Hai, ibu! Kali ini aku mau nulis tentang buku yang baru kubaca. Jujur udah cukup lama gak membaca buku-buku terkait pengembangan diri karena semenjak punya anak ya gak jauh-jauh dari parenting ataupun early childhood education hehehe.
Waktu lihat judulnya, kupikir buku ini tentang slow-living, hidup lebih santai, quality over quanity, dsb. Tapi ternyata justru buku ini seperti menuntun kita agar produktif dalam arti yang “normal” atau sehat. Satu kalimat yang cukup menohok saat pertama kubaca adalah
“This idea of doing it all—and doing it well—is the problem I have with the concept of balance. Balance sounds nice, but it’s nothing more than a productivity buzzword, an empty promise that leads us to falsely believe we should be able to do everything equally.”
Jadi, sering kali kita terjebak pada ekspektasi sendiri bahwa hidup kita harus seimbang (tapi seimbang disini justru harus melakukan segalanya dengan baik). Padahal, hampir mustahil bahwa kita bisa melakukan segalanya dengan porsi yang sama rata (equals). Maka, sebaiknya kita memang melepaskan keseimbangan itu dan memutuskan arah yang kita inginkan dalam hidup. Lawan dari JOMO (Joy of Missing Out) itu sendiri adalah FOMO (Fear of Mising Out). Nah buku ini juga seperti memberi pencerahan bahwa bila seseorang “FOMO”, kemungkinan ia belum memiliki tujuan hidup yang jelas dan hal-hal apa yang penting dan perlu dijadikan prioritas sehingga ia ingin menyerap segala kejadian atau informasi. Padahal, hal itu membutuhkan waktu, tenaga, dan konsentrasinya kita yang merupakan sumber daya berharga yang tidak bisa kembali.
Dalam buku ini, ada panduan-panduan praktis yang bisa langsung diaplikasikan agar kita lebih fokus produktif pada hal-hal yang memang jadi prioritas kita. Beberapa perlajaran yang aku dapatkan dari membaca buku ini antara lain :
- Pentingnya merekonstruksi ulang tujuan hidup, prioritas kita dan menemukan passion dan potensi diri.
- Melihat pilihan-pilihan alternatif solusi dalam hidup yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan.
- Bagaimana mencurahkan sumber daya kita yaitu waktu, tenaga, dan konsentrasi agar lebih jelas dan terarah.
- Menyederhanakan tujuan besar menjadi pencapaian-pencapaian kecil
- Pentingnya membuat boundaries agar waktu kita yang berharga lebih terproteksi.
Dan sebetulnya masih lebih banyak lagi hihi. Saat membaca buku ini rasanya sangat relate karena di awal, Tanya Dalton (penulis), menggunakan dirinya yang juga seorang ibu sebagai contoh. Beberapa contoh lain juga sebagian besar ibu-ibu yang merupakan klien ataupun saudaranya. Ibupreneur pasti bisa relate sekali bacanya hangat gitu
Buku yang kubaca ini versi bahasa inggris. Terdiri dari 12 bab dan 208 halaman. Tapi ada juga versi indonesia yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Semoga, dengan membaca buku ini, kita jadi lebih sadar dalam mencurahkan waktu, tenaga, dan fokus kita pada hal yang memang penting yaa. Jadi gak mudah impulsif nonton ig live berjam-jam pada topik yang sebetulnya bukan prioritas kita, mantengin support group lama-lama, berusaha mempertahankan rumah yang rapih padahal semenit kemudian diberantakin anak , atau scroll video tik tok yang ternyata sebetulnya menghabiskan waktu yang banyak. Protect your time dan semoga kita bisa produktif pada hal yang menjadi prioritas ya buu… kalau buibu disini kira-kira paling sering FOMO sama apa nih?