan. Untuk saling mengisi ke-alfaan di diri masing-masing. Kompromi dan komunikasi jadi solusi, sesekali berbeda pandangan bukan masalah. Lalu ingat, setelah itu kamu yang minta maaf duluan yaa :laughing::v:t2:.
Terimakasih telah berjuang mengisi apa yang tidak ada di diri ini.
Terimakasih telah menjadi medan magnet utara, untuk aku si medan magnet selatan.
Terimakasih, ku akui kamu orang yang sabar menghadapi keras kepalaku. Karna kurang keras kepala apa lagi, Allah sudah memberiku bentuk alis, aku masih menggambarnya ulang :face_with_hand_over_mouth:.
Ada hal yang perlu kamu ingat. Kamu memang tidak melahirkan buah hati kita. Tapi kamulah orang pertama yang melantunkan azan di telinga, mengenalkan Allah kepada mereka.
Kamu memang tidak menyusui mereka, tapi dengan izin dari Allah, dari hasil kerja kerasmu jugalah anak-anak tumbuh dan berkembang.
Keberadaanmu, juga bernilai.
Yaa, walau kamu ga akan bikin insta story tentang suratku ini dengan caption “istriku bidadari surgaku”. Ku tahu, aku adalah orang pertama di tanda pesawatmu :smiling_face::laughing:.
Sekali lagi, terimakasih dan love you.

Ps : Surat ini bukan kode untuk minta tas atau sepatu baru. Bukan juga kode untuk “Voucher Spa bisa kaliik”. Serius, bukan itu.
Tapi kalau kamu mau ngasih juga ya… masa siih, aku ga terima :stuck_out_tongue_winking_eye:.


#challengesuratcintaibu
#ibupunyamimpi

1 Like

Link challenge:
Challenge Surat Cinta Ibu



1 Like

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Adek mau nulis surat buat Mamas, nih! Dulu kita saling kenal di Bulan Juli 2019 saat sosmed udah merajalela. Jadi ga pake surat-suratan lagi. Langsung cus WA. Tapi di WA pun Adek cerita panjang lebar. Untung Mamas sabar nanggepin.

Sampe sekarang Adek masih mikir, “Kok bisa dulu Adek setuju dengan ajakan menikah Mamas? Padahal kan kita belum saling kenal?” Aneh bin ajaib pokoknya. Mana sebelumnya Adek ngobrol masalah ta’aruf sama temen Adek. Nanyain, “Kok bisa sih orang ta’aruf? So, she will live with stranger?” Dan hal ini kejadian di Adek. Sontak Adek jadi bahan candaan.

Dulu Adek mikir kalau Adek bakal nikah di umur 30+. Soalnya Adek pengen lanjut belajar dan kerja. Terus, belum ada cowok yang deketin Adek pula.

Pertengahan Juli 2019 lalu Adek hadir di wisudanya si bungsu di Jakarta. Nah, dia tuh udah ketemuan sama keluarga calonnya. Keluarga Adek langsung ketar ketir khawatir Adek bakal dilangkahin. Adek malah pasrah aja. Woles. Karena Adek masih punya hal-hal yang pengen Adek lakuin dan Adek yakin sama takdir Allah. Pasti dia datang di saat yang terbaik.

Dan akhirnya Mamas sekeluarga tiba-tiba dateng minta Adek. Satset, akhir Desember 2019, kita nikah. Lebih dulu dari si bungsu. Sangking cepatnya proses dan Adek ga andil apa-apa, Adek jadi ragu kita beneran mau nikah apa nggak. Hihihi.

Alhamdulillah, tahun ini pernikahan kita menuju tahun ke 4. Kita juga dikaruniai putra dan putri sama Allah. Lengkap banget ya, Mas.

Menikah dengan Mamas mengajarkan Adek indahnya mencintai dan dicintai. Adek ga pernah ngerasa sesedih itu saat ditinggal. Padahal pergi kerja doang. Apalagi pas Mamas ke luar kota. Huft. Tiap hari rasanya mellow terus. Pengen nangis tapi malu di depan anak.

Sekarang, suara kendaraan Mamas yang masuk ke gerbang jadi simfoni terindah di telinga Adek. Auto berbunga-bunga deh. Adek juga seneng banget kalau weekend dah dateng. Bisa seharian bareng meski ga ngapa-ngapain.

Adek bersyukur menikah sama Mamas. Mamas ga pernah nuntut Adek macem-macem. Ga masak juga ga masalah. Malah kadang Mamas gantiin Adek masak. Terutama waktu Adek mual-mual dan sakit.

Rumah juga seringnya kayak kapal pecah karena Adek kurang telaten ngurus rumah. Butuh dorongan kuat buat sekedar beberes dan bersihin rumah. Adek jadi ngerasa ga becus.

Tapi Mamas selalu bilang ke Adek kalau Adek udah cukup hebat. Adek punya banyak kelebihan dan ga kalah sama cewek-cewek di luar sana. Ga salah ya? Mamas aja kali yang bucin…

Makasih ya, Mas. Udah mau nerima semua yang ada di diri Adek. Sabar ngehadepin kurang-kurangnya Adek dan kesalahan yang Adek lakuin.

Jadi inget deh kita sering berdebat waktu beli barang. Adek mau beli yang seadanya aja, Mamas pengen yang bagus sekalian. Pas nikahan si bungsu kemaren, Adek kaget banget pas tau Mamas udah nyiapin yang mau Adek pake dari ujung kepala sampe kaki. Ya ampuuunnnn…

Adek seneng banget kita punya banyak kesamaan. Sama-sama suka baca komik, nonton anime, nonton drakor juga. Padahal Adek kira hobi-hobi ini bakal Adek lupain setelah nikah nanti. Eh, malah makin lanjut ya. Meski sekarang Adek berhenti dulu karena susah bagi waktunya. Kadang-kadang aja kita nobar movie di laptop setelah anak-anak tidur.

Adek juga kagum sama Mamas. Mamas tuh keren ya! Anak-anak lengket banget sama Mamas. Dari Mamas, Adek sadar kalau quality is better than quantity. Meski ga selama Adek, Mamas selalu meluangkan waktu untuk bener-bener fokus sama anak-anak. Adek seneng banget denger suara anak-anak ketawa pas main sama Mamas. Adek perlu banyak belajar buat mindful ketika ngasuh anak dari Mamas, nih! Kan Adek pengen anak-anak deket juga sama Adek.

Akhir kata, Adek berharap semoga kita berumur panjang dan Allah berkahi bahtera rumah tangga kita. Ada banyak hal yang pengen Adek lakukan sama Mamas. Adek pengen duduk berdua sama Mamas di pelaminan anak-anak kita kelak. Melihat anak-anak mandiri dan memiliki keluarganya sendiri. Adek juga pengen menyambut hari tua dengan obrolan ringan di pagi hari sama Mamas. Tentu aja kita juga bakal fokus untuk ningkatin ibadah bareng sebagai bekal di akhirat nanti.

Kiranya, sekian dulu surat Adek. Meski tiap hari ngobrol, kalau nulis surat tuh rasanya beda. Jadi leluasa ngomong. Hehe.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PS: I love you.

#challengesuratcintaibu
*#ibupunyamimpi

4 Likes

Hai, Mas…

Ingat tidak, saat pertama kakakku memperkenalkan kita di kolom komentar Facebook?
Ingat tidak, saat pertama kamu chat aku?

Aku ingat. Aku ingat bagaimana aku shalat istikharah diam-diam sambil menyebut namamu setiap malam, bahkan siang selama sebulan penuh.

Aku juga ingat. Kala sepupumu tiba-tiba bertanya padaku via BBM, bagaimana tanggapanku jika kamu melamarku, dan langsung kuiyakan begitu saja.

Aku juga ingat. Betapa berdebarnya aku ketika pertama kali kamu datang ke rumahku dan bertemu dengan kedua orang tuaku.

Aku juga ingat bagaimana aku begitu jatuh cinta padamu.

Iya… Kamu.
Kamu, orang yang bahkan belum bertatap muka denganku lalu berani melamarku.
Kamu, orang yang bahkan belum kudengar suaranya, namun selalu kusebut dalam do’a istikharahku.

Ya, sebegitu percayanya aku atas jawaban istikharahku sebulan penuh itu.
Aku percaya, Allah hanya menyiapkan potongan puzzle dengan bentuk paling pas yang dapat melengkapi diriku sepenuhnya sebagai jodoh.

Ya, sebesar itulah kepercayaanku bahwa memang kamulah jodohku.

Dari dulu hingga kini.

Aku tahu, memang hidup bersama denganku bukanlah hal mudah.
Aku si perfectionist yang selalu ingin kamu berusaha maksimal dengan apa yang kamu kerjakan.

Aku si detail yang paling benci sesuatu yang tidak jelas dan abstrak ini pun sering kali merepotkanmu dengan banyak pertanyaan yang mungkin mengganggumu.

Dan banyak hal lain dari diriku yang membuatmu mungkin merasa berat untuk hidup denganku.

Meski nyatanya hidup denganmu pun bukan hal yang mudah untukku. Aku pun sering kali merasakan hal-hal yang kamu rasakan itu.

Namun, apakah aku menjadi ragu atas keyakinanku sebelumnya bahwa kamu adalah jodohku?

Tidak…
Tidak sedetik pun aku ragu atas pilihan Allah.
Tidak secuil pun aku menyesal atas keputusanku menikah denganmu.

Karena aku percaya, Allah memasangkan kita agar kita dapat saling berproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dalam segala aspek kehidupan.

Yaa… kita sedang berproses menjadi pribadi lebih baik.
Karenanya, jangan menyerah pada kehidupan. Pada situasi. Bahkan padaku.

Sebagaimana aku yang tak ingin menyerah padamu, dan pada kehidupan ini.

Hai, Mas

Tak terasa ya, kita hampir menginjak tahun ke sembilan mengarungi rumah tangga ini.
Meski begitu, nyatanya menjalani suka duka pernikahan selama hampir sembilan tahun sama sekali tidak terasa sebentar ya…
Begitu banyak petualangan yang kita alami bersama. Dari titik terendah hingga bertumbuh bersama telah kita rasakan.

Terimakasih, telah menemaniku bertumbuh bersama sejauh ini.
Terimakasih telah berusaha saling menyesuaikan dan belajar bersama.

Terimakasih atas telah menjadi ayah dari anak-anakku.
Teruslah bersama kami, menjadi ayah dan suami yang selalu hadir di sisi kami.

Maaf atas segala kekuranganku.
Maaf atas segala kesalahanku.

Bahagia.
Ya, mari kita selalu berbahagia bersama apapun keadaan kita.
Semoga kita selalu berbahagia dalam menjalani kehidupan ini.
Berbahagia di kehidupan dunia, maupun akhirat.

Bekasi, 25 Juli 2023.
Dari Istrimu, Gina Sabrina.

#Challengesuratcintaibu
#Ibupunyamimpi

4 Likes