QnA Kelas #JikaIbuMenjadi Freelance Writer

Hai Para Ibu,

Ijinkan saya upload challenge ya :blush:

Sudut Pandang Yang Berbeda Tentang Seorang Ibu

Peran sebagai seorang Ibu adalah hal yang paling dianggap biasa dan normal bagi kebanyakan orang tetapi untuk kita yang menjalaninya merupakan hal yang tidak mudah, tidak ada pembelajaran atau sekolah khusus dan tidak ada rumus yang menjabarkan benar atau salah, semua dilakukan dengan intuisi dan etika yang kita pelajari atau yang kita ketahui.

Saya mau membahas dan melihat dari sudut pandang yang tidak memihak dan netral.

Ketika sejak hari pertama mengetahui bahwa ada janin di dalam rahim, maka secara perlahan hidup saya berubah, mulai dari pola makan, perasaan yang muncul antara bahagia, senang dan takut, pola hidup yang lebih sehat dan cara berpakaian yang harus disesuaikan seiring dengan perubahan bentuk tubuh.

Ketika si kecil lahir, banyak hal lagi yang berubah, dari jam tidur, cara berpikir yang selalu mengutamakan si kecil dan semua hal yang terbaik untuknya, dan itu semua sangat melelahkan baik fisik maupun mental. Dan sejak itu juga saya semakin menyayangi ibu saya yang telah melahirkan, merawat dan memberikan yang terbaik untuk saya. Ternyata pekerjaan mulia sebagai seorang ibu bukanlah hal yang normal dan biasa seperti anggapan orang pada umumnya.

Semangat untuk semua para Ibu yang sangat hebat dan luar biasa.

1 Like

Aku menjadi ibu sekitar 14 tahun yang lalu. Waktu yang lama, tapi sungguh terasa sebentar meskipun di enam bulan pertama, waktu terasa berjalan lambat. Kurang tidur, anak sakit, tergesa mengejar waktu, harus menyesuaikan diri di antara berbagai peran ini dan itu, ah, aku sungguh tak sabar ingin putriku segera besar, bisa kuajak jalan-jalan dan ke salon seperti yang kulihat di film-film. Tetapi setelah ia berusia satu tahun, waktu seolah berlari. Seperti kelebatan adegan demi adegan yang berlalu dengan sangat cepat, sampai-sampai aku tidak menyadari banyak sekali perubahan hidup yang aku alami.

Dulu aku adalah perempuan pekerja yang sangat mandiri. Aku memiliki uang sendiri, dan aku jarang berpikir panjang untuk membeli barang-barang yang aku inginkan. Begitu juga dengan waktu. Aku memanfaatkan waktu luangku betul-betul untuk mengisi kembali baterai sosialku yang cepat kosong. Ke mall, nongkrong di kafe, pijat di spa, nonton, liburan ke alam, atau sekedar beristirahat di rumah sambil membaca buku berjam-jam adalah kegiatan yang biasanya aku lakukan. Aku juga suka sekali berorganisasi. Aku adalah orang yang cukup tertutup, tapi berkegiatan di organisasi yang bergerak di isu sosial dan bertemu para penerima manfaat mengisi jiwaku. Aku sangat menyukai kegiatan-kegiatanku. Aku bebas, dan bahagia.

Ketika aku memiliki anak, sebagai seorang yang lumayan perfeksionis, aku ingin anakku mendapatkan perhatian dan waktu yang cukup dari orangtuanya. Aku memberikan 120% waktu dan perhatianku. Sesuatu yang saat ini, ketika kuingat-ingat lagi, adalah sesuatu yang sangat idealis namun pelan-pelan mengikis jiwaku. Bahagiaku adalah melihat anakku bahagia, benarkah? Tidak sepenuhnya. Aku tidak lagi berkumpul bersama teman-teman, nongkrong di kafe, atau ke mall. Entah kenapa aku merasa bersalah jika meninggalkan anakku untuk melakukan hal yang kusukai. Ketika aku ke mall, aku pasti membawa serta anakku. Aku menjadi jarang membeli barang-barang yang kusuka. Sebagian besar barang yang kubeli dan diantar kurir ke rumahku adalah barang-barang milik anakku. Aku tidak lagi berkegiatan di organisasi sosial. Menurutku waktuku tidak memungkinkan untuk berbagi dengan kegiatan kerelawanan. Padahal aku suka sekali. Sedikit demi sedikit aku menjadi kosong. Peran yang sedang kumainkan adalah peran seorang ibu yang sangat idealis dan keras terhadap diri sendiri. Sungguh merasa aku tidak berada di jalur yang benar ketika suami melontarkan pertanyaan ini pada suatu malam: Bun, kamu gak kangen melakukan kegiatan-kegiatanmu yang dulu? Kamu gak kangen menjadi dirimu sendiri lagi?

Aku tersadar aku banyak berubah setelah menjadi ibu, hanya saja tidak ke arah yang benar.

Selama ini, aku merasa, menjadi ibu itu ya mendedikasikan waktu prioritasnya untuk anak. Tidak ada yang lebih penting daripada anak. Apa yang ia butuhkan, semaksimal mungkin aku ada. Tapi ternyata tidak begitu. Tidak perlu sampai harus kehilangan diri sendiri untuk menjadi seorang ibu yang baik. Tidak perlu harus sampai meninggalkan kebiasaan dan kesukaan lama untuk menjadi seorang ibu yang perhatian pada anak. Kusadari, ibu adalah sebuah peran yang kita – individu – miliki. Kita masih bisa menjadi individu yang unik dengan tetap memiliki peran sebagai ibu. Dua hal itu sebetulnya sangat bisa berjalan beriringan, beririsan, berdampingan, dan saling mendukung.

Saat ini, aku melihat banyak sekali ibu yang tidak tahu lagi apa hobinya karena selalu mengikuti hobi anak atau suami. Tidak tahu lagi apa makanan kesukaannya karena selalu mengikuti selera anak atau suami. Tidak lagi memiliki mimpi karena tugasnya mendukung anak atau suami meraih mimpinya sendiri. Itu pilihan, aku sepenuhnya sadar. Tetapi aku tidak ingin ada di posisi itu. Aku ingin menjadi ibu dengan tetap mengetahui apa yang aku inginkan, apa yang ingin aku lakukan di dunia ini, manfaat apa yang bisa kuberikan kepada orang lain.

Aku ingin tetap menjadi diriku. Dan saat ini, aku rasa, aku berjalan di jalur yang benar, ke arah yang benar.

1 Like

Tugas JIM #Freelancewriter
Halo Ibu Nadia dan Tim IPM,

saya baruuu banget di RUMII dan IPM. Semoga sudah benar ya nih posting tugas JIM Freelance Writer nya disini. Sebenarnya terlalu banyak yang ingin aku share tentang perubahan drastis dari Ibu Bekerja dan menjadi full Ibu Rumah Tangga tanpa bekerja. Overall semuanya sering tertumpah di blog pribadi ku (link di paling bawah). Hal terbesar yang berubah tentu saja rutinitas, namun yang paling besar mempengaruhiku adalah mindset. Aku yang awalnya berani bermimpi tinggi tak berpijak, akhirnya memaksa diri untuk turun ke bumi dan benar-benar me- reset ulang mindset arti “mimpi besar”.

setelah banyak sekali ups and down me-setting gear menjadi Ibu Rumah Tangga, akhirnya mulai bisa menerima bahwa mimpiku yang dulu itu tetap bisa hidup, hanya saja bentuknya yang berbeda. Bukan lagi mimpi menyambut pintu kaca otomatis yang megah dan mewah, tetapi menyambut pintu kayu sederhana yang dibuka manual. Setidaknya itulah analogi yang terjadi dalam benakku ketika menyadari shifting peran dari Pengejar Passion menjadi Pengejar Popok yang penuh berisi “number 1” dan “number 2” business hahaha.

Aku pikir aku harus memiliki banyak hal untuk merasa hidup, menjadi seorang ibu membuatku tersadar bahwa kepemilikan itu hak prerogatif Sang Kuasa. Kesadaran itu datang ketika kapal nyaman kita dihempas ombak yang tidak disangka datangnya. Dhuarrr! aja… hehehe… “Oleng kapten!” gitu kata Gen Alpha. Bertahan bersama yuk Ibu, menyambut desiran ombak ketepian pantai, mengeringkan baju lalu menikmati apa yang ada sekarang.

Kita masih bisa menghidupkan mimpi itu
dengan tetap menapak-kan kaki di pantai
sambil mendengar celoteh si mungil

Semangat belajar semuanya
bismillah
itsfielife

PS : Ibu, sekalian share artikel curhatan menjadi ibu di blog pribadi
mangga yang punya waktu bisa saling menguatkan ya hihihi
we never really alone

https://kepingkliping.com/masih-berani-bermimpi/

Selamat sore ibu-ibu, izin share tugas challenge dari program Jika Ibu Menjadi Freelance Writer Batch 7.

New Mom Rentan Baby Blues, Ini 4 Tips Menghadapinya

Menjadi seorang ibu tentu impian bagi banyak perempuan di dunia. Bisa memiliki keturunan yang lahir dari rahim kita sendiri pasti sungguh membahagiakan. Betul kan bu? Namun ternyata menjadi seorang ibu juga memiliki tantangan tersendiri, terlebih jika kita merupakan ibu baru atau new mom.

Di periode awal menjadi ibu baru tentu banyak perubahan yang ibu rasakan. Terbiasa hidup single, bebas melakukan apapun, tiba-tiba hadir seorang bayi mungil tentu bukan hal yang mudah. Ibu harus adjust kebiasaan-kebiasaan lama ke rutinitas baru sebagai new mom, seperti ibu mulai disibukkan dengan rutinitas begadang tiap malam untuk menyusui dan mengganti popok bayi. Kemudian ibu juga mau tidak mau ikut ritme tidur bayi di mana malam hari terbangun, sementara siang hari lebih banyak tidur.

Selain itu, ruang gerak ibu pun terasa lebih sempit karena harus selalu berada di sisi bayi selama 24 jam. Tentu hal ini tidak mudah bagi new mom. Baby blues bisa menyerang ibu kapan saja saat ibu mulai kelelahan dengan aktivitas harian. Untuk menghindari kondisi tersebut, berikut tips yang bisa ibu lakukan agar terhindar dari baby blues, disimak yuk bu…

  1. Harus Punya Waktu Me Time. Meski ibu sibuk mengurus bayi, ibu tetap harus punya waktu me time untuk diri ibu sendiri. Tak perlu muluk-muluk, ibu bisa mandi dengan tenang sambil menikmati aliran air membasahi tubuh sudah bisa jadi me time tersendiri bagi seorang ibu. Begitu juga momen ibu bisa makan dengan tenang tanpa rengekan bayi bisa jadi me time yang menyenangkan.

  2. Tidak Malu untuk Minta Tolong. Aktivitas harian yang banyak bisa membuat ibu kewalahan dan kelelahan. Ibu boleh kok minta tolong suami atau keluarga untuk meringankan pekerjaan ibu. Tidak semua hal harus ibu kerjakan sendiri. Dengan meminta bantuan kepada orang yang bisa dipercaya, bisa meminimalisir ibu kelelahan yang dapat memicu baby blues dan burnout.

  3. Rutin Berolahraga. Melakukan kegiatan rutin olahraga juga dapat menghindari ibu dari kepenatan setelah mengurus bayi. Selain itu, olahraga juga baik dalam proses pemulihan ibu pasca melahirkan. Semangat berolahraga ya bu!

  4. Curhat dengan Orang Terdekat. Jika ibu merasa kelelahan dengan aktivitas, ibu bisa curhat atau berbagi cerita ke orang terdekat yang bisa ibu percaya. Dengan bercerita, perasaan ibu bisa lebih lega dan fresh setelah mendapat insight positif dari orang terdekat. Setelah itu Ibu bisa kembali beraktivitas.

Demikian tips untuk menghindari diri dari baby blues. Semoga bermanfaat. Tetap semangat ya bu!

Hi Ibu Hebat!

Semalam kita sudah ngobrol banyak soal tips menjadi freelance writer di sesi QnA Kamis, 23 Januari 2025. Ini dia rangkuman dari hasil diskusi kita.

Summary Feedback Roleplay JIM Freelance Writer Batch 7

Bagian 1: Gaya Menulis & Penyajian Konten
1. Tulisan Padat & Sederhana:
• Pakai kalimat pendek, to the point, tapi tetap berisi.
• Hindari kalimat panjang yang bikin pembaca bosan atau kehilangan fokus.
2. Proporsi Tulisan:
• Perhatikan ukuran tulisan. Besar kecil teks harus pas.
• Gunakan bold atau highlight untuk poin penting.
3. Visual yang Menarik:
• Gunakan foto berkualitas untuk mendukung konten.
• Carousel di Instagram cocok untuk bikin tulisan terlihat rapi dan menarik (kaya mini blog).
4. Bahasa yang Ringan:
• Sesuaikan dengan pembaca. Tulis dengan gaya baca yang enak, kasih ruang jeda supaya nggak berat.
• Bahas hal besar (misal: peran Ibu) dengan sudut pandang kecil yang relatable.
5. EYD :arrow_right: KBBI:
• Gunakan tata bahasa sesuai KBBI biar tulisan lebih profesional.
• Buat judul simpel, singkat, tapi tetap menarik perhatian.

Bagian 2: Platform & Tujuan Menulis
1. Platform yang Cocok:
• Carousel Instagram: Untuk konten yang singkat tapi informatif.
• Blog (Pribadi, Hipwee): Untuk cerita yang lebih panjang dan mendalam.
• Projects.co.id & Fastwork: Cocok untuk dapet job freelance.
• Kompasiana & Kumparan: Untuk jangkauan pembaca yang lebih luas.
2. Tujuan Menulis:
• Buat pembaca belajar, terinspirasi, atau sekadar terhibur.
• Pastikan tulisan menjawab: “Apa yang mau disampaikan ke pembaca?”
3. Tips Praktis:
• Pakai Canva untuk bikin carousel atau desain konten.
• Potong judul panjang jadi lebih pendek dan fokus.
4. Sederhana Itu Kunci:
• Gunakan kata dan kalimat yang mudah dicerna.
• Bagi poin per paragraf biar nggak bikin capek baca.

Summary QnA JIM Freelance Writer Batch 7

  1. Gaya Bahasa dan Menulis
    • Banyak baca dan cari tahu gaya bahasa atau penulisan orang lain. Ini penting biar kita tahu style tulisan kita sendiri.
    • Kalau bikin artikel atau riset, jangan lupa cantumkan sumber (penulis & tahun).

  2. Portofolio & Platform
    • Portofolio bisa di-up di platform seperti Upwork, Medium, atau bahkan Instagram. Kalau konsisten, tulisan kita bisa dilirik brand.
    • Portofolio nggak harus dari company besar. Blog pribadi juga bisa, yang penting konsisten dan menarik.

  3. Tools & Tips
    • Kalau pakai AI, gunakan untuk brainstorming aja, cek apakah kalimat catchy (ear catch), tapi jangan sepenuhnya bergantung.
    • Gunakan AI checker buat tahu apakah tulisan kita terdeteksi sebagai tulisan AI atau nggak.
    • Strategi clickbait: fokus 3 kata/kalimat pertama yang menarik, dan jangan lupa CTA di akhir (ajakan untuk pembaca).

  4. Latihan & Evaluasi
    • Terus berlatih menulis dan pahami apa yang perlu dievaluasi.
    • Engagement adalah kunci. Cari tahu apa yang disukai pembaca dan sesuaikan dengan kebutuhan mereka.

  5. Insight untuk Freelancer
    • Brand biasanya tertarik pada tulisan dengan gaya mellow, motivasi, atau aktualisasi diri.
    • Inspirasi gaya penulisan dari orang lain boleh banget, tapi tetap bawa ciri khas kita sendiri.
    • Jadwal menulis fleksibel, sesuaikan dengan waktu dan kemampuan masing-masing.

Semoga rangkuman ini bisa membantu Ibu-Ibu dalam mengembangkan karier sebagai freelance writer. Jangan lupa untuk terus belajar, mencoba, dan tentunya menikmati prosesnya!

Salam semangat dari,
Mimma & Teman Ibu💙

2 Likes

Aku Menjadi Ibu

Menjadi ibu itu, menurut aku, adalah perjalanan yang penuh kejutan dan emosi campur aduk. Waktu pertama kali jadi ibu, rasanya kayak masuk ke dunia yang serba baru. Semua hal yang dulu kita anggap remeh, jadi serba penting. Seperti, “Oh gini, oh gitu, duh salah, duh ko bisaaa.” jadi ada perasaan bingung dan selalu bertanya-tanya dan merasa hari-hari akan selalu lebih crazy dari hari ini. Hahaha.

Awalnya, aku pikir aku siap banget. I mean, I had done the research, I read books, I watched tons of videos, but nothing really prepares you for the real deal. Karena ternyata teori dan praktek tidaklah mudah. Emosi ku selalu naik dan sabarku selalu diuji. Bener-bener ngerasain setiap hari itu rasanya berat tapi berjalan sebentar.

Terus ada saat-saat lucu juga, kayak pas anak pertama kali ngomong atau jalan. Itu momen yang nggak bisa dilupakan. Kayak, “Oh my God, you’re growing up so fast!” Padahal kan rasanya baru kemarin lahir. Tapi di sisi lain, aku juga merasa bangga banget ngeliat mereka berkembang. Dari bayi yang cuma bisa tidur dan makan, sampai bisa ngobrol, lari, bahkan punya pendapat sendiri.

Being a mom juga ngajarin aku banyak hal. Aku jadi lebih sabar, lebih peka. Iya, jadi peka banget : dimana-mana hanya ada suara anak nangis atau manggil, hahaha. Dan aku juga harus pinter2 mengatur waktu. Setiap hari aku selalu memiliki jadwal padat, dari mengasuh anak sampai bekerja.

Karena, aku menjadi ibu sekaligus ayah diwaktu yang sama, membawa tantangan yang berbeda. Ketika jadi ibu tunggal, semua beban terasa double. Aku nggak hanya berperan sebagai ibu yang memberikan kasih sayang dan perhatian, tapi juga sebagai sosok ayah yang harus memastikan kebutuhan anak-anak terpenuhi dalam segala aspek. Tidak ada waktu untuk lelah, karena meskipun kadang ingin sekali menyerah, aku tahu bahwa mereka selalu membutuhkan kehadiranku.

Aku nggak bisa lagi hanya fokus pada diriku sendiri. Tapi anehnya, meskipun ada banyak tantangan, aku merasa hidupku lebih bermakna karena aku menjalani semua ini dengan penuh cinta dan tanggung jawab. Walau kadang ada perasaan ingin menyerah, aku selalu ingat alasan mengapa aku harus terus kuat: anak-anak.

Tapi, ya, meskipun ada hari-hari yang berat, aku nggak bisa bayangin hidup tanpa anak-anak. Mereka bener-bener bikin hidup aku lebih berwarna.

Dan banyak banget profesi baru yang harus aku jalani.
Seperti :

  1. Menjadi Superhero yang harus selalu bisa semua hal yang sebenernya gak tahu harus gimana. Hahahah.
  2. Menjadi Hakim yang harus selalu adil bila mereka bertengkar tanpa memihak satupun.
  3. Menjadi Cheff yang menyiapkan segala macam bentuk makanan.
    Dan profesi lainya.

Karena aku harus memikul 2 peran. Menjadi Ibu dan Ayah dalam waktu yang sama. Tentu ada perasaan kosong yang ingin di isi, tapi, aku memiliki tangki cinta anak-anakku, untukku.

Di balik segala tantangan itu, ada kebanggaan yang luar biasa ketika aku melihat mereka tumbuh menjadi anak yang kuat, ceria, dan penuh semangat. Mereka mengajari aku untuk tidak pernah menyerah dan terus berjuang, karena mereka adalah alasan terbesar mengapa aku bisa terus maju, meski semua rasanya berat.

Semangat untuk semua Ibu yang sudah berjuang sejauh ini! Kalian hebat dan kuat! Terutama buat single parent, kita mungkin melakukan lebih dari yang kita pikir kita bisa, tapi percayalah, semua pengorbanan itu akan terasa sepadan dengan kebahagiaan yang kita rasakan. Terus semangat, ya! :muscle::heart:

Selamat malam ibu-ibu, perkenalkan nama saya Anggita, izin share tugas challenge dari program Jika Ibu Menjadi Freelance Writer Batch 7.

Mengapa Ibu Rumah Tangga Rentan terhadap stres.

Di era globalisasi, peran wanita semakin beragam dan tidak lagi terbatas pada urusan rumah tangga. Banyak wanita kini juga berkontribusi dalam dunia kerja, termasuk dalam bidang yang sebelumnya dianggap sebagai domain laki-laki. Peran ganda ini mengharuskan mereka membagi waktu dan tanggung jawab antara pekerjaan profesional dan tugas sebagai ibu rumah tangga. Situasi ini berbeda dengan ibu rumah tangga yang dapat lebih fokus dalam mengurus keluarga tanpa harus terbebani oleh tanggung jawab di luar rumah.

Wanita yang bekerja sering kali menghadapi dilema yang tidak hanya terkait dengan pembagian peran, tetapi juga tekanan ekonomi. Stres menjadi salah satu risiko yang muncul baik bagi ibu rumah tangga maupun wanita karir, meskipun penyebab dan intensitasnya dapat berbeda. Wanita yang bekerja memiliki lingkungan sosial yang lebih kompleks, melibatkan kantor dan rumah, sehingga rentan terhadap tekanan psikologis yang lebih besar. Tuntutan untuk menjalankan dua peran sekaligus sering kali menyebabkan ketidakseimbangan, yang pada akhirnya dapat memicu stres.

Bagi ibu rumah tangga, pekerjaan yang monoton dan berulang di rumah dapat menimbulkan rasa bosan dan perasaan terisolasi. Kurangnya apresiasi terhadap pekerjaan rumah tangga yang sering dianggap tidak memiliki nilai ekonomis juga dapat menjadi beban psikologis tersendiri. Di sisi lain, wanita yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik karena aktivitasnya yang lebih beragam dan lingkungan sosial yang lebih luas.

Meskipun demikian, baik ibu rumah tangga maupun wanita karir memiliki tantangan psikologis masing-masing. Jika tidak diatasi dengan baik, tekanan ini dapat berujung pada depresi. Depresi sendiri merupakan gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam, hilangnya minat, dan rasa hampa. Jika gejala tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama dan mengganggu aktivitas, maka hal ini dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

Pada akhirnya, perdebatan dan sikap saling meremehkan antara peran ibu rumah tangga dan wanita karir hanya akan memperburuk kondisi mental keduanya. Penting untuk saling menghargai dan mendukung, karena baik di dalam rumah maupun di dunia kerja, setiap wanita memiliki kontribusi yang berharga bagi kehidupan mereka dan orang-orang di sekitar mereka.

Selamat sore, Ibu.
Karena sebelumnya belum paham bagaimana cara submit tugas roleplay JIM class writer #7 di rumii ini jadi kemarin saya upload tugas tersebut di akun rumii saya sendiri. Mohon di maklumi untuk keterbatasan saya.
Pelan-pelan saya coba juga untuk bisa lebih sering bergaul di komunitas rumii ini.

berikut adalah tugas roleplay JIM writer class #7, saya:
Salam, DreamscribeDjourney.

Halo izin submit roleplay yg sebelumnya sudah dipost di IG dan RUMII (Persobal) punya Bu @Shanty_Manurung di sini Being Productive :hugs::hugs::smiling_face_with_three_hearts::smiling_face_with_three_hearts:

1 Like

Halo izin submit roleplay yg sebelumnya sudah dipost di RUMII (Personal) punya Bu @DreamscribeDJourney DreamscribeDJourney DreamscribeDJourney - Google Docs :hugs::hugs::smiling_face_with_three_hearts::smiling_face_with_three_hearts:

1 Like

Baik. Terimakasih bu mimma.

Izin setoran roleplay yang telat banget ya bu Roleplay JIM Freelance Writer FEBY IRIANTI

Hai Bu! Terima kasih ya udah ikut setor challenge ini. Izin memberi feedback sedikit yaa

  1. Ini terasa curhatan banget ya, jadi berasa baca diary, sedangkan artikel berbeda dengan diary dari tatanan kata dan kalimatnya. Ibu bisa perbanyak membaca artikel-artikel di website yang biasanya berisi curhatan-curhatan orang, supaya bisa mengerti bagaimana biasanya orang-orang menulis curhatan tapi ngga berasa baca diary.
    Contoh yang bisa diperbaiki: Paragraf pertama sepertinya bisa di-cut dan langsung ke paragraf ke-2 tapi bisa diisi dengan ringkasan dari paragraf pertama. Misal:

Anak pertama saya lahir pada bulan Oktober 2017, setelah saya dan suami memutuskan menunda punya anak karena…

  1. Saat berbicara tantangan, bisa dibuat paragraf berbeda supaya pembaca tau kalau sekarang bahasannya tentang tantangan jadi orang yang membaca pun bisa fokus.

Untuk cara penulisan serta EYD udah cukup baik. Semangat terus ya, Buuu :smiling_face_with_three_hearts:

Hai Bu! Aku udah baca tulisannya dan izin memberi feedback yaa

Di gambar di atas, sepertinya ada kesalahan kalimat ya? Soalnya kalimatnya agak aneh (yang aku bulatkan). Nah untuk menghindari ada kesalahan seperti ini, sebelum post bisa ibu baca ulang atau bahkan cari 2nd opinion dari orang terdekat.

  1. Sesuaikan judul dengan isi. Saat baca judul, aku kira di sini akan membagikan tips bagi scholarship hunter tapi ternyata lebih banyak cerita tentang Bu Via. Jadi mungkin judulnya bisa diganti menjadi cerita Bu Via aja. Misal “Ibu lagi cari beasiswa? Simak cerita Bu Via dulu yuk!”

Semangat terus menulisnya ya Bu :hand_with_index_finger_and_thumb_crossed:

Hi Bu! Berikut feedback dari aku ya:

  1. Saat desain konten carousel seperti ini, perhatikan komposisi space dan ukuran font. Jangan terlalu mepet ke pinggir supaya pembaca enak membacanya dan font ngga perlu terlalu besar.
  2. Di akhir carousel, bisa ditambahkan kesimpulan supaya pembaca mengerti kalau ini adalah akhir dari tulisan ibu dan berasa ada closure.
  3. Bisa juga ditambahkan CTA (call to action) di akhir carousel atau di caption supaya lebih menarik.

Semangat terus ya Buu :heart:

Halo Bu, terima kasih atas setoran tulisannya ya. Berikut feedbacknya:

  1. Saat menulis artikel, perhatikan space supaya pembaca enak membacanya. Jika antara paragraf seperti ini ngga ada spasi, pembaca keburu lelah bacanya dan malah ngga tamat.
  2. Perhatikan penggunaan huruf kapital dan tanda baca. Contoh: Menjadi seseorang yang bergelar ”IBU” dari anak – anak yang Lucu dan Menggemaskan, merupakan Impian semua Wanita di Dunia ini tentunya. Seharusnya seperti ini: Menjadi seseorang yang bergelar ibu dari anak–anak yang lucu dan menggemaskan, merupakan impian semua wanita di dunia ini tentunya.
  3. Ibu bisa banyak membaca artikel agar bisa lebih memahami bagaimana seharusnya artikel dibuka dan ditutup, serta tata cara penulisannya agar lebih enak untuk dibaca.

Semangat menulisnya ya Bu :heart:

1 Like

Hai Bu, terima kasih ya setoran artikelnya. Berikut feedback dari aku;


Coba dibaca ulang untuk kalimat yang aku garis bawahi. Dari kalimat sebelumnya ke kalimat setelahnya, itu agak kurang nyambung. Ibu bisa kasih 1 kalimat penghubung, sebelum lanjut ke memberikan tips hal yang bisa dipelajari sebagai ibu. Selain itu, kalimat pembuka sebelum pemberian tips juga bisa dijadikan paragraf baru jika dirasa paragraf sebelumnya udah terlalu panjang.

  1. Di dalam tips, boleh kok kalau mau lebih dari 1 paragraf. Karena paragraf ini aku rasa agak terlalu panjang

  2. Di akhir artikel, bisa ditambah CTA (call to action) supaya ada penutupnya.

Semangat terus menulisnya ya Bu :heart:

Baik bu, setelah dibaca ulang memang membingungkan, yaa. Akan lebih teliti di tulisan berikutnya. Thank you feedbacknya, bu Nadia :smiling_face_with_three_hearts:

baik bu nadia terimakasih banyak feedbacknya, iya bu terasa masih banyak yang kurang dan perlu belajar lagi :smiling_face_with_three_hearts:

Hai Bu! Terima kasih atas setoran artikelnya ya. Berikut feedback dari aku:

  1. Perhatikan EYD dan tanda baca. Contoh: Kurang tidur, anak sakit, tergesa mengejar waktu, harus menyesuaikan diri di antara berbagai peran ini dan itu, ah, aku sungguh tak sabar ingin putriku segera besar, bisa kuajak jalan-jalan dan ke salon seperti yang kulihat di film-film.
    Bisa diubah jadi: Kurang tidur, anak sakit, tergesa mengejar waktu, atau harus menyesuaikan diri di antara berbagai peran ini dan itu. Ah, aku sungguh tak sabar ingin putriku segera besar, bisa kuajak jalan-jalan, dan ke salon seperti yang kulihat di film-film.

  2. Paragraf terlalu panjang, bisa dibagi-bagi menjadi beberapa paragraf supaya pembaca ngga keburu bosan dan capek.

  3. Ibu bisa baca artikel-artikel supaya lebih bisa memahami bagaimana cara menulis yang lebih enak untuk dibaca, bagaimana menggunakan tanda baca dll.

Semangat ya Bu!