Mengatur Keuangan Pribadi vs. Keuangan Bisnis

Halo Buibu Hebat!

Aku mau ngingetin, nih, hari Kamis besok, tanggal 24 September jam 19.00 WIB akan ada Live Chat bareng Ibu @Dian Savitri. Kebetulan Bu Dian ini adalah salah satu Ibu Punya Mimpi Batch 2. Bu Dian ini Founder @investingmom.id, sebuah akun di Instagram yang ngeshare banyak konten edukatif seputar literasi investasi dan me-manage uang secara umum untuk para Buibu. Cucok ya Buibu.

Kemarin aku sempet lihat ada iklan kulwap (Kuliah Whatsapp) tentang pengelolaan keuangan pribadi. Berbayar, Ibu-Ibu. Bu Dian akan share seputar mengatur keuangan pribadi, and on top of that, menyinggung juga tentang pengaturannya dengan keuangan bisnis kita.

Yuk, Ibu, dipergunakan kesempatannya untuk bertanya ke Bu Dian :hugs:
Silahkan Buibu :yellow_heart:

9 Likes

Hai ibu @Dian! Mau tanya,

  1. Gimana sih step2 awal kita untuk bisa misahin uang bisnis dan pribadi? Krn seringkali ketika mulai bisnis, rekening bisnis masih menjadi satu dgn rekening pribadi.
  2. Ada gak sih do’s and don’ts nya kalau uang bisnis dan pribadi masih membaur di satu tempat?

Terima kasih ibu :heart_eyes:

3 Likes

Halo ibu @Dian , mau tanya :

Kalau bisnis yang kita jalanin merupakan penghasilan utama untuk kebutuhan rumah tangga/pribadi, gimana kah cara memanage yang tepat supaya tetap sesuai dengan cash flow? Dan gimana caranya supaya kita ngga “tergoda” mengganggu keuangan masing2. Seperti contohnya begini, “wah bisnisku kayanya butuh asupan dana nih aku ambil dari uang pribadi deh, atau sebaliknya duh aku belum bayar listrik nih, aku ambil dulu deh dari uang bisnisku”.

Terima kasih ibu :hugs:

4 Likes

Hai bu @Dian , jika kita sudah bedakan bank account tuh antara pribadi dan bisnis yaa, khususnya di masa pandemic yang tidak ter-prediksi ini, wise gak sih kalo terpaksa harus ambil sedikit dana di Keuangan Bisnis untuk menutup kebutuhan primer keluarga? Kebetulan, just happened to one of my friends. Crucial sekali, krn untuk bayar sekolah anak and I couldn’t say it’s okay or not about it. Pgn tau aja dari pandangan ibu bagaimana… thanks :pray:

5 Likes

Halo Ibu!
Wah, sudah banyak yang bertanya ya :blush:
Terima kasih Ibu @Fathya, Bu @viviliaan, dan Bu @celicasbkt untuk pertanyaannya :yellow_heart:

Nah, untuk mentrigger pertanyaan-pertanyaan lagi, Bu @Dian Savitri sudah membuat materi dalam bentuk slide ditemani dengan penjelasan singkat melalui video Youtube. Saya share di sini ya.

Slide Materi Mengatur Keuangan Pribadi vs. Keuangan Bisnis

Berikut rekaman singkat yang Ibu bisa tonton untuk membantu Ibu memahami slide lebih baik lagi:

Video Materi Mengatur Keuangan Pribadi vs. Keuangan Bisnis
Silahkan lansung klik tombol play, ya, Ibu :hugs:

Selamat menyimak, Ibu. Ditunggu lagi, loh pertanyaannya sebelum malam ini pkl 19.00 WIB kita akan Live Chat di sini dengan Ibu @Dian Savitri :hugs:

Cheers,

:unicorn: :unicorn: :unicorn:

4 Likes

Halo Ibu hebat!
Selamat malam :blush:

Sebentar lagi kita mulai sesi Live Chat dengan Bu @Dian Savitri yaa :hugs:

Bu @Dian mksh banyak materinya
Mau tanya, ketika usaha kita sudah ad pembukuan sendiri, trs kita ad bisnis baru yg beda banget itu baiknya di pisah ap di satuin gpp?
Kyk aku usaha konveksi tas sm satu lg jual beli preloved… mksh

2 Likes

Timaaci pertanyaannya Bu @suzieicus2207 :hugs:

Sudah jam 19.00 WIB Ibu-Ibu.
Mari kita mulai ya Live Chat malam ini.

Silahkan Ibu @Dian.
Boleh dibantu jawab mungkin dari pertanyaan Bu @Fathya dulu atau mungkin ada intro dulu Ibu :hugs:

1 Like

Hai Hai Ibu-ibu hebat semua.

Makasi banyak yaaa yang sudah submit pertanyaan yuk kita bahas sama-sama.

Pertanyaan dari Bu @Fathya

  1. Gimana sih step2 awal kita untuk bisa misahin uang bisnis dan pribadi? Krn seringkali ketika mulai bisnis, rekening bisnis masih menjadi satu dgn rekening pribadi.
  2. Ada gak sih do’s and don’ts nya kalau uang bisnis dan pribadi masih membaur di satu tempat?

Jawaban:
Bener banget pas baru banget memulai bisnis, kadang langsung jalan, setup sekalian jalan. Kuncinya di sini pencatatan. Baik itu pencatatan keuangan pribadi maupun bisnisnya. Memulai bisnis terutama bisnis pribadi (dan perorangan) sangat berat potensi kita untuk mencampur keuangannya.

Coba dicek apakah ada satu rekening yang udah jarang kita pakai untuk transaksi maupun tabungan, bisa banget pake itu dulu. Kalau sudah terlajur disatukan, gimana?

  1. apakah pendapatan ibu selama ini per bulan atau per project?

  2. catat semua pemasukan walaupun disimpan dalam rekening yang sama, dengan data transaksi kurang lebih seperti ini:

  • date: tanggal terima uang
  • payee : pemberi transfer (misal customer A, kantor B, project C, dll).
  • description: deskripsi uang apa yang turun.
  • inflow / outflow: pemasukan isi di inflow.
  • amount: diisi dengan nominalnya.
  1. penggunaan uangnya, membuat 1 kategori budget di keuangan pribadi, misalnya bisnis. Catat dengan data yang sama seperti di atas, tapi amount nya dimasukan di kolom outflow.

Do kalau keuangan bisnis masih membaur:

  1. catat pemasukan dari bisnis, misalnya fee atau hasil penjualan di cash inflow
  2. buat budget dengan nama_kategori bisnis
  3. catat pengeluaran untuk bisnis, misalnya Instagram Ads, pembelian Stok di nama_kategori bisnis
  4. tetap membuat laporan hasil usaha (laporan laba rugi) di setiap akhir bulan.
  5. catatnya bisa pake buku kas yang biasa dijual di toko buku ataupun di excel atau di aplikasi pencatatan keuangan.

Dont:

  1. tidak dicatat cashflow hariannya
  2. tidak dicek rekening- nya (reconsile) apakah uang sudah masuk atau belum, sering-sering cek rekening ini penting banget supaya kita bisa sadar penuh actual kondisi keuangan kita.

Segitu dulu ya bu… mudah-mudahan bisa menjawab…

2 Likes

Terima kasih Ibu @Dian.
Jadi intinya harus dirinci satu-satu ya Bu. Harus kita pilah-pilah memang. Takes, time, tapi biar ke depannya enak ya Bu.

Paling penting moving forward cashflow harian ditulis ya Bu dan sering-sering cek rekening juga.

1 Like

Bu @Dian mahap telat tanya hehehe.

Aku mau tanya dong bu: apa sih bu pentingnya membayar gaji buat diri sendiri dari bisnis?

Saya tuh sejujurnya belum pernah menggaji diri sendiri dari usaha hahaha. Ya, Alhamdulillah sih kebutuhan keluarga/jajan dikit-dikit bisa dapet dari suami. Jadi saya justru ‘pelit’ bgt kalau ngeluarin duit dari bisnis. Pengennya ngejer BEP dulu gituloh. Tapi jadi wondering, apakah ini wise ya bu?

Dan kalau seandainya ambil buat gaji, berapa persen sih bu sebaiknya?

Makasih ya buuu :kissing_heart: makasih juga bu @yofaramd :kissing_heart:

2 Likes

Wah menarique sekali ini pertanyaannya Bu @dindajou. Aku ada pertanyaan lanjutan nih, tapi nanti nyimak jawaban Bu Dinda dulu, mana tahu tercover.

Aku lihat Bu @Dian masih typing. Bu Dian apakah masih ada yang mau ditambahkan untuk pertanyaan Bu @Fathya atau kita bisa moving on ke pertanyaan selanjutnya?

Karena kelihatannya sudah lengkapp ya jawabannya :heart_eyes:

2 Likes

Bu dok @yofaramd kita lanjut untuk pertanyaan bu @viviliaan yaaa.

Pertanyaannya:

Kalau bisnis yang kita jalanin merupakan penghasilan utama untuk kebutuhan rumah tangga/pribadi, gimana kah cara memanage yang tepat supaya tetap sesuai dengan cash flow? Dan gimana caranya supaya kita ngga “tergoda” mengganggu keuangan masing2. Seperti contohnya begini, “wah bisnisku kayanya butuh asupan dana nih aku ambil dari uang pribadi deh, atau sebaliknya duh aku belum bayar listrik nih, aku ambil dulu deh dari uang bisnisku”.

Jawaban:
Bu, mungkin maksud itu supaya sesuai dengan budget dan target ya?
Sedangkan cashflow adalah actual aliran uang (cash) kita.

Untuk usaha apalagi yang sifatnya masih usaha perorangan, emang rentan bgt tergoda karena ga ada ikut monitoring ya? Istilahnya ga ada yang audit. Tapi sesekali bisa Bu dikomunikasikan sama suami, kenapa bisa buat listrik harus ambil dari uang bisnis? kenapa bisa ga masuk budget bulanan keuangan keluarga padahal itu kebutuhan primer?

Kalau berdasarkan yang saya baca, case ibu ini pinjam meminjam antara uang pribadi dan bisnis ya? bukan tambah/ kurang modal?

  1. Kalau casenya pinjam

uang bisnis dipinjam oleh pribadi:

catat sebagai piutang di keuangan bisnis dan sebagai utang di pribadi (WAJIB DIKEMBALIKAN YA BU, ada jangka waktunya)

uang pribadi dipinjam bisnis:

catat sebagai utang di keuangan bisnis dan sebagai piutang di keuangan pribadi

2. Kalo casenya tambah / kurang modal, artinya di sini bukan pinjam tapi bener-bener mengurangi modal ibu, berarti

  1. catat di keuangan bisnis : aset kas berkurang dan modal kas berkurang.
  2. catat di keuangan pribadi : sebagai pemasukan dari jual modal atau jual kepemilikan bagian ibu kalau bisnis ibu emang join-an dengan rekan.

Pada intinya, mengambil uang ini akan kita posisikan sebagai apa? utang atau modal. semuanya sebaiknya perlu dicatat dan record ya bu. Catatan itu supaya kita bisa sadar penuh apa yang sudah dilakukan dan jadi bahan buat pengambilan keputusan selanjutnya, Bu.

Semangat mencatat ya Bu dan semoga bisa terjawab… financial must be practical. semangat…

5 Likes

Malam Bu Dian,

Bu boleh minta rekomendasi aplikasi yang mudah dan nyaman ga untuk pencatatan keuangan bisnis kita?

Terima kasih buu :blush: slidenyaa keceee bgt. Thank you untuk sharing ilmunyaa buu dian

2 Likes

Halo Bu @naninda terima kasih sudah bertanya! Nanti dijawab setelah pertanyaan Bu Dinda ya Bu :heart_eyes::hugs:

Bu Dian, to clarify, modal kurang seperti yang Ibu jelaskan itu berarti uangnya tidak dikembalikan lagi ke post bisnisnya? Tindak lanjutnya bagaimana Bu? Jadi maju dengan modal kurang saja kah?

1 Like

Bu dok @yofaramd, yuk kita jawab dulu pertanyaan dari bu @celicasbkt.

Pertanyaan:

jika kita sudah bedakan bank account tuh antara pribadi dan bisnis yaa, khususnya di masa pandemic yang tidak ter-prediksi ini, wise gak sih kalo terpaksa harus ambil sedikit dana di Keuangan Bisnis untuk menutup kebutuhan primer keluarga? Kebetulan, just happened to one of my friends. Crucial sekali, krn untuk bayar sekolah anak and I couldn’t say it’s okay or not about it.

Iya Bu, kita semua bisa banget merasakan efek krisis pandemik ini, banyak kita maupun circle kita yang kena dampak langsung maupun ga langsung. Semua kemungkinan bisa banget terjadi.

Ini pertanyaannya mirip bu @viviliaan, apakah memungkinkan mengambil dana bisnis? Sepanjang itu dicatat dan kalo kita menganggap itu utang, wajib dikembalikan. Akan lebih baik lagi, kalau kita sudah punya bumper (dana darurat) buat keuangan pribadi kita, dimana kalo keuangan pribadi lagi batuk-batuk, bisnis kita ngga keganggu. Dan dana darurat buat bisnis kita, kalo ada apa-apa sama bisnis kita, jangan sampe kita menyusahkan pihak lain. Tapi kalau sudah terlanjur untuk berutang pada bisnis sendiri:

  1. Yakin bahwa berutang itu sudah pasti ada uang untuk membayarnya.
  2. Dicatat sebagai piutang pada keuangan bisnis
  3. Dan dicatat sebagai utang pada keuangan pribadi.
  4. Ada jangka waktunya, apabila tidak terbayar dipotong dari gaji dan bonus (dividen) yang akan dibayarkan perusahaan pada pribadi.
  5. segera bayar (kembalikan) bila sudah mendapatkan uang tambahan di keuangan pribadi.

Semoga bisa menjawab ya Bu… dan semoga kita semua bisa kuat melewati krisis pandemik ini.

3 Likes

halo ibu mau nanya juga nih

  1. Untuk menentukan budgeting kan berdasarkan target pendapatan dan penjualan ya, nah untuk menentukan target spy rasional gimana ya ?
  2. dana darurat berapa persen ya bu sebaiknya ? dan itu diambil dari mana ya bu bag dana darurat itu ?
    makasii
2 Likes

Baik Bu Dian.
Terima kasih untuk penjelasannya.
Jadi memang bisnis kita diperlakukan sebagai pihak lain ya agar operasionalnya terlindungi.

Halo Bu @herlinarahmah. Selamat bergabung :hugs::heart_eyes:

Bu Dok @yofaramd kita jawab pertanyaan bu @suzieicus2207.

Pertanyaannya:

Mau tanya, ketika usaha kita sudah ad pembukuan sendiri, trs kita ad bisnis baru yg beda banget itu baiknya di pisah ap di satuin gpp?
Kyk aku usaha konveksi tas sm satu lg jual beli preloved

Jawaban:
Bu Susi, ini pertanyaannya menarique banget. Ku yakin Bu Susi sudah punya pembukuan yang jelas, sudah pake kode akun (COA = Code of Account), setiap product sudah ada SKU (Stock Keeping Unit) yang jelas.

Bu, kalo masih dalam satu badan hukum yang sama, boleh-boleh aja disatukan pembukuannya. Nanti dibedakan kategori COA dan SKU nya.

  1. SKU dan COA untuk konveksi tas
  2. SKU dan COA untuk bisnis preloved

Hal ini juga bisa memudahkan Ibu untuk analisis yang bisa dibuat chart-nya, misal kategori apa yang sedang naik / turun penjualannya. Sebagai Contoh Ini pendapatan perusahaan besar (Jamu Sidomuncul)
image
Dari sana bisa dilihat kategori apa yang kontribusinya besar pada perusahaan.

Kemudian, data tsb bisa dijadikan bahan buat Ibu mengambil keputusan selanjutnya, misal ingin meningkatkan profit usaha preloved maka strateginya apa.

Semangat ya Bu… kapan-kapan sharing juga Bu @suzieicus2207

2 Likes

Bu Dok @yofaramd, kita jawab pertanyaan dari Bu @dindajou

Pertanyaannya:

Aku mau tanya dong bu: apa sih bu pentingnya membayar gaji buat diri sendiri dari bisnis?
Saya tuh sejujurnya belum pernah menggaji diri sendiri dari usaha hahaha. Ya, Alhamdulillah sih kebutuhan keluarga/jajan dikit-dikit bisa dapet dari suami. Jadi saya justru ‘pelit’ bgt kalau ngeluarin duit dari bisnis. Pengennya ngejer BEP dulu gituloh. Tapi jadi wondering, apakah ini wise ya bu?
Dan kalau seandainya ambil buat gaji, berapa persen sih bu sebaiknya?

Jawaban:
Bu @dindajou, jujur ini keren banget pertanyaannya.
Bu, masih inget kan stage-stage start-up dari bu @marisa waktu kuliah pertama?

Gambar ini mirip-mirip mungkin ya, jadi suatu perusahaan itu ada masanya masih growth ada kalanya sudah mature.
Bener banget, buat yang masih growth semua keuntungan bisa 100% dikembalikan sebagai tambahan modal, karena emang masih butuh itu.

Ini balik lagi sama bu @dindajou, memposisikan usaha Ibu karena usaha personal tiap Ibu di sini pasti sangat unik.

  1. Ada yang sudah sebagai sumber pendapatan utama, pasti akan sangat beda treatmentnya.
  2. Ada yang sebagai usaha sampingan namun kontribusi pada keuangan keluarga, ini juga beda treatmentnya.
  3. Ada yang sebagai media ekspresi Ibu untuk aktualisasi diri, dimana 100% keuangan keluarga dari kontribusi suami, ini juga akan beda treatmentnya.

Kalau mau ambil buat gaji? Kalau dirasa Ibu perlu menggaji diri sendiri namun masih menginginkan pertumbuhan usaha ibu, 25-75 sudah cukup Bu.

Semangat bu @dindajou

4 Likes